NovelToon NovelToon
Boss Kekasih Adikku

Boss Kekasih Adikku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:12.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yudhi Nita

Valeria bahagia ketika sang adik, Cantika diterima sebagai sekertaris di sebuah perusahaan. Setelah 3 bulan bekerja, Cantika menjalin hubungan dengan pimpinannya.

Ketika Cantika mengenalkan sang pimpinan kepada Valeria, dia terkejut karena pria itu adalah Surya, orang yang dulu pernah menjalin cinta dengannya sewaktu SMU, bahkan pernah merenggut keperawanannya.

Apakah yang Valeria lakukan selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada mereka? Apakah hubungan mereka akan berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 32

Keesokan harinya, aku bersiap untuk berangkat ke kantor. Pagi ini aku belum memasak, seperti biasa, hanya makan roti dan segelas susu untuk sarapanku bila di negara tetangga ini. Jadi, kusiapkan di mejaku, roti dengan selai coklat dan segelas susu agar bila Surya masuk ke ruang apartemenku, dia bisa sarapan.

Kelihatannya dia masih tidur. Kutinggalkan dia tanpa mengunci apartemenku. Sesampainya di kantor, Bu Magda langsung bercerita padaku,

"Val, kemarin Bu Anggraini menanyakan terus tentang kamu, sepertinya dia benar-benar suka sama kamu, Val," ujarnya sambil sesekali merapikan rambutnya yang baru saja dipotong pendek.

Aku hanya terdiam mendengarkan. Kunyalakan komputer di meja sambil mengambil arsip kantor.

"Dia nanya tempat tinggal dan juga latar belakang kamu, Val."

Bu Magda tidak berhenti bicara tentang perbincangan dengan Bu Anggraini kemarin. Sepertinya dia pun antusias menjodohkan aku dengan Surya. Suasana makin runyam saja.

"Lha kamu kira-kira suka ga sama Surya?" Sepertinya Bu Magda masih penasaran dengan perasaanku.

"Ga tau ya, Bu," jawabku kebingungan. Menjelaskan persoalan ini pada Bu Magda juga tidak etis.

"Bu, kapan mereka kembali ke Jakarta?" tanyaku pada akhirnya.

"Minggu depan," jawab Bu Magda.

Seperti biasa aku hanya terdiam, perasaan senang dan susah campur aduk jadi satu.

***

Sore hari aku kembali ke apartemen. Ketika membuka pintu tercium aroma wangi masakan, Surya sedang duduk di sofa waktu aku datang, dia melihatku.

"Siapa yang masak?" tanyaku curiga.

"Aku lah, siapa lagi," katanya sambil beranjak, mengambil piring dan nasi, serta sayur yang katanya dia masak sendiri. Disodorkannya piring yang sudah dia isi dengan nasi dan sayur itu kepadaku.

Aku menerimanya dan kuicipi sesendok. Rasanya lumayan enak. Masih dengan posisi berdiri dan membawa tas di lengan, aku mencicipi untuk sendok yang kedua. Enak. Dia memandangku dan mengangkat alis.

"Gimana? Bilang dong rasanya pas atau ga?" tanya dia penasaran dengan pendapatku.

Aku mengangguk sambil mengacungkan jempol padanya, "Enak, kamu dapet resep dari mana?"

Aku meletakkan tas di atas meja dan duduk di sofa meneruskan makanku.

"Nyari lah di internet," katanya sambil menatap ke layar televisi.

Aku tersenyum, ternyata bisa juga masak, jadi aku ga kuatir kalau aku tinggal kerja seharian.

"Aku mandi trus ganti baju dulu," ujarku sambil menaruh piring di tempat cuci piring.

"Di mana ganti bajunya?" tanya dia antusias.

"Di kamar mandi, lah,"

Dia melengos, "Kirain."

Setelah aku mandi, lalu aku duduk di sebelahnya yang tidak juga beranjak dari sofa itu.

"Kamu ga pulang?" tanyaku.

"Pulang ke mana?" Dia malah balik bertanya.

"Ke sebelah."

"Kamu ngusir?"

"Ya ga,"

Kami terdiam beberapa saat.

"Val..." Dia memanggilku pelan dengan mata masih menatap ke layar televisi.

"Apa..."

"Boleh aku memelukmu?"

Jantungku berdebar, susah sekali bilang iya atau tidak.

"Hanya peluk aja, aku janji," katanya sambil mengangkat dua jarinya.

Aku menghela nafas sambil mengatur debar jantungku. Oh Tuhan, aku ga sanggup mengatakan tidak. Maafkan aku Tuhan.

Dia merangkulkan tangannya ke bahuku, lalu menarikku ke dadanya. Lama. Kulingkarkan tanganku di perutnya. Kami menikmati pelukan itu lama sekali.

"Val..." panggilnya lagi.

"Apa," jawabku setengah berbisik.

"Kamu pernah cinta sama siapa?" Pertanyaan itu membuatku kelimpungan.

Akhirnya yang ada hanya keheningan, aku tak bisa menjawabnya. Terasa detak jantungnya di telingaku, sangat damai di hatiku. Kuabaikan pertanyaannya.

"Val, kalau memang kamu ga mencintaiku, semoga..." kata-katanya tercekat.

Sepertinya irama nafasnya tidak teratur, "Semoga kamu menemukan seseorang yang baik, yang bisa menjagamu seperti ini."

Sebisa mungkin kutahan tangis, agar dia tidak mengetahui kepiluan dalam hatiku mendengarnya. Dia melepas pelukannya, lalu beranjak. Kulihat sekilas, matanya berkaca-kaca. Aku membuatnya menangis, Ya Tuhan, maafkan aku. Dia berjalan cepat menuju ke pintu dan kembali ke ruangannya sendiri.

Setelah pintu tertutup, aku terisak. Cengeng. Berapa kali aku menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa? Merasa lemah, tapi apa yang bisa kulakukan? Mengatakan cinta pun aku tidak berani, pecundang!

***

Di malam hari, aku memohon pada Tuhan, kembali mengeluh, menceritakan pada-Nya tentang perasaanku, hanya Dia yang tahu bahwa aku mencintai Surya. Lama aku bercengkrama dengan Sang Pemilik Waktu, Maha membolak-balikkan hati. Aku tahu pasti ada jalan, tapi entah itu apa yang terbaik. Kembali aku memasrahkan semua pada-Nya.

***

Keesokan harinya, aku teringat bahwa kemarin sore hingga malam, Surya belum keluar dari kamarnya. Kuketuk pintu ruangannya, setelah aku bersiap ke kantor.

Tok... tok... tok...

Tidak ada jawaban, kuketuk sekali lagi. Tidak juga ada yang menjawab, apa dia masih tidur? Aku berjalan meninggalkan ruangan itu, tetapi setelah beberapa langkah, kuputuskan untuk berbalik. Mencoba membuka pintunya, tidak dikunci. Kunyalakan lampu ruangannya, Surya sedang berada di atas ranjangnya dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Kudekati dia, sekedar ingin menanyakan apa tidak makan kemarin sore hingga malam.

"Surya..." panggilku sambil menepuk punggungnya.

Dia tidak bergeming, malah sepertinya menggigil. Aku pegang dahinya dengan punggung tanganku. Dia demam!

"Surya, kamu sakit?" tanyaku sambil mencoba membangunkannya.

Giginya gemeletuk, seolah menahan dingin yang tidak kurasa saat musim semi ini. Segera aku kembali ke ruanganku, membuatkan teh panas dan membawakannya minyak angin.

Aku kembali, dan Surya masih tetap pada posisinya.

"Bangun dulu, Surya, minum ini."

Dia menurut, meminum teh panas yang kubuatkan untuknya, lalu kuolesi badannya dengan minyak angin. Kubuka tasnya, mencari kaos kaki agar dia merasa hangat. Setelah menemukan kaos kaki, aku pakaikan pada kedua kakinya.

Sambil menunggunya minum, aku menelpon Bu Magda, bilang bahwa hari ini aku belum bisa berangkat kerja dengan alasan yang sebenarnya. Bu Magda akan menelpon dokter untuk datang ke apartemenku.

Tak lama, dokter segera datang apartemen. Dia memeriksa Surya dan mengatakan bahwa Surya hanya demam karena mungkin tubuhnya kurang fit. Setelah memberi beberapa obat, dia mohon ijin pulang.

"Surya, makan dulu," pintaku sambil memegang sepiring nasi dan sayur yang untungnya tadi pagi kumasak, mengingat dia belum makan dari kemarin.

Surya duduk dan bersandar di tempat tidur, sembari aku menyuapinya. Ternyata tanpa kusadari, Pak Wira dan Bu Anggraini telah datang, melihatku menyuapi Surya.

"Makasih, Mbak Valeria," ucapnya mengagetkanku.

Sontak aku mau meletakkan piring lalu berdiri dari dudukku, segera Bu Anggraini menanyai Surya.

"Surya, mau disuapi Mama atau Mbak...?"

Belum selesai menanyainya, Surya udah menunjukku dengan telunjuknya. Akhirnya aku tidak jadi meletakkan piring. Sungguh malu, pasti mukaku merona merah karena menyuapinya di hadapan orang tuanya.

Bu Anggraini tersenyum padaku lalu berkata pada Surya, "Kamu kenapa, Ya?"

Surya masih sedang berusaha mengunyah nasi di mulutnya.

"Dia demam, Bu. Tadi dokter sudah memeriksanya," jawabku kemudian.

"Makasih, Mbak Valeria, apa jadinya kalau ga ada Mbak Valeria tadi," ucap Pak Wira yang berdiri di samping ranjang.

"Hoek!"

Surya merasa mual sepertinya, aku menghentikan suapan, dan mengambilkan obat dari dokter tadi.

"Minum obatnya," perintahku, yang segera dilakukan Surya.

Bu Anggraini kembali tersenyum, "Biasanya dia susah sekali kalau suruh minum obat."

Aku hanya diam dan tersenyum pada Bu Anggraini. Ga tahu lah, kalau dia ternyata susah minum obat, tapi kali ini dia mau nurut tanpa paksaan.

"Eh, Mbak Anggraini jadi ga masuk kerja?" tanya Pak Wira.

"Ga apa-apa, Pak. Tadi saya udah ijin Bu Magda. Kalau memungkinkan, nanti saya berangkat," jawabku sambil melirik Surya.

"Wah, jadi merepotkan, Surya masih mau di sini atau ke hotel?" tanya Bu Anggraini, mungkin merasa tidak enak padaku.

"Di sini aja, kan udah ada yang merawat. Udah, Mama sama Papa balik aja, aku di sini aja, besok juga udah sehat, kok."

Pak Wira hanya bisa menghela nafas, sedangkan Bu Anggraini terlihat mengeluarkan gawai dan menelpon seseorang, kelihatannya Bu Magda. Setelah beberapa saat, dia menutup teleponnya.

"Mbak Valeria, Ibu sudah bilang sama Bu Magda, bahwa Surya maunya dirawat dulu sama Mbak Valeria, jadi ga usah kuatir kalau terpaksanya ga datang ke kantor hari ini."

Aku mengangguk, dia menambahi, "Maaf kami sungguh merepotkan."

"Ga ada yang direpotkan, Bu. Saya yakin, Surya juga sebenarnya ga ingin sakit," ucapku membuat Bu Anggraini tersenyum senang.

"Ya sudah, kalau gitu kami permisi dulu, kebetulan hari ini ada acara pertemuan dengan kawan lama saya," pamit Pak Wira padaku.

"Titip Surya ya, Mbak. Mohon maklum kalau dia rewel," kata Bu Anggraini sambil memegang tanganku.

Kuanggukkan kepala dengan bibir tersungging dan kemudian mereka keluar dari ruangan apartemen ini.

Surya melorot kembali ke posisi tidur, aku membenahi selimut yang tersingkap.

"Val, temeni aku," pintanya.

"Iya," ujarku kembali duduk di sampingnya.

1
💞DARRA💞💖
Luar biasa
christina paya wan
sampai bab ini jln ceritanya masih stuck di serapan,berangkat kerja,pulang kerja,berehat mlm..
Lis Mika
hebat karyamu
Lis Mika
hebat.Ceritanya juga oke
muli ana
suka ceritanya, bagus, alur cerita gampang di mengerti
Kacong Kacung
Kecewa
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Sabaku No Gaara
astaga cantikaaaaa....
Anisah
Luar biasa
Christy Ling
bagus
Anita 123
eapq
🇮🇩A Firdaus🇰🇷
cerita nya kok jadi bertele-tele ya malah jadi greget
AR Althafunisa
😭😭😭😭😭😭
AR Althafunisa
ya Allah Cantika... bersyukur masih bisa punya anak ya walau cara dapatnya salah, bersyukur Denis baik mau bertanggung jawab dan sabar. Banyak orang-irang kepingin hamil aja susah 😭😭
berharap anaknya ga cacat semoga, berkali-kali mencoba digugurin 😌😩
AR Althafunisa
Jadikan Denis orang sukses Thor 😩
AR Althafunisa
kasihan Denis 😭😭😭
AR Althafunisa
Ini tiga-tiga ngeselin, Hellen si gatel, dan Surya terlalu ga peka apa emang maunya. Si Val lagi, apa-apa ga ngomong. kalau dia ngomong kan si Surya bisa waspada kalau dijebak 😩
AR Althafunisa
yawelah... Cantika beres datang si Ellen apa telen 😏
AR Althafunisa
Denis laki-laki bertanggung jawab, lelaki sayang sama ibu otomatis akan sayang sama istri. Dan iringi istri yang pengertian dan menerima, entahlah Cantika. Sesuai namanya CANTIK tidak perilakunya. Kasihan Denis 😌
Thinkerlie 11
baifern cantik banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!