Gita Gayatri Kusuma diajak oleh calon suaminya ke sebuah restoran yang berada di dalam hotel berbintang lima. Tanpa sepengetahuannya Gita, calon suaminya sudah membuat perjanjian dengan seorang Presdir muda yang bernama Zevan Abraham
Zevan Abraham membutuhkan wanita yang masih suci untuk ia tiduri semalam karena sudah lima tahun Zevan ditinggal koma oleh istrinya dan dia membutuhkan seorang wanita yang masih suci untuk memuaskan hasratnya semalam saja karena Zevan ingin memiliki keturunan dan calon suaminya Gita yang bernama Yoga yang ingin memenangkan tender, menawarkan Gita ke Zevan. Zevan berjanji meloloskan tendernya Yoga karena Zevan menyukai foto Gita Gayatri yang diperlihatkan oleh Yoga.
Bagaimana nasib Gita selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Setelah makan siang, Zevan membawa Gita pulang dan berkata, "Aku bawa kau pulang untuk beristirahat dan beristirahat lah yang benar. Jangan pergi dari rumah tanpa ijin dariku"
"Tapi, kalau Nyonya muda nanya kenapa saya pulang lebih cepat dari karyawan lain gimana, Tuan?"
"Jam segini Diva belum pulang dan kenapa kau lupa memanggilku, Mas, saat kita berduaan seperti ini?"
"Maafkan saya, Tuan. Saya belum terbiasa"
"Sudahlah. Terserah kau saja" Zevan mendengus kesal.
Gita langsung berkata, "Mas, maafkan saya, Mas Zevan"
Zevan tersentak kaget dan pria tampan itu langsung meminggirkan mobilnya, menetralkan persneling mobil matic mewahnya, dan bergegas melepas sabuk pengaman.
Gita menoleh kaget dan bertanya, "Kenapa Anda meminggirkan mobil dan ...... hmpppttthhh!"
Zevan mencium bibir Gita. Lalu, pria tampan itu menarik bibirnya, mengusap pipi dan rambut Gita sambil menatap lekat wajah Gita.
"Mas?" Tanpa sadar Gita kembali mengucapkan kata itu.
"Ah, kenapa kamu manis sekali, Gita" Zevan kembali mencium bibir Gita dan mengajak lidah Gita berdansa liar. Saat Zevan ingin menuntut lebih, ia mendengar jendela kaca mobilnya diketuk.
Zevan mendengus kesal lalu ia melepaskan pagutan dan pelukannya untuk membuka jendela kaca mobil. "Ada apa, Pak polisi?"
"Anda tidak boleh berhenti di bahu jalan ini! Anda saya tilang. Tunjukan semua surat-surat Anda"
"Sial! Baru kali ini saya kena tilang" Zevan menghela napas panjang sambil memberikan sebuah dompet ke Polantas itu, "Semua surat saya ada di dalam dompet ini"
Setelah mencatat dan memberikan surat tilang ke Zevan, Polantas itu berkata, "Anda boleh pergi dan ingat untuk datang ke pengadilan besok lusa!"
"Baik" Sahut Zevan.
Sial! Kenapa harus kena tilang di depan Gita? Kalau tidak ada Gita, aku pasti sudah hubungi Bram dan dengan mudahnya aku terbebas dari tilang. Batin Zevan sambil meluncurkan mobilnya dengan wajah kusam.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah utamanya Zevan Abraham, Gita memilih untuk diam seribu bahasa.
Setelah sampai di halaman depan istananya, Zevan menahan lengan Gita untuk mencium kening Gita lalu ia berkata, "Masuk ke dalam dan beristirahatlah! Aku pulang jam enam sore nanti"
"Baik, Tuan" Gita memilih mengucapkan kata Tuan karena ia takut kalau dia mengucapkan kata, Mas, Zevan akan menciumnya lagi di bibir.
Zevan tersenyum ke Gita saat Gita membungkuk dan saat Gita menutup pintu mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah, Zevan kembali meluncurkan mobil matic mewahnya.
Sementara itu, Rosa nekat datang ke mebelnya Yoga dan dia melihat Yoga tengah memberikan pengarahan ke salah satu pegawainya. Rosa memeluk Yoga dari arah belakang dan Yoga sontak mengurai tangan Rosa sambil berkata, "Jangan ganggu aku! Aku lagi kerja!"
Rosa sontak berteriak kesal, "Kenapa kamu sekarang kasar sama aku, Mas?!!!!!!"
Yoga dan semua pegawainya Yoga tersentak kaget.
Rosa tidak merasa malu saat semua pasang mata mengarah kepadanya, gadis cantik dengan tubuh montok itu justru kembali berteriak dengan isak tangis manjanya, "Apa kamu sudah tidak mencintaiku, Mas? Kita baru saja menikah tapi kamu sudah kasar sama aku!"
Yoga menghela napas panjang lalu ia mencekal lengan Rosa dan berbisik di telinga Rosa, "kalau kamu masih ingin aku pedulikan, jangan bikin drama di sini! Aku sedang kerja jadi tunggu lah aku di ruanganku dan jangan bikin drama!"
Yoga lalu melepaskan lengan Rosa dan kembali berbicara dengan pegawainya. Rosa melangkah ke ruang kerjanya Yoga dengan langkah kesal dan wajah ditekuk sedalam-dalamnya.
Di kamar yang cukup luas dan cukup mewah, mama tirinya Gita tengah bergumam, "Gita ke mana, ya? Kenapa dia tidak pernah pulang ke sini? Lalu, apakah tua bangka itu sudah berhasil meniduri Gita? Ah, seharusnya sudah berhasil karena tua bangka itu tidak protes sama aku dan tidak melabrak aku. Berarti tua bangka itu puas dengan servisnya Gita. Hihihihihihi, cari uang tambahan ternyata semudah ini. Emm, selanjutnya aku cari mangsa siapa lagi, ya?" Mama tirinya Rosa tidak tahu kalau rencananya menjual Gita gagal dan dia juga tidak tahu kalau pria paruh baya yang hendak mencelakai Gita, telah masuk ke dalam penjara. Dia juga tidak tahu kalau dia tidak dijebloskan ke dalam penjara karena pengampunannya Gita.
Tepat jam enam sore, Zevan melangkah masuk ke dalam rumahnya dan dia langsung bertanya ke kepala pelayan yang menyambutnya, "Gita selalu di rumah, kan?"
"Iya, Tuan muda"
"Sekarang di mana Gita?"
"Non Gita ada di dapur sedang memasak dan Nyonya muda menungguinya"
"Hmm" Zevan melangkah ke kamarnya dengan senyum bahagia dan membatin, senangnya mendengar Diva dan Gita akur.
Setelah mandi dan memakai setelan santai, Zevan melangkah ke ruang makan dan dia dikejutkan dengan kemunculan masakan kesukaannya. Zevan menatap Gita yang tengah menata semua masakan kesukaannya di atas meja makan dan seketika itu juga Zevan tersenyum dengan hati bergelenyar hangat.
Zevan terkejut dan sontak menghapus senyumannya saat ia merasakan lengannya disentuh. Zevan menoleh ke samping kanannya dan dia kembali tersenyum saat ia melihat Diva tersenyum ke arahnya.
Diva mengusap lembut lengan Zevan lalu mengecup bibir Zevan kemudian berkata, "Gita ternyata sangat pandai memasak. Dia memasak semua masakan itu dan saat aku tanya apakah semua masakan itu masakan kesukaan dia, Gita menggelengkan kepala. Lalu, aku tanya lagi, masakan itu masakan kesukaannya siapa? Gita hanya menjawab dia memasaknya, semua masakan itu ia masak sebagai tanda terima kasih. Lho, terima kasih untuk siapa dan Gita tidak mau menjawabnya"
Zevan melirik Gita dan ia sempat melihat Gita menatapnya dengan sorot mata tidak suka dan cemberut.
Kenapa dia cemberut? Apa dia cemburu melihat Diva menyentuh dan mengecup bibirku? Batin Zevan.
"Van? Kamu mendengar semua ucapanku, kan?" Diva mengusap lembut pipi Zevan.
Zevan langsung menatap Diva dan menyahut, "Hmm" Dengan senyuman yang dipaksakan.
Zevan melirik Gita saat gadis cantik berlesung pipit itu duduk di bangku yang berada di sisi kirinya.
"Hmm! Enak banget! Cobalah, Van! Masakan Gita enak banget, aaaaa!" Diva mengarahkan sendok ke Zevan dan Zevan langsung menunduk dan berkata, "Aku bisa makan sendiri"
Diva menurunkan tangannya dan bertanya, "Kenapa kau tidak mau aku suapi? Biasanya kalau kita makan berdua aku selalu menyuapi kamu, Van"
Gita sontak tersedak makanannya karena ia cemburu mendengar Diva berkata kalau Diva selalu menyuapi Zevan.
Zevan sontak menyodorkan gelas ke Gita dan berkata, "Pelan-pelan kalau makan!"
"Iya, pelan-pelan kalau makan" Sahut Diva.
Gita mengangguk dan tersenyum canggung sambil meletakkan gelas di atas meja.
"Semua masakan kamu ini makanan favoritnya siapa?" Tanya Diva.
Zevan dan Gita sontak menatap Diva dengan sorot mata heran.
Zevan heran kenapa Diva tidak tahu makanan kesukaannya padahal Gita yang baru memasuki kehidupannya saja tahu semua makanan kesukaannya.
Gita pun menanyakan pertanyaan yang sama di dalam benaknya.
Diva kembali bertanya ke Gita, "Kok malah bengong? Makanan ini makanan favoritnya siapa? Pacar kamu apa Papa kamu? Atau Mama kamu?"
Gita sontak menjawab, "Saya memasaknya sebagai ucapan terima kasih saya untuk seseorang yang sudah memanjakan saya selama beberapa hari ini dan siapa dia, itu rahasia"
Zevan sontak menoleh ke Gita dan pria tampan itu tersenyum bahagia mendengar ucapannya Gita.
"Wah, kok, main rahasia" Dengus Diva.
Diva kemudian berkata kembali, "Aku tidak suka memasak. Aku tidak suka memasak karena aku tidak mau kuku jariku yang aku rawat dengan susah payah ini rusak" Diva menunjukkan semua kuku jarinya di depan Gita.
Gita tersenyum dan berkata, "Saya tidak bisa membuat kuku jari sebagus itu jadi saya tidak pernah risau soal kuku jari. Mau masak, ya, masak saja. Konon katanya, Suami akan betah di rumah kalau Istrinya selalu memasak untuknya. Apakah Anda tidak ingin seperti itu, Nyonya Muda?"
Zevan langung menoleh ke Diva. Dia menunggu jawabannya Diva.
Diva menatap Zevan, mengusap pipi Zevan, lalu mengecup bibir Zevan, dan berkata, "Tapi, Suamiku ini tidak seperti Suami di luaran sana yang manja dan selalu menuntut Istrinya untuk memasak. Suamiku ini baik dan tidak suka menuntut. Dia juga sangat mencintaiku. Jadi, aku tidak bisa memasak pun tidak masalah. Ya, kan, Sayang?" Diva kembali mengecup bibir Zevan dan Zevan hanya bisa tersenyum.
Wajah Zevan tersenyum tapi hatinya kecewa mendengar jawabannya Diva.
Setelah makan malam selesai, Zevan dikejutkan dengan tarikan tangan Diva.
"Va?! Kenapa menarikku sekencang ini?!" Zevan berucap sembari bangkit berdiri.
"Aku kangen sama kamu, Van" Ucap Diva dengan kerlingan manja sambil terus menarik tangan Zevan.
Zevan menoleh ke belakang dan saat ia melihat Gita menunduk dengan wajah muram, hati Zevan terasa pedih.
Zevan ingin menahan tangan Diva, tapi itu tidaklah mungkin. Diva adalah istri sahnya dan Diva berhak atas waktu dan tubuhnya.
Setelah menutup pintu dengan tidak sempurna, Diva memang sengaja melakukannya karena dia ingin semua orang yang lewat di depan kamarnya bisa mendengar kemesraannya dengan Zevan dan semua pelayan akan berpikir dua kali kalau mereka ingin menggoda Zevan. Zevan yang sudah duduk di tepi ranjang dikejutkan dengan lompatan Diva di atas pangkuannya.
Diva langsung menangkup wajah Zevan sebelum Zevan sempat meluncurkan protes dan wanita super cantik dan seksi itu segera berkata, "Kita akan mulai makan pertama kita. Tapi, sebelumnya aku katakan dulu ke kamu, Van. Aku belum ingin punya anak, jadi kamu harus memakai alat pengaman. Aku belum siap punya anak. Tunggu dua tahun ke depan barulah kita pikirkan soal anak, oke?"
Zevan mengerutkan keningnya. Dia ingin meluncurkan protes, tapi kata harus memakai alat pengaman membuatnya refleks menganggukkan kepala karena ia ingin menepati janjinya pada Gita.
Ide Diva untuk memakai alat pengaman sangat cocok dengan apa yang ingin aku sampaikan. Tapi, soal Diva belum ingin memiliki anak untuk dia tahun ke depan itu membuatku syok. Batin Zevan di sela serangan sensualnya Diva.
Diva yang masih duduk di atas pangkuannya Zevan, membuka semua baju Zevan lalu membuka semua bajunya sambil berkata, "Aku akan membuatmu menggelepar tak berdaya malam ini, Van dan........"
"Tunggu! Kenapa kamu di atasku?"
Zevan ingin bertanya, kalau kamu masih tersegel dan masih suci, bukankah berada di atas justru akan mengalami kesakitan, namun serangan liarnya Diva membuat Zevan hanya bisa mengeluarkan lenguhan-lenguhan pasrah.
Bukan pelayan yang lewat di depan kamarnya Diva dan Zevan. Melainkan Gita. Gita terpaksa melewati kamar itu karena kamarnya terletak di sebelah kamar itu dan mau tidak mau dia harus melangkah melewati kamar itu. Saat melewati kamar itu, Gita bisa mendengar suara lenguhannya Zevan dengan jelas dan seketika itu juga Gita meremas dadanya lalu berlari ke kamarnya. Gita kemudian menangis sejadi-jadinya di atas ranjang.
Permainan Diva sangat profesional. Jauh berbeda dengan Gita yang masih malu-malu dan tidak agresif. Diva bahkan tahu bagaimana caranya memainkan juniornya dengan mulut. Zevan menyukai permainan Diva tapi hati dan pikirannya terus mengarah ke Gita.
Setelah memekik puas sebanyak tiga kali, Diva jatuh rebah di atas kasur dan langsung tertidur pulas. Zevan menarik selimut dan saat ia memeriksa sprei, Zevan sontak menautkan kedua alisnya, karena ia tidak menemukan bercak darah di sprei. Milik Diva pun ia rasakan tidak sempit seperti milik Gita.
Zevan langung bangkit berdiri, memakai semua bajunya dan berlari ke ruang kerjanya, ia bergegas menghubungi dokter Mey, "Mey? kau yang memeriksa kesucian Diva sebelum aku menikah dengan Diva. Bukankah hasilnya ........"
"Sudah terbuka" Sahut dokter Mey dengan cepat.
"Apa maksud kamu?" Zevan mundur selangkah dengan wajah syok.
"Saya berikan laporan soal kesucian Nyonya muda ke asisten saya karena waktu itu saya harus terbang ke Jepang dan saya lalu menetap cukup lama di sana. Saya pulang dan kaget saat menemukan Nyonya muda koma"
"Tapi, laporan yang diberikan oleh anak buah kamu menyatakan kalau Diva masih tersegel rapat. Diva masih suci"
"Maafkan saya, Tuan. Saya kira Anda sudah tahu soal itu"
"Besok aku akan ke rumah sakit untuk menemui anak buah kamu, itu"
"Baik, Tuan"
Setelah menutup telepon genggamnya, Zevan duduk di kursi kerjanya dengan wajah syok dan tanpa sadar dirinya menangis. Dia kecewa, sangat kecewa.
lbh parah mlh...
knp bisa di kadalin diva?
#dan lg mana mungkin g ada cctv di mansion??
apapun bentuknya masak pemerkosa di jadikan mc...
#
mlh kesannya kyk jalang...