Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 32.
Di perusahaan NAV Corp, Rania baru saja tiba. Ia langsung menuju ke ruangan kerja Elvano. Namun di tengah perjalanan, ketika baru saja Rania keluar dari lift, ia berpapasan dengan Bianca.
"Nona Rania," sapa Bianca dengan tersenyum. "Anda pasti ingin menemui Tuan Elvano," tebak Bianca lagi atas kedatangan Rania.
Namun, Rania hanya memberikan respon seadanya pada Bianca, dengan mengangguk kecil seraya terus berlalu melewati sekretaris Elvano itu. Rania malas berurusan dengan Bianca karena wanita itu sebelumnya sudah meninggalkannya begitu saja, sama seperti pemilik perusahaan ini, Elvano Abraham.
"Dasar sombong," umpat Bianca ketika melihat Rania berlalu, tak menghiraukannya. Bianca bisa melihat saat ini Rania berbincang dengan Tracker.
Asisten pribadi Elvano itu langsung menghampiri Rania ketika melihat kehadirannya di perusahaan NAV Corp.
"Selamat siang, Nona." Tracker menunduk kecil pada wanita yang dicalonkan sebagai pendamping sang atasan.
"Siang, aku ingin bertemu dengan El. Apakah dia sibuk?" tanya Rania dengan tersenyum ramah pada Tracker.
"Maaf, Nona. Tuan Elvano sedang tidak berada di kantor hari ini," beri tahu Tracker dengan nada suara yang menyesal karena bisa melihat perubahan raut wajah Rania, meski beberapa detik berikutnya wanita itu kembali tersenyum kecil.
"Apa dia memiliki pekerjaan di luar?" tanya Rania lagi. Ia ingin memastikan keberadaan Elvano dan sebenarnya hendak menyusul calon tunangannya itu. Rania dan Elvano sama sekali belum bicara setelah kedatangannya ke New York. "Apa boleh aku tahu El ke mana?" tanya Rania to the point.
"Maaf, Nona. Tuan Elvano sedang memiliki urusan yang penting di luar."
Jawaban Tracker jelas tak memuaskan bagi Rania. Ia memberikan anggukan pada Tracker dan memutuskan untuk beranjak pergi.
Sedangkan Tracker, ia masih ingin berucap, tapi urung ketika melihat Nona Rania yang langsung pergi begitu saja.
Sedari kedatangannya pertama kali, dan melihat Elvano yang berlari mengejar karyawannya, Rania sudah merasakan sesuatu. Terutama dari sikap Elvano dan tatapan pria itu pada karyawannya, Rania bisa melihat ada sesuatu yang berbeda kala itu.
"Apa dia sebenarnya kekasihmu, El?" gumam Rania bertanya pada dirinya sendiri. Ia meraih ponsel dan berniat menghubungi Elvano. Namun, sedetik kemudian ia terlihat ragu. "Apa sebaiknya aku menghubungi Uncle Nathan saja?" Rania menggulir nomor ponsel Nathan, berniat menghubungi pamannya yang juga merupakan ayah dari Elvano.
"Tidak! Tidak! Jangan menciptakan keributan, Rania. Kau harus bicara lebih dulu dengan El. Huft..." Akhirnya Rania tak menghubungi siapa-siapa. Gagal bertemu Elvano, membuat Rania berniat untuk menghabiskan waktunya di New York dengan berjalan-jalan. Mungkin ia akan bisa bertemu dan bicara dengan calon tunangannya itu ketika Elvano sudah tidak lagi sibuk dengan semua pekerjaannya.
Rania menuju lift untuk turun ke lobby, tapi di sana ternyata masih ada Bianca.
"Anda tidak bertemu dengan Tuan Elvano, Nona?" tanya Bianca dengan tersenyum aneh pada Rania.
"El memiliki pekerjaan di luar."
Bianca terkekeh kecil mendegar jawaban Rania, yang membuat Rania seketika mengerutkan keningnya menatap Bianca semakin tak suka.
"Seingat saya, Tuan Elvano tidak memiliki pertemuan dan janji apapun hari ini, Nona. Mungkin Tuan Elvano sedang menghabiskan waktu bersama simpanannya..." Bianca langsung menutup mulutnya dan memukul mukul kecil, seakan apa yang telah ia ucapkan itu keluar dengan tidak sengaja. Padahal, Bianca sengaja mengatakan itu semua pada Rania.
"Apa maksudmu? Simpanan? El memiliki simpanan?"
Di dalam hati Bianca tersenyum melihat netra Rania yang langsung melebar, terkejut. Bianca mengangguk cepat, ia terlihat melirik kiri kanan, memeriksa situasi sebelum berdiri sedikit menepi dan disusul oleh Rania.
"Sebenarnya Tuan Elvano memiliki hubungan dengan salah satu team sekretaris di sini yang selalu menggoda Tuan Elvano, Nona." Bianca memasang wajah prihatin saat mengatakan itu semua pada Rania. "Seperti hubungan rahasia, dan wanita simpanan itu...emmm maksud saya team sekretaris itu tidak masuk bekerja hari ini, Nona. Sepertinya ia kesal karena mendengar pertunangan Anda dengan Tuan Elvano."
Tidak salah karangan Bianca itu. Sena memang kesal karena Elvano memiliki calon tunangan, tapi Bianca menyampaikan semuanya demi membuat Sena mendapatkan masalah, dan akan sangat memuaskan untuknya jika Sena sampai dilabrak oleh Rania.
Bianca mengamati wajah Rania. Ia semakin tersenyum saat melihat netra Rania menajam, meski wanita itu hanya diam saja tak mengeluarkan kemarahannya sedikit pun atas kabar yang ia terima. Mungkin belum, pikir Bianca.
"Apa kau tahu alamat sekretaris itu?"
"Dia bukan sekretaris, Nona. Hanya bagian dari team sekretaris. Sayalah satu-satunya sekretaris di sini," ralat Bianca yang membuat Rania malas.
Rania mendapatkan alamat apartemen Sena dari Bianca. Dan ia berniat untuk memeriksa langsung ke sana.
*
*
*
"Ini karena apa?" tanya Sena terdengar tajam. Namun penuh akan kekhawatiran saat menunjuk pelipis Elvano yang terdapat luka robek dan jahitannya terlihat baru. Di wajah tampan pria itu juga terdapat beberapa lebam, membuat Sena heran karena Elvano terlihat seperti baru saja berkelahi. Padahal saat menghajar Rett dengan membabi buta, Sena bisa melihat prianya itu tidak mendapatkan satupun serangan balasan dari Rett.
Pertikaian antara Elvano dan Rett akhirnya dipisahkan oleh orang-orang Reagan. Bukan Reagan atau Rexi yang memerintahkannya, melainkan Nyonya Rykhad yang sudah dibuat gila karena suaminya menolak untuk melerai dua pria yang berkelahi itu.
"Ini tontonan gratis, Sayang," ucap Reagan saat itu pada Amanda. Membuat Amanda dengan segera memerintahkan orang-orang suaminya untuk segera memisahkan Elvano dan Rett.
Nyonya Rykhad itu bahkan segera memanggil dokter pribadi keluarga Rykhad untuk segera mengobati Elvano yang tangannya terus mengeluarkan darah, juga Rett yang habis babak belur jadi sasaran kemarahan Elvano.
Namun, Rexi lebih dulu mencegah orang-orang mereka ketika ingin membawa Rett masuk ke kediaman keluarga Rykhad. Rexi memerintahkan orang-orangnya untuk melempar Rett keluar, pria buaya itu bisa diurus oleh anak buahnya sendiri. Dan Rexi mengatakan pada Amanda jika Rett sendiri lah yang ingin pulang dan berobat di rumah sakit.
"Karena Daddy?" duga Sena tiba-tiba karena ia tahu telapak tangan Elvano yang saat ini tengah dijahit oleh dokter, terluka saat berhadapan dengan ayahnya.
Elvano menggeleng. "Bukan. Ini, hanya karena pintu."
Mendengar jawaban asal yang diberikan oleh Elvano, membuat Rexi yang juga ada di sana terkekeh sinis. Pria itu berdiri di sisi pintu kamar dengan tangan yang tersimpan di saku celana dan bersandar pada dinding. Ia menatap Elvano dengan tajam.
"Aku yang menghajarnya," akui Rexi dan ia langsung menerima pelototan dari Sena yang terkejut. "Siapa suruh dia membuatmu menangis," kata Rexi membalas tatapan adiknya.
"Masih untung pria sialanmu ini tidak disunat Emerald dan diamuk oleh Mommy!" tambah Rexi lagi.
"Kak, kau mengatakannya pada Mommy?!"
"Belum, tapi dia sudah memecahkan dua vas milik Mommy. Jadi, aku tidak perlu memberi tahu Mommy, Mommy sudah pasti akan memburunya sendiri."
Mendengar ucapan saudaranya, Sena tiba-tiba saja memegang kepalanya, dan itu memancing kekhawatiran Elvano.
"Jangan menyentuhnya!" Rexi bergerak cepat menepis tangan Elvano saat ingin menyentuh Sena yang duduk di sisi pria itu.
Elvano berdecak kesal atas sikap Rexi. "Kau tidak apa-apa, Sayang?" tanya Elvano pada Sena yang mengusap kasar wajahnya.
"Uwekkk," muntah Rexi saat mendengar ucapan manis Elvano pada adiknya. Ia bergidik ngeri dan Elvano tidak memperdulikan tanggapan Rexi yang aneh itu.
Sampai pada kedatangan Rain, mengalihkan perhatian semuanya.
"Kak Rie, Daddy memanggilmu," beri tahu Rain pada Sena seraya mengarahkan senapannya pada Elvano dan melancarkan tembakkan.
"Rain!!" pekik Sena saat adiknya itu tiba-tiba saja menembak Elvano dengan cat cairan berwarna merah. Jas Elvano yang sebagian sudah rusak karena pedang Reagan kini tambah hancur bentuknya karena noda merah yang diberikan oleh Rain.
Rain hanya terkekeh, ia menyambut tepuk tangan yang diberikan oleh Rexi.
"Daddy juga memanggil orang asing itu." Setelahnya Rain beranjak pergi dengan membawa senapannya dengan gaya siaga, mencari target lain, yang entah siapa lagi yang akan menjadi korban selanjutnya.
"Sudah, Tuan," ucap dokter pribadi keluarga Rykhad setelah selesai dengan pekerjaannya yang dari tadi menangani luka di tangan Elvano dan langsung pamit meninggalkan kamar.
"Kalian berdua, langsung temui Daddy," ancam Rexi sebelum akhirnya ia juga keluar meninggalkan Elvano dan Sena yang sama-sama terdiam.
berawal dari bibir Rey semua.. sama amanda sih../Facepalm//Facepalm/