Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32
...Saat ini mencoba tuk menghabiskan waktu untuk mencari ketenangan di antara banyaknya rasa ketidak terimaan, menahan amarah, dan juga keterbatasan diri ini dalam menerima kenyataan setiap harinya dan setiap saat nya....
...Belajar menemukan alasan agar bisa mengalahkan setiap perihnya yang tidak membuat diri ini tumbuh....
...Aku pun belajar menghadirkan maaf pada setiap apa yang terjadi namun tak sesuai dengan apa yang di impikan. Menghabiskan waktu untuk meratapi sesuatu yang tak seperti harapan itu nyatanya jauh melelahkan untuk diri ini....
...Dan dalam hati selalu saja menekankan pemikiran yang baik, bahwa tak masalah dengan apa yang terjadi, menyakinkan diri bahwa akan ada sesuatu yang lebih baik di balik kejadian yang saat ini di jalani....
...──────⊹⊱✫⊰⊹──────...
Senyuman sumringah itu kembali terbayang di mana dirinya yang mendapatkan kesempatan tuk menjadi seorang dokter yang lebih terkenal, Akan tetapi ia lepaskan begitu saja dengan memberikan kesempatan itu untuk Aidan.
Berbagai janji di ucapkan oleh Aidan, menerima dirinya, menjaga dan juga akan setia padanya. Akan tetapi kenyataan tak sesuai dengan janji yang di ungkapkan.
Aidan dengan sengaja menodai hubungan rumah tangga yang di jalani. Janji yang di katakan hanya lah janji yang tak akan pernah bisa di tepati. Aidan menghianati perasaannya, bahkan terang-terangan melakukan hubungan yang lebih di depan matanya sendiri.
Belenggu di dalam dirinya kini telah terlepas, ia telah merelakan bagaimana rumah tangganya berakhir. Tulusnya cinta yang ada pada dirinya nyatanya tak pernah di hargai. dengan tenang dan juga merelakan ia pun melepaskan diri dari Aidan.
Rasa tekadnya yang ada pada dirinya kini telah ia lakukan, ia tak lagi memikirkan bagaimana keadaan sang putra. Ia yakin tanpa dirinya putranya akan bahagia dengan pilihannya.
"Mama yakin kamu pasti bahagia bersama dengan Papa kamu. " batin Emily yang saat ini merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya.
Berbeda dengan Emily, kini terlihat Aidan yang sibuk mencari keberadaan Emily. Wajahnya memerah saat mengingat isi dari dokumen yang di tinggalkan oleh Emily.
sebuah surat gugatan perceraian dan bukti foto dirinya yang bersama dengan Salsa.
Aidan teringat bagaimana mereka sebelum menikah, ia melamar wanita yang menjadi idola para lelaki. Rasa takut ia rasakan saat menemui Emily yang terkenal benar-benar terlihat dingin. Setelah dua kali di tolak, dan untuk yang ketiga kalinya mengungkapkan isi hatinya Emily pun menerima dirinya.
Namun di saat Emily benar-benar. mencintai dirinya nyatanya godaan terus menghampirinya sehingga dirinya menyukai wanita yang baru saja ia kenal, Salsa.
Waktu begitu cepat berlalu, telah satu minggu Emily telah pergi. Sedangkan Salsa pun telah berani tuk tinggal di rumah Aidan dengan alasan ingin menjaga Berlian.
Kini Aidan menyiapkan pakaiannya, ia mengenakan pakaian kerja akan tetapi terlihat dirinya yang merasa seakan ada yang kurang. Pakaian yang ia kenakan seakan tak sesuai dengan penampilannya, ia merasa seakan ada yang kurang dari dirinya.
Di saat Aidan mengenakan pakaiannya di saat itu juga pintu kamarnya di ketuk.
Tokkk tokkk tokkk...
"Kak, Berlian sudah siap tuk pergi kesekolah. " ucap Salsa dengan melihat Aidan.
"Iya tunggu saja di bawah, nanti saya turun. " ucap Aidan dengan tangan yang terlibat mengancingkan kemejanya.
Salsa yang melihat Aidan kesulitan mengancingkan kemejanya seketika melangkahkan kakinya mendekati Aidan.
tangannya terulur meraih kancing baju yang di kenakan Aidan.
Ia terlihat membantu Aidan sedangkan Aidan yang melihat bagaimana Salsa terhadapnya seketika tersenyum.
"Emily... " gumamnya yang saat ini menatap lekat wanita yang ada di hadapannya.
Sedangkan Salsa yang mendengarkan ucapan Aidan mendongakkan kepalanya menatap Aidan yang saat ini tak menyadari bahwa dirinya Salsa dan bukan Emily.
Aidan yang menyadari apa yang ia katakan seketika melepaskan tangan Salsa.
"Kamu turun saja di bawah, biar aku saja sendiri. " ucap Aidan dengan menatap Salsa.
Salsa yang ada di hadapan Aidan tersenyum begitu hangatnya.
"Saya mengerti keadaan dan juga perasaan kamu kak, tak masalah mungkin saja istri kamu ingin memenangkan diri makanya untuk saat ini pergi. " ucap Salsa dengan menatap Aidan.