Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang Ibu yang bisa cemas
Tari merasa tubuhnya semakin tidak nyaman, sebenarnya mulai dari jam dua dini hari Ia sudah merasa nyeri di bagian pinggang namun semua itu Ia coba tahan karena tidak ingin membuat Maudy khawatir padanya.
Pagi sekali Tari sudah rapi, Ia mengoles bibirnya yang sedikit memucat agar kondisinya tidak di ketahui Maudy. Ia segera turun untuk menikmati sarapan bersama sebelum berangkat bekerja.
" Nak, apa kamu baik baik saja " Tanya Maudy yang melihat kondisi Tari yang agak berbeda dari biasanya.
" Maksud Mama, tentu saja Tari baik baik saja " Jawab Tari berusaha tersenyum.
" Jangan bohongi Mama Tari, Mama tahu kamu tidak sedang baik baik saja saat ini. Lebih baik tidak perlu berangkat bekerja, kamu ikut Mama ke klinik saja ya "
Tari masih mencoba tersenyum meyakinkan kalau dia baik baik saja.
" Mama, bukankah Mama tahu kalau Tari ini anak yang kuat, sudahlah Ma, Tari berangkat dulu ya "
Ia buru buru mencium punggung tangan Maudy dan setengah berlari kecil keluar setelah mengucapkan salam .
" Wa'alaikum salam Nak, tidak perlu buru buru begitu Nak. Kalau ada apa apa cepat hubungi Mama ya " Pesan Maudy dan Tari hanya mengacungkan jempolnya ke atas.
Tari ingin pergi diam diam tapi usahanya gagal karena supir yang sengaja di pekerjakan Maudy untuknya melihatnya.
" Nona, anda mau kemana "
Tari menghentikan langkahnya, Ia menarik nafas berat karena kecewa.
" Biar saya antar Nona "
Tari terpaksa mengalah, Ia memilih masuk ke dalam mobil yang juga sengaja di belikan Maudy untuknya.
" Ke Resto lagi ya Nona " Tanya sang supir pribadi dan Tari membalas dengan anggukan.
Sebenarnya bukan maksudnya untuk membangkang tapi Ia merasa ini sudah sangat berlebihan. Ia yang berasal dari orang luar dan tidak ada sangkut pautnya dengan Maudy, tiba-tiba saja Ia mendapatkan fasilitas lengkap flus kasih sayang seorang Mama.
Waktu yang di tempuh sekitar tiga puluh menit hingga tiba di Resto Raos, Tari turun dari dalam mobil. Namun baru beberapa langkah Ia merasa perutnya kram secara tiba-tiba, Ia menarik nafas dan menggembuskannya perlahan sambil terus melangkah masuk. Ia berpikir itu biasa saja namun semakin lama rasa sakitnya semakin tidak tertahan.
" Aw ah " Tari mulai meringis.
Para karyawan yang melihat Tari mulai panik.
" Non Tari, apa Non baik baik saja "
Tari tidak bisa lagi menjawab pertanyaan rekan kerjanya, Ia hanya fokus pada rasa sakit yang mulai menjadi jadi.
" Bawa ke rumah sakit saja cepat, yang lain tolong kabari Bu Maudy " Titah Maira.
Maira adalah orang kepercayaan Maudy di Rasto Raos satu.
Tari di gandeng keluar oleh dua orang karyawan menuju mobil, supir yang melihatnya segera membuka pintu karena sejak tadi Ia sudah siap siaga.
Bagaimana pun juga si supir pernah mengalami itu ketika menemani istrinya melahirkan dulu. Tadi supir sudah melihat perubahan di raut wajah Nona mudanya itu tapi tidak berani bersuara lebih karena Ia tahu kedudukannya yang hanya seorang supir.
" Cepat bawa masuk dan ikutlah salah satu di antara kalian " Pinta sang supir.
Karyawan bernama Desi akhirnya memilih ikut.
Klinik MC
Maudy sedang memeriksa para pasien hingga tiba-tiba ponselnya berbunyi.
..." Kami menuju klinik MC Bu, Nona Tari mendadak sakit perut "...
Maudy merogoh ponselnya, Ia terkejut dan langsung melakukan panggilan.
" Bawa ke rumah sakit Atmajaya saja, kalau di bawa kemari takut nggak keburu. Biar nanti aku yang kesana "
Maudy langsung meraih tas kerjanya dan berlari keluar, Ia juga ikutan berdebar-debar.
" Dok ~ Dokter Maudy, Dokter mau kemana " Tanya Irwan yang juga salah satu Dokter yang bekerja disana.
" Tari, anak ku mau melahirkan Irwan dan aku meminta mereka membawanya ke rumah sakit Atmajaya. Maaf ya Irwan, tolong kamu tangani pasien yang lainnya ya "
Saking gugupnya Maudy sampai memanggil Dokter Irwan dengan panggilan nama saja, hal yang belum pernah Ia lakukan sebelumnya. Sementara yang di panggil melongo hingga beberapa detik yang akhirnya tersenyum ketika Maudy mulai menjauh.
" Irwan, benarkah tadi Maudy memanggil ku Irwan " Gumam Dokter Irwan, Ia masih shock dengan apa yang baru saja berlalu.
Dokter Maudy melajukan mobilnya ke Rumah Sakit yang jauhnya sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat kediaman nya, hanya berkisar seperempat jam saja. Ia terpaksa meminta supir membawa Tari ke Rumah Sakit karena waktu tempuh yang berbeda seperempat jam dari klinik Maudy, kalau di bawa ke klinik membutuhkan waktu satu jam dari Resto Raos.
Di perjalanan Maudy mulai menghubungi pihak Rumah Sakit agar Tari segera mendapat penanganan ketika tiba disana.
Maudy mulai di landa kecemasan ketika jalanan yang di laluinya macet total.
" Pak ! Maaf, ada apa rame rame di depan " Tanya Maudy pada pejalan kaki.
" Ada kecelakaan Bu, Ibu Ibu hamil yang seperti nya mau di bawa ke Rumah Sakit " Jawab seorang Pria.
Degh ! Jantung Maudy berdegub kencang. Ia segera keluar dan berlari di tengah kerumunan masa.
" Permisi, permisi Pak, Bu " Maudy berusaha menerobos kerumunan banyak orang.
Melihat pakaian yang di kenakan Maudy beberapa orang langsung memberi jalan. Maudy melihat dua orang yang tergeletak disana, segera Ia memeriksa nya. Wajahnya menunduk sedih ketika memeriksa sang Pria, Ia menggeleng pelan. Ia kemudian beralih pada seorang wanita dengan perut yang sangat besar dan kemudian melakukan hal yang sama, Ia menarik nafas lega.
" Cepat bawa dia " Pinta Maudy pada orang-orang yang berada disana.
Bersamaan dengan itu terdengar bunyi sirine ambulans, Maudy kembali menarik nafas lega.
" Dokter Maudy " Sapa seorang Pria yang baru turun dari ambulans itu.
" Iya, tolong angkat segera, kondisinya kritis. Hati hati semoga kita belum terlambat menolongnya "
Pria itu menatap kedua orang yang tergeletak disana, Ia bingung yang mana. Maudy menjelaskan apa yang terjadi, dan akhirnya keduanya di masukkan ke dalam mobil di bantu beberapa orang yang ada disana.
" Tolong bawa segera, saya bawa mobil sendiri "
Maudy berlari kecil menuju mobil miliknya dan kembali melaju dengan kecepatan penuh ketika jalanan yang di lalui mulai renggang. Ia kembali memikirkan bagaimana kondisi Tari.
" Ya Robb semoga dia baik baik saja, lindungi dia dan mudahkanlah persalinan nya, sudah cukup derita yang Ia rasakan selama ini " Batin Maudy.
Hanya sepuluh menit berlalu Maudy sudah tiba di Rumah Sakit Atmajaya, Ia segera berlari. Tidak peduli dengan reputasi nya yang seorang Dokter, dia juga adalah seorang Ibu yang bisa merasa begitu cemas pada Putri nya ketika sang Putri berjuang seorang diri dalam situasi hidup dan mati.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰