Pernikahan Paksa Alea

Alea tengah berbincang santai dengan Kania, ketika seorang wanita yang tampak masih muda berusia sekitar awal tiga puluhan memasuki ruang tunggu VVIP.

Wanita tersebut terlihat modis dan elegan. Dia berlenggok seperti mengikuti irama dengan dada yang membusung serta dagu yang terangkat. Tak jauh beda dengan para model yang ia sering lihat melalui acara life style di televisi.

Senyumnya begitu ramah dan menambah aura kecantikan wanita itu ketika menyapa Alea melalui sorot matanya. Wanita itu sungguh membuat Alea merasa minder dengan penampilannya sendiri ketika menyadari bahwa wanita itu tengah berjalan menghampirinya sembari melemparkan pandangan menilai dirinya.

"Selamat sore, saya Revi," Sapa wanita itu ketika sudah berdiri tepat di depan Alea dan Kania. Spontan Alea berdiri sebagai bentuk sopan santun kepada wanita yang harus ia temui atas perintah Ibu mertuanya.

"Alea," ucap Alea menyodorkan tangannya yang langaung disambut oleh Revi.

Mata Revi menyelisik Alea dari ujung rambut hingga ujung kaki. Memperhatikan Alea dengan seksama seolah sedang mengabsen setiap jengkal tubuh gadis yang tampak bingung dan risih diperhatikan sedemikian rupa.

"Maaf Nona, boleh anda berputar?" tanya Revi seraya memutar tubuh Alea tanpa mendengar jawaban dari gadis itu.

Wajah Revi yang tampak berpikir keras sembari menatap tajam Alea membuat gadis itu tak berkutik ketika di outar sana si i sembari melemparkan tatapan menilai. Alea ikut berpikir keras atas sikap Revi sebelum akhirnya ia bersuara.

"Maaf Mbak Revi, ini ada apa yah sebenarnya?" tanya Alea seraya menyipitkan kedua matanya menatap Revi.

"Saya sedang menimbang style apa yang paling cocok di kenakan oleh Nona Alea untuk menunjang penampilan anda," jawab Revi masih sambil menyelisik penampilan yang Alea kenakan sekarang.

Sebelum pergi bareng Kania, Alea sempat mengganti kebaya wisudanya menggunakan blouse tanpa lengan serta wide leg pants dengan warna senada. Tak ada yang salah dengan penampilannya, pikir Alea. Hanya saja ia memang belum sempat mengubah gaya rambutnya yang masih disanggul agar memudahkan ia menggunakan toga.

"Karena tubuh Nona yang mungil - kebetulan Nyonya Dinata sudah memberitahu persis karakteristik tubuh Nona - saya sudah menyiapkan dress yang lebih cocok untuk Nona Alea kenakan. Fit, tolong kamu bawa semua baju yang tadi udah saya siapkan," Perintah Revi kepada perempuan yang sedari tadi setia mengekori Revi.

"Baik, Mam," ucap perempuan yang disapa Fit itu menjawab, kemudian menghilang di balik pintu.

"Memang apa yang salah dengan pakaian yang saya kenakan?" tanya Alea.

"Hmmm.... tidak ada yang salah sebetulnya. Hanya saja kurang tepat. Celana jenis wide leg membuat tubuh Nona terlihat semakin tenggelam. Kalaupun Nona mau menggunakan celana, saya sarankan Nona menggunakan celana berjenis High waist itu akan membuat Nona tampak lebih tinggi," ucap Revi memberi penjelasan dengan cepat. Wanita itu berbicara dan menilai penampilan Alea seperti diburu waktu.

"Tapi itu bisa nanti kita bahas. Yang penting sekarang kita rubah penampilan Nona agar sempurna untuk acara dinner nanti malam," imbuh Revi semakin menghanyutkan Alea dalam kebingungan.

"Tunggu, Mbak.... siapa yang mau dinner?"

"Tentu saja Nona," jawab Revi santai. "Saya tadi dihubungi oleh Nyonya Dinata untuk menyiapkan Nona Alea menghadiri dinner nanti malam. Nyonya Dinata juga meminta saya untuk menjadi personal fasion stylis Nona Alea. Tapi saya rasa itu bisa menyusul nanti. Kita bisa bertemu lagi setelah ini untuk mentukan brainstroming yang sesuai dengan karakter anda," imbuhnya lagi dengan senyum yang terus menggembang diwajah manisnya.

Dinner? Aku? Sama siapa? - Alea mengerutkan dahi penuh tanya.

Namun, masih ada satu pertanyaan lagi yang harus ia tuntaskan dengan menanyakan langsung kepada wanita dihadapannya.

"Apa itu perlu merubah penampilan secara menyeluruh, Mbak? Lagi pula saya jarang bepergian kok," ucap Alea merasa bahwa ini sepertinya sudah berlebihan. Dia bukanlah artis atau public figure yang membutuhkan jasa fashion stylis untuk menunjang penampilannya sehari-hari. Apalagi sampai menciptakan brainstroming segala.

"Nona Alea jangan khawatir, saya sudah lama menjadi personal fashion stylis bagi keluarga Dinata. Jadi saya bisa meyakinkan anda, kalau saya cukup mampu untuk menampilkan imej yang sesuai bagi anda sebagai keluarga Dinata tapi tetap tidak membunuh karakter anda,"

Alea menghela nafas pasrah. Tak memiliki cukup niat untuk mendebat wanita di hadapannya ini.

Kenapa ribet banget sih jadi orang kaya - keluh Alea dalam hati.

Namun, ia tidak mau membuat Ibu mertuanya kecewa dengan menolak apa yang sudah dipersiapkan untuk dirinya. Mendapat perhatian dari Dilla sudah membuat ia bahagi beberapa waktu belakangan. Tidak ada salahnya jika ia tinggal mengikuti apa yang mertuanya kehendaki, selama itu masih dalam koridor batas wajar.

Ketika Revi selesai dengan penilaiannya terhadap Alea, wanita itu mengalihkan perhatiannya kepada seorang hair stylis yang juga setia menunggu di belakangnya. Revi kemudian memberikan intruksi kepada hair stylish tersebut apa yang harus ia lakukan kepada rambut Alea.

Sementara tak jauh dari sana, Kania mendekati Kakaknya yang sudah memasang raut wajah pasrah.

"Kamu enak banget tau Kak. Dia itu fashion stylis top, sekarang malah jadi personal fashion stylis kamu. Penampilan kamu setiap hari pasti bakalan kece badai. Kaya sosialita-sosialita itu," ucap Kania dengan wajah cemberut merasa iri dengan keberuntungan Alea.

Aku memang harus banyak bersyukur. Meski tidak terlalu menyukainya, tapi pasti di luaran sana ada banyak perempuan yang seperti Kania - Alea membatin.

Walau terasa agak berlebihan, Alea menyadari kalau begitu banyak perempuan di luaran sana yang mengingkan perhatian seperti yang diberikan oleh Ibu mertuanya.

Setelah itu Alea dikerubuni oleh beberapa pegawai salon. Dari terapis healthy hingga terapis beauty. Sebelum merubah penampilannya secara menyuluruh, Alea di manjakan dengan pelayanan spa dan pijat untuk merelaksasi tubuhnya.

Saat rambutnya tengah ditata ulang oleh seorang hair stylis cekatan dan profesional, seorang terapis salon melakukan mani padi bagi tangan dan kaki Alea.

"Mbak, jangan pakein kutek," ucap Alea saat terapis itu mengaplikasikan kutek di kuku kakinya.

"Maaf Non, kalau boleh saya tau kenapa tidak boleh dipakein kutek ya? Apa Nona tidak suka warnanya?" tanya terapis yang duduk di dekat Kaki Alea itu mendongakkan wajahnya ke arah Alea.

"Bukan begitu Mbak, hanya saja saya seorang muslimah," seru Alea.

"Kutek ini Breatheable Nona, bisa di pakai untuk berwudhu. Kutek ini dibuat menggunakan formula khusus dengan senyawa polimer yang memungkinkan molekul air dan udara bisa menembus pori-pori mikronnya. Sehingga aman bagi wanita muslimah," terapis itu memberikan penjelasan panjang lebar.

Alea pernah mendengar bahwa perkembangan industri kecantikan memang sudah memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan wanita muslimah agar lebih ramah untuk di bawa menghadap Sang Maha Kuasa, membuat ia akhirnya membiarkan terapis itu melakukan apa saja kepada kaki maupun tangannya.

Alea tak lagi mempersoalkan apa yang akan dilakulan para terapis itu kepada tubuhnya. Ia mempercayakan seluruhnya kepada profesionalisme para terapis itu yang seperti ya sudah mengetahui apa yang terbaik untuk ia kenakan.