NovelToon NovelToon
Aku Bukan Pelacur

Aku Bukan Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Malam itu, di sebuah desa terpencil, Alea kehilangan segalanya—kedua orang tuanya meninggal dan dia kini harus hidup sendirian dalam ketakutan. Dalam pelarian dari orang-orang misterius yang mengincarnya, Alea membuat keputusan nekat: menjebak seorang pria asing bernama Faizan dengan tuduhan keji di hadapan warga desa.

Namun tuduhan itu hanyalah awal dari cerita kelam yang akan mengubah hidup mereka berdua.
Faizan, yang awalnya hanya korban fitnah, kini terperangkap dalam misteri rahasia masa lalu Alea, bahkan dari orang-orang yang tak segan menyiksa gadis itu.

Di antara fitnah, pengkhianatan, dan kebenaran yang perlahan terungkap, Faizan harus memutuskan—meninggalkan Alea, atau menyelamatkannya.

Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Aku Bukan Pelacur.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4

Beberapa hari kemudian, Faizan mulai merasa muak dengan keadaan yang selalu mempertemukannya dengan Alea.

Pada malam hari, ketika Faiz sudah pulang dari perusahaannya, ia mendekati Alea setelah selesai mandi. Langkah kakinya kian mendekat, membuat gadis itu terpaksa mundur hingga punggungnya membentur tembok.

"Ja... jangan..." suara Alea nyaris tak terdengar.

Faizan berhenti tepat di depan Alea hingga hembusan napasnya terasa menyapu wajah polos gadis itu. Mata Faizan menatap tajam tanpa sedikit pun menunjukkan rasa kasihan.

"Kenapa? Bukankah kau sudah terbiasa menghadapi beberapa pria yang ingin dilayani olehmu?" ujar Faizan membuat Alea menelan ludah. "Aku sudah menikahimu dengan mahar yang sangat mahal. Aku tidak ingin melihat responmu seperti ini. Jangan bersandiwara di hadapanku," lanjut Faiz seraya mencengkeram dagu Alea.

Dengan tubuh gemetar, Alea mencoba menatap Faizan. Perlakuan Faizan mengingatkannya pada satu kejadian, ketika seorang pria bernama Alex—suami dari Tania—sering mencoba mengambil keuntungan dari orang-orang yang ingin membeli dirinya.

Tangan Alea tertahan saat ia hendak mendorong Faizan menjauh. Dengan cepat, Faizan memegang kedua pergelangan tangan Alea begitu erat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Aaah... sakit..." rintihnya dengan suara hampir hilang.

Faizan menatap Alea dengan tatapan menyala. "Katakan, apa yang membuatmu memfitnahku?"

"Aku... aku hanya... maafkan aku," sahut Alea lirih, tak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Aku butuh jawaban, bukan kata maaf," tegas Faiz.

"Aku... aku hanya terpaksa melakukan itu semua," jawab Alea lagi, menunduk takut, tak berani menatap mata Faizan.

"Katakan yang sebenarnya, atau aku akan menyiksamu malam ini." Suaranya cukup membuat Alea sangat ketakutan.

"Aku... aku hanya terpaksa, sungguh." Suara Alea bergetar, dan terpaksa air matanya jatuh mengungkapkan kesedihan yang dalam.

Faizan lalu melepaskan cengkeraman kedua tangan Alea dengan kasar. Dia kembali menatapnya dengan tajam. Pria itu tak juga mendapat jawaban memuaskan; pengakuan Alea baginya hanyalah debu yang terbawa angin.

"Mas, aku..."

"Jangan berani memanggilku dengan sebutan Mas!" amarah Faiz semakin meledak.

"Akh... sakit," suara Alea semakin melemah. Kedua tangannya berusaha melepaskan cengkeraman Faiz dari lehernya.

Tubuh Alea semakin bergetar. Faizan yang dikuasai emosi menjatuhkan Alea ke atas ranjang dengan kasar hingga membuat gadis itu terpental. Alea terbatuk, mengambil napas dalam-dalam. Kepalanya berdenyut, seluruh tubuhnya terasa nyeri. Baru saja ia berusaha bangkit, Faiz kembali mendekatinya.

Pria itu mengungkung tubuh Alea yang masih terbaring lemah. Kegelisahan dan rasa sakit terlihat jelas dari raut wajah Alea yang polos. Ia kembali menarik rambut Alea yang masih terikat, membuat gadis itu merintih kesakitan. Teriakan Alea seolah menjadi hiburan bagi Faizan.

"Ini akibatnya karena kau sudah berani mengusik kehidupanku, gadis pelacur. Perempuan sepertimu tidak pantas bersanding denganku," ucap Faizan penuh kebencian.

Masih berada di atas tubuh Alea, Faizan kembali mencengkeram kedua tangannya dengan begitu erat. "Layani aku malam ini, seperti kau melayani semua pelangganmu."

Alea hanya bisa gemetar, suaranya nyaris tak terdengar. "Ja... jangan..."

Alea terperangkap dalam ketakutan yang tak terbayangkan. Ingatan akan perlakuan Alex, yang hampir merenggut kesuciannya, kembali muncul. Malam itu, Alea berhasil pergi dari perlakuan suami kakak tirinya. Tapi bersama Faizan, Alea tak bisa menghindar. Bahkan bergerak pun dia tak mampu.

Faizan telah melukai Alea. Malam yang seharusnya menjadi saksi indahnya dua insan memadu kasih, kini berubah menjadi malam yang mencekam.

 

Di pagi harinya, Alea terbangun dengan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tanpa memedulikan kondisinya, ia tetap memberanikan diri keluar dari kamar. Hari ini sudah hari keempat ia menjadi seorang menantu di rumah Faizan. Dengan langkah tertatih, Alea berjalan menuju dapur, tempat seorang pelayan sedang sibuk memasak untuk sang majikan.

“Maaf, Nyonya mau apa?” tanya seorang pelayan bernama Iyem.

“Saya mau memasak untuk Mas Faiz,” sahut Alea dengan suara lembut.

“Jangan, Nyonya. Biar bibi saja. Nanti bibi dimarahin Den Faiz,” tolak Bi Iyem dengan raut wajah khawatir.

“Jangan panggil aku Nyonya. Panggil saja Alea,” pinta Alea dengan senyuman hangat, berusaha mencairkan suasana.

“Maaf, ini perintah dari Nyonya Besar.”

Di tengah obrolan itu, Ibu Maisaroh tiba-tiba muncul di dapur. Ia tampak terkejut melihat Alea ada di sana bersama Iyem.

“Alea, sedang apa kamu di dapur?”

Alea menoleh saat mendengar suara yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

“Eh, Ibu… pagi, Bu,” sahut Alea, gugup dan tak berani menatap sang ibu mertua.

Ibu Maisaroh mendekat. Matanya menangkap sesuatu yang janggal di wajah menantunya—luka lebam di sudut bibir Alea.

“Bibirmu kenapa, Lea?” tanyanya.

Seketika Alea mengalihkan wajah agar tidak terlihat jelas oleh sang ibu mertua.

“Apa Faiz menyakitimu, Lea?” tanya Ibu Maisaroh lagi.

Dengan cepat Alea menggeleng dan menunduk. “Semalam lampu kamarnya mati, aku tidak tahu di mana saklarnya. Akhirnya aku tersandung dan jatuh, membentur sudut meja,” bohong Alea. Tadi malam Faizan mengancamnya untuk tidak mengadu pada siapa pun tentang perlakuannya.

“Ya ampun… tapi sepertinya ini bukan luka karena jatuh, Lea,” gumam Ibu Maisaroh, kian curiga.

“Maaf, Bu. Alea permisi ke kamar dulu untuk membangunkan Mas Faiz. Takut kesiangan sampai kantor,” ucap Alea, berusaha mengalihkan topik.

Tak ingin dirinya semakin disiksa oleh Faizan, ia memilih pergi untuk menghindari kecurigaan sang ibu mertua. Dengan langkah sedikit pincang, Alea berjalan pelan, berusaha terlihat biasa saja. Namun sekeras apa pun ia mencoba menyembunyikan rasa sakit, tetap saja meninggalkan tanda tanya.

Saat membuka pintu kamar, Alea merasakan ketegangan menjalar di tubuhnya. Faizan sudah berdiri di depan pintu, menunggunya.

“Dari mana kamu?” suara Faiz terdengar lembut, tapi menusuk tajam ke dada Alea.

Gadis itu kembali teringat perlakuan kasar Faiz semalam. Sementara di sisi lain, Ibu Maisaroh masih menyimpan rasa curiga melihat luka di bibir Alea dan sikapnya yang tegang. Ia mulai menduga Faizan telah berbuat kasar pada menantunya.

“Aku… aku baru saja dari dapur. Ingin mem—”

“Sudah kubilang jangan berani keluar dari kamar sampai lukamu hilang,” potong Faiz datar. Tatapannya dingin membuat Alea kembali ketakutan.

Faizan mendekatkan wajahnya ke wajah Alea, menatap tajam. “Jika sampai Mamaku curiga, aku akan menyiksamu lebih dari semalam. Kau mengerti?” suaranya lirih, tapi cukup membuat bulu kuduk Alea berdiri.

Belum hilang rasa takut Alea mendengar ancaman itu, seseorang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Suara tegas itu membuat Faizan dan Alea sama-sama terkejut. Alea refleks menoleh. Di ambang pintu, berdiri Ibu Maisaroh dengan raut wajah penuh selidik. Tatapan matanya bergantian menelusuri wajah Alea yang pucat dan Faizan yang jelas-jelas sedang menyimpan sesuatu.

“Ada apa kalian sebenarnya?”ujar Ibu Maisaroh, nadanya meninggi.

Faizan mengatur napas, berusaha tenang. “Tidak ada apa-apa, Ma,” ucapnya datar, seperti biasa ketika ia menyembunyikan sesuatu.

“Tidak ada apa-apa, tapi bibir menantuku lebam? Kakinya jalan pincang?!” suara Maisaroh mulai bergetar, menahan emosi. “Kau kira Mama ini buta, Faiz?”

Alea menunduk semakin dalam. Hatinya berdebar keras, takut pada Faizan, tapi juga takut kebenarannya terbongkar.

“Lea jatuh, Ma. Semalam lampu kamarnya mati. Itu saja.” Faizan berbohong tanpa sedikit pun berkedip.

Maisaroh menatap Alea lekat-lekat. “Benarkah, Lea?”

Alea hanya diam, bibirnya ingin berkata jujur tapi bayangan ancaman Faizan semalam membuat suaranya terkunci di tenggorokan.

“Lihat? Dia bahkan tidak bisa menjawab!” suara Maisaroh pecah. “Faiz, Mama tidak pernah mendidikmu jadi laki-laki kasar. Kalau benar kau menyentuh dia dengan cara—”

“Ma!” potong Faizan cepat, suaranya meninggi. “Tolong jangan ikut campur urusan rumah tangga Faiz!”

Maisaroh terdiam sejenak. Tatapannya beradu dengan mata Faizan yang penuh kemarahan, sesuatu yang jarang sekali terjadi.

Di tengah ketegangan itu, Alea memberanikan diri berkata lirih, hampir tak terdengar, “Ibu… Alea mohon… jangan marah. Mungkin semua ini hanya salah paham.”

Maisaroh menoleh padanya, hatinya semakin perih melihat menantunya memaksa tersenyum di balik luka yang jelas-jelas tak mungkin datang hanya karena sebuah meja.

“Alea, Nak…” suaranya melembut, “Kau tidak sendirian di rumah ini. Ingat itu.”

Faizan mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ia sadar ibunya mulai curiga, dan itu bisa membuat semuanya lepas kendali.

“Lea, masuk sekarang,” ucap Faizan dingin, tanpa memberi ruang untuk bantahan.

Alea menurut. Ia melangkah pelan ke dalam kamar, meninggalkan Maisaroh dan Faizan beradu tatapan di luar.

Maisaroh menatap putranya tajam. “Kau bisa bohong pada Mama, Faiz. Tapi jangan pikir Mama tidak akan tahu kebenarannya.”

Faizan tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah, tapi di matanya ada bara yang sewaktu-waktu bisa menyala.

Di balik pintu, Alea terduduk lemas di tepi ranjang. Hatinya berdegup tak menentu. Ia tahu badai yang lebih besar sedang menunggu di depan.

...---------------...

Bersambung...

1
Jumi🍉
Istri kabur dia santai-santai aja tuh,,,kayak gak ada keinginan sama seklai buat memperbaiki rumah tangganya, lepas dari mantan Nadia datang Nayla.../Sleep/
septiana: ntah kapan dia mau sadarnya
total 4 replies
Helwa Mahara
buatlah faizan menyesal atas kepergian istrinya dan buat dia bucin ka
Jumi🍉
Sama Nayla rada betah ya tinggal di hotel bareng yang notabennya hanya orang lain, padahal bisa aja tuh tanggung jawab gak musti tinggal bareng...🙄keputusan Alea buat menjauh udah tempat tuh gak dibutuhin juga sama Faizan selama ini.😅
septiana
sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu Faiz sama istri mu🤔
Miss Ra: /Facepalm//Joyful//Facepalm//Joyful/
total 3 replies
Jumi🍉
Nayla kamu jangan berani-berani ngusik rumah tangga Faizan apalagi ada niatan jadi pelakor, istrinya aja seperti bayangan apalagi kamu mungkin hanya dianggap angin sekelibat langsung hilang, yang ada di otaknya hanya pekerjaan...😅🤣
Miss Ra: /Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Mending Alea kamu pergi jauh dari kehidupan Faizan, kamu dianggapnya bagaikan bayangan yang tak terlihat, tuh Faiz hidupnya cuma tentang pekerjaan. Tapi bila nanti ada perempuan masuk dalam kehidupannya baru kamu balas caci maki balik tuh Faiz...😤
Jumi🍉
Kalau kamu bisa sejahat itu memperlakukan istrimu dan bahkan ibumu, berarti dengan wanita lain harusnya kamu bisa jauh lebih jahat lagi termasuk nanti mantanmu...😆Hidup aja kamu sendirian hingga akhir ajal menjemput...🤣
Miss Ra: /Facepalm//Joyful/
total 1 replies
Anonymous
😍😍
Anonymous
😍😍….
Dhafitha Fitha Fitha
udah Alea hbis ni kamu pergi aja dari sana apa juga yg m di pertahankan biar dia punya penyesalan
septiana
suatu saat kau akan mendapatkan balasan dari apa yg kamu perbuat Faiz.. dan disaat penyesalan itu datang Alea sudah tidak menginginkan mu lagi.
Jumi🍉
Bingung aku tuh mau komen apa lagi buat Faiz saking menyebalkan jadi orang...🤬😤
Milla
lanjut min
Miss Ra: siaaapp
total 1 replies
Milla
next min
Dhafitha Fitha Fitha
Fandi Jdi setan 😈😈😈
Miss Ra: /Grin//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Dengan mantan punya banyak waktu untuk bicara berbanding terbalik buat istri diam seribu bahasa,,,/Curse/Alea mending cepat bawa ruqyah tuh suamimu biar jin ditubuhnya pada hilang sampai ulat keket gamon juga ikut terhempas...🤣
Miss Ra: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 3 replies
septiana
ego mu setinggi langit Faiz,kau akan menyesal setelah nanti Alea jauh darimu.. teruslah berbuat dingin pada Alea sampai nanti alea lelah dan ga ingin kembali padamu lagi
Jumi🍉
Kepala batu banget si Faiz, kaya orang hidup segan mati tak mau definisi orang gak punya tujuan...😩kompasnya rusak kali makanya tersesat di masa lalu aja...🤭
Jumi🍉: Habisnya bikin sebel banget tuh Faiz...😆
total 2 replies
Jumi🍉
Tahu rasanya dilukai tapi tanpa sadar kamu juga membuat luka untuk Alea selama ini...😪
Dhafitha Fitha Fitha
AQ benci masa lalu kl smpek nongol lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!