⛔BOCIL MENYINGKIR!!
Ameera Khansa adalah gadis yatim piatu yang menjadi tulang punggung untuk dua adiknya. Suatu malam ia dijebak sehingga ternodai oleh seorang CEO muda sebuah perusahaan terkemuka, Ghazi Finn Cullen.
Ameera menuntut tanggung jawab atas harta berharga yang sangat dijaganya selama ini, tetapi lelaki itu malah melemparkan uang sebagai harga keperawanannya. Finn juga menudingnya sebagai perempuan murahan yang rela menjual diri demi materi. Ia tidak tahu bagaimana kerasnya Ameera bekerja halal, meski butuh banyak uang untuk menutupi hutang, dan biaya berobat sang adik.
___
Ghazi Finn Cullen, seorang pria kaya raya penikmat kebebasan dan membenci keterikatan, terutama hubungan pernikahan. Ia butuh kekasih tetapi tidak merasa tidak butuh istri. Namun suatu hari, tindakan Ameera membuatnya terpaksa menikahi perempuan itu.
Bagaimanakah kehidupan pernikahan mereka?
FB/IG : Myoonaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Jebakan
Baru Ameera beranjak namanya dipanggil seseorang dari arah paviliun, Mang Darman tergopoh membawa sebuah tas belanjaan.
"Apa ini, Mang?" tanya Ameera menerima pemberian itu.
"Ini teh buat Tuan Muda, Non. Beliau pernah pesan saya cari buku-buku itu. Kebetulan ce nah anak saya baru bisa bantu carikan."
Ameera lihat dalamnya sekilas. Tiga buku masih terbungkus plastik. "Berapa semua ini, Mang?"
"Sudah. Sudah dibayar Tuan. Malah uangnya teh kebanyakan."
"Oh, nggak apa kalau gitu, Mang. Makasih banyak ya."
Membawa tas itu Ameera akan masuk melewati pintu dapur. Ponselnya ada di kamar, mungkin saja ada telepon Finn yang terlewat.
"Non." Seorang pelayan tergesa menghampirinya dari dalam.
"Non Amee di sini. Non dicari Tuan Be-Aaa!!"
Belum sempat selesai kalimatnya, wanita usia 40-an itu jatuh tepat di depan Ameera.
Kakinya terpeleset hingga keluar, kepala belakang membentur dekat sudut lantai.
"Mbak?!" Ameera sontak terpaku dengan mata membulat.
Suara gemeretak akibat terhempas itu membuatnya turut memekik.
"To-tolong! Tolooong!" Napas Ameera tersengal-sengal.
"CEPAT TOLONG! TOLONG SELAMATKAN DIA!"
Bayangan Biya jatuh dengan suara pekikan sama terasa kembali terjadi di depan mata.
"Non, tenang, Non!"
Ameera panik sampai gemetar. Tubuhnya melemas sempat dipegang dua pelayan sehingga tak sampai jatuh. Ia didudukkan di bangku.
Di matanya pergerakan para pelayan bantu mengangkat tubuh lemah itu dari lantai terlihat dalam gerak melambat. Darah di lantai granit membuat nyawa Ameera terasa ikut terlepas.
"Ya Gusti... kenapa bisa ada yang licin di situ."
"Wis, wiss! Kok iso eneng sing lunyu nang kono? Kalo kena Non Ameera bahaya lho!"
Ameera diantarkan ke kamar dengan mobil listrik khusus untuk mobilitas cepat di dalam rumah. Sedangkan satu lagi kendaraan berkapasitas dua penumpang dengan kap terbuka itu membawa pelayan tadi keluar untuk segera dilarikan ke rumah sakit.
Telinga Ameera beberapa saat masih mendengung, mendengar kericuhan yang menggema di sepanjang ruang luas ini. Namun ia coba berusaha menenangkan diri.
'*Ameera! Ameera! Kamu kuat, Am! Kuat*!'
\*\*\*
Kepala pelayan mengabarkan keadaan Hasnah sudah sadar dan masih bisa diajak bicara normal meski pusing dan muntah-muntah. Ameera merasa lega mendengarnya. Ia embuskan napas panjang setelah menutup panggilan.
"Mau minum lagi, Non?"
"Tolong buatkan saya susu hangat aja, Bi."
"Baik, Non." Pelayan dapur itu keluar dan segera kembali membawakan segelas susu dan biskuit hamil.
"Makasih, Bi. Saya nggak papa, ditinggal aja." Ameera pastikan keadaannya aman dan akan menghubungi mereka jika butuh sesuatu.
Setelah sendiri, matanya kembali tertuju pada ponsel. Tadi menghubungi Finn tak diangkat.
"Mungkin Mas Finn sibuk...." Ia harus tenang, tak boleh over thinking yang hanya akan menyakiti diri sendiri. Bukankah apa yang terlihat belum tentu sama seperti yang kita bayangkan, apalagi dibayangkan saat hati sedang tak baik.
Ameera membuka aplikasi hijau, melihat kembali dua foto yang kembali dikirim nomor asing itu saat ia di taman tadi. Sepasang tangan terjalin di atas bantal putih, lalu bercak darah dengan tulisan '*I am yours, you are mine*'.
Lekas ia hapus pesan itu, dan akan memblokir sekalian. Tapi tanda ada pesan baru masuk menahan jarinya. Foto itu refleks saja ia tap, dan... ini makin membuatnya kembali kehilangan separuh nyawa. Gambar sepasang manusia dengan tubuh polos... tidur berdekapan, tanpa selimut. Laura tersenyum bahagia selfie dalam dekapan Finn yang tampak lelap.
Bisakah ia masih merasa baik-baik saja?
"Astaghfirullah... astaghfirullah...." Sudah Ameera coba tenang, tapi tetap saja jantungnya terpacu di atas normal, membuat napas menyesak karena air mata mulai merembes perih.
\*\*\*
Brakkk!!
Ponsel tipis bernilai puluhan juta itu dilempar ke dinding. Melihat hanya retak lelaki yang melemparkan tadi kembali mengambil, meninju, menginjak dan meremukkan benda itu dengan kaki bangku. Ia tak peduli histeris perempuan yang menghalanginya.
"Aaaa, apa yang lo lakuin sama ponsel gue, Finn! Lo gila?!" teriakan Laura tak menghentikan umpatan kasar dan kemarahan Finn.
Ini membuktikan betapa ia frustrasi dengan kejadian sejak kemarin sore.
Masih untung cuma menyiksa ponsel itu, andai tinjunya terarah pada perempuan pusat masalahnya ini, bisa dipastikan hidung Laura mungkin sudah berpindah ke telinga.
"Kau masalah! Manusia pembuat masalah! \*\*\*\*\*\*! Tepuk tangan untuk kebusukan hatimu Laura!" ucapan Finn berapi-api. Seluruh wajahnya memerah, urat-urat leher dan keningnya bermunculan.
"Tapi dengar! Aku tidak akan pernah menganggapmu manusia! Apalagi istri! Cuihh! Selamat datang di penderitaan yang kamu buat sendiri!!"
"Finn..., tolong jangan gini, Honey. Hubungan kita-"
"Menjauh!" Tubuhnya didorong hingga tersungkur keras di lantai.
"Ingat! Status ini hanya di atas kertas. Berani kau ganggu Ameera, aku tidak berpikir dua kali menceraikanmu! Tidak peduli bapakmu sekarat atau mati sekalian!!" Usai Menendang bangku hingga terbang ke pojok kamar Finn gegas keluar.
Tertinggallah tubuh Laura menggigil menahan tangis.
"Aaaarrgg! Finn...jahat kamu, Finn! Jahaat!!" Menjatuhkan wajah ke lantai Laura mulai menangis keras.
Rencana yang tak main-main merebut Finn tak disangka berakhir begini. Finn sudah dimiliki tapi justru malah makin kasar menanggapinya.
Tiga hari lalu, saat tahu Finn di Jogja, Laura minta kerjasama Jonas membantunya.
Ia tahu awal hubungan Ameera dan Finn dari Jonas, maka melakukan hal sama dengan cara yang lebih licik bisa membuatnya memiliki lelaki itu.
Namun Finn telah hilang kepercayaan pada sepupunya itu sulit didekati secara langsung.
Laura pun diam-diam menempati kamar hotel sebelah Finn. Menunggu saat tepat beraksi. Demi apapun, walau harus mangkir dari jadwal syuting, mendapatkan kembali Finn adalah tujuan besarnya saat ini.
Kemarin sore, usai dari lapangan meninjau pembangunan akhir proyek rumah elite rancangan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Jonas, Finn minta balik cepat ke hotel karena kepalanya dirasa berat. Itu terjadi selang beberapa saat usai seorang pekerja--atas suruhan Jonas memberikan minuman yang sudah dibubuhi obat tidur.
Ia minta Aldi melanjutkan tugasnya.
Sampai di hotel, kesadaran Finn tersisa setengah, matanya sudah sangat sulit dibuka. Ia mau segera tidur begitu bersentuhan dengan kasur, hingga tak sadar diarahkan seseorang, yang dikira karyawan hotel masuk ke kamar Laura.
Momen yang Laura tunggu ada di depan mata.
Orangtua Laura tinggal di Magelang, dan sudah ia minta datang, dengan alasan ada hal penting yang mau ia bicarakan. Ia padat syuting iklan di Jogja, jadi tak akan sempat pulang, begitu alibinya.
Namun kemudian kedua orang tuanya jadi dibuat syok melihat sang putri yang dibanggakan tengah tidur berdua dengan lelaki tanpa busana.
Saat kamar hotel dibuka Laura dalam keadaan menangis sesenggukan di sebelah Finn. Ia mengadu, mengaku telah dinodai mantan kekasihnya yang sudah menikahi perempuan lain.
Bab 32 udah barengan tayang ya teman-teman 🙏
Skrang Lu sdar arti seorang Istri kan ?
Begitu jg Ameera, kapoookk
Untung aja saluran nafas lu masih Allah biarkan terpasang 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Lu bakalan ❤️ sm Ameera