"Ibu, lepaskan aku. Tolong Bu. Aku mohon jangan jual aku!"
Terdengar tangis pilu seorang wanita yang sedang diseret beberapa bodyguard memasuki sebuah Rumah bordir.
Wanita itu masih bermohon belas kasihan pada ibu tirinya yang telah menjualnya pada seorang germo pemilik bordir itu.
Rindiani seorang gadis malang yang berumur 22 tahun harus menerima kenyataan pahit, setelah sebulan sang Ayah meninggal dunia, dia dijual oleh ibu tirinya.
Pada akhirnya ia di keluarkan dari rumah bordir itu dengan harga yang cukup mahal dengan seorang Dokter tampan.
Dokter itu menikahinya secara siri. Tetapi siapa sangka kebaikan dokter itu membuat rindi jatuh cinta kepada dokter yang sudah mempunyai istri sah itu.
Lanjut ikuti alur ceritanya ya. Kisah ini agak banyak mengandung bawang. Bagi yang suka cerita sedih silahkan mampir ya🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Aisyah
Setelah disepakati oleh kedua belah pihak. Maka akad nikah akan dilaksanakan setelah Aisyah pulang dari RS.
Sementara Yanju masih sibuk dengan tugas di kantor kepolisian. Tak ada undangan apapun untuk rekan-rekannya. Karena pernikahan ini sengaja di sembunyikan.
Seminggu berlalu, akhirnya Aisyah sudah di perbolehkan untuk pulang. Yanju ikut menjemput calon istrinya di RS.
Saat Yanju sampai di kamar rawat, ia melihat gadis itu sedang melamun menatap ke jendela kamar. Apakah yang ia lihat. Sesaat Pria itu terpaku menatap wajah cantik nan sendu. Rasa bersalah selalu bergelayut dalam hatinya.
"Ehemm..." Yanju mendehem, Sehingga membuat Aisyah terjingkat.
"Siapa?" tanyanya mempertajam pendengaran, terdengar suara langkah kaki mendekati bad tempat ia duduk.
Aisyah terlihat semakin cemas, karena tak mendapat jawaban dari orang yang masuk kedalam kamarnya.
"Kamu sudah siap?" tanya Yanju yang membuat Aisyah mencoba untuk mengingat kembali suara yang pernah ia dengar sebelumnya.
"Kamu!" Ucapnya menebak bahwa Pria itu adalah calon suami yang tak di inginkan.
"Iya, aku diminta oleh orangtuamu untuk membawa kamu pulang," jawabnya, Pria itu berdiri dihadapan Aisyah dengan kedua tangan masuk kedalam saku celana jeans yang dikenakan.
"Kenapa harus kamu? Bukankah tadi Ibu dan Bapak hanya pamit keluar sebentar?" tanya wanita itu masih tidak mengerti.
"Soal itu aku tidak tahu. Yang jelas aku mengikuti perintah. Ayo, sekarang kita pulang." Yanju meraih tangan Aisyah, tetapi wanita itu segera menepis.
"Nggak usah pegang-pegang!"
Yanju berusaha untuk tetap sabar. Dia membiarkan wanita itu melakukan apapun yang dia mau. Aisyah meraba-raba untuk mencari pegangan.
Yanju hanya mengawasi pergerakan Aisyah dengan jarak dekat. Terlihat wanita itu mencari tempat pijakan untuk turun dari ranjang, Yanju menggeser jenjang itu tepat dibawah kaki Aisyah.
Aisyah masih merasa-rasakan pijakan yang pas. Merasa sudah pas ia segera berdiri namun, kakinya sebelah kanan tak tepat menginjak pijakan itu, sehingga tubuhnya limbung, Yanju segera menopangnya.
"Makanya jangan ngeyelan!" ujar Pria itu sedikit menggeram karena dia juga ikut terkejut sehingga refleks menahan tubuh calon istrinya itu.
"Kalau nggak ikhlas, nggak usah dibantuin!" Balas Aisyah jutek.
"Ya ampun, kamu ini ya. Bukan tidak ikhlas, tapi kamunya yang ngeyel."
"Udah lepas! Nggak usah pegang-pegang. Aku seperti ini, semua gara-gara kamu!" sanggah wanita itu dengan kesal.
Akhirnya Yanju menurunkan kadar esmosi yang tadi sudah mulai naik hampir ke ubun-ubun. Ia menyadari kesalahan yang telah diperbuat.
"Ayo aku pegang." Yanju segera membimbing tangan calon istrinya. Asiyah tak bisa menolak lagi, karena ia memang butuh bimbingan untuk sampai ke tujuan.
Dimobil, pasangan itu hanya diam, tak ada yang bersuara. Aisyah mendengar ponselnya berdering, ia meraba mencari tas tempat ia menyimpan benda pipih itu. Yanju segera mengambil tasnya dan meletakan di pangkuan Aisyah.
Wanita itu segera mengambil ponselnya, karena tak bisa melihat maka, ia melihatkan layar tipis itu pada Yanju.
"Tolong lihat siapa yang telpon?" tanya Aisyah meminta Yanju membacakan nama sipenelpon.
Yanju segera melihat nama penelpon itu, wajahnya berubah seketika. Dia hanya diam memperhatikan.
"Siapa? Kok lama banget kamu bacanya? Apakah kamu tidak bisa membaca?" tanya Aisyah tak sabar karena ponsel itu masih terus berdering.
"Ehem, namanya. "Calon imam", jawab pria itu datar.
Seketika Aisyah tersenyum, dia segera menggeser warna hijau itu dia berharap calon suaminya akan menerima dirinya kembali, dan menyesal telah meninggalkan dirinya.
"Assalamualaikum... Mas Reno. Apa kabar?"
"Wa'alaikumsalam... Aku baik, Syah, aku cuma mau bilang. Cincin tunangan sudah ku titipkan pada adik sepupu kamu. Aku tidak ingin ada hubungan apa-apa lagi diantara kita."
"Tidak, Mas! Aku mohon kamu pikirkan kembali, aku tahu kamu masih mencintai aku kan, Mas?"
"Maaf, Syah, sepertinya kita memang tidak bisa bersama lagi."
"Tapi, Mas..."
Yanju merebut ponsel yang ada di tangan Aisyah.
"Dengar! Mulai sekarang kamu jangan pernah menghubungi calon istriku lagi!" Yanju segera mematikan panggilan itu.
"Nih, ponsel kamu. Lain kali jangan terlalu bodoh mencintai!" ujarnya sembari memberikan ponsel itu pada pemiliknya.
"Kamu! Kenapa kamu lancang sekali? Beraninya kamu ikut campur urusanku!" Sentak Aisyah dengan kesal.
"Tentu saja aku berani. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. Jadi kamu dilarang keras untuk berhubungan dengan lelaki manapun!"
"Ya, sebentar lagi kita akan menikah. Tapi, harus kamu tahu! Kamu bukanlah lelaki yang aku cintai. Kamu hanya suami pengganti. Jadi jangan harap aku bisa mencintai kamu. Aku juga tahu kamu menikahiku hanya merasa kasihan dan bertanggungjawab atas apa yang telah terjadi padaku."
"Untuk saat ini mungkin benar dengan semua apa yang kamu katakan. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku berharap kita bisa mempunyai hubungan yang lebih baik dari itu."
"Aku tidak mau!" jawab Aisyah begitu cepat.
"Yakin tidak mau? Kamu belum lihat lho wajahku. Jika kamu melihat maka, si Reno mu itu tidak ada apa-apanya," ujar Yanju menggurauwi calon istrinya.
"Eh, ringan banget mulut kamu itu ya. Pede banget jadi orang. Walau setampan apapun kamu, aku tidak akan tergoda!"
"Hahaha.... Baiklah, terserah dengan ucapanmu. tapi awas ya! Kalau aku tahu bila suatu saat kamu jatuh cinta padaku. Maka aku tidak akan bertanggungjawab."
"Tidak akan!" Aisyah masih tetap dengan pendiriannya. Yanju hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum gemas.
***
Malam ini Rindi mengemasi barang-barangnya. Ia merasa sudah cukup kuat. Sebaiknya pergi secepatnya dari kehidupan Arfan akan lebih baik.
Saat Rindi masih mengemas barang-barang. Ia kembali menemukan pakaian sang bayi yang pernah ia bawa kemaren. Rindi mengambil pakaian itu, dan mendekapnya dengan erat.
"Anak surga Mama apa kabar? Semoga bahagia disana ya, Nak. Tunggu Mama disana." Rindi mengecup pakaian itu dengan lembut.
"Rindi..."
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu kamar membuat lamunannya buyar, cepat-cepat wanita itu memasukkan kembali pakaian sang bayi kedalam tasnya.
"Bu." Rindi membukakan pintu kamarnya.
"Kamu lagi ngapain, Nak?" tanya Mama melongok kedalam kamar.
"Ah, nggak lagi ngapa-ngapain, Bu. Cuma mau beres-beres pakaian saja," jawab wanita itu dengan jujur.
"Beres-beres? Emang kamu mau kemana?" Tanya Mama sembari nyelonong masuk untuk melihat kebenarannya.
Mama Zahra melihat pakaian yang sudah masuk kedalam tas. Wanita itu membuka lemari pakaian yang sudah kosong dengan pakaian Rindi.
"Rin, apa ini? Kamu mau kemana?" tanya Mama sembari memegang bahu menantunya itu.
"Bu, aku minta maaf karena telah membuat kekacauan di keluarga ibu. Mulai sekarang aku akan pergi dari kehidupan Mas Arfan dan Mbak Elin. Sekali lagi maafkan aku. Dan terimakasih, ibu sudah dan keluarga sudah begitu baik denganku."
Bersambung....
Happy reading 🥰
hanya sehari saja thor dia terlahir setelah itu menghadap sg ilahi 😭😢😢