Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Pertama
Kabar tentang perubahan Dante Romano menyebar cepat seperti api di padang kering. Dunia bawah tanah yang biasanya hanya mengenal darah dan peluru, kini dibuat bingung dengan gosip konyol: bos mafia paling ditakuti tiba-tiba melarang anak buahnya malak, bahkan membantu orang miskin.
Di vila, anak buah berkumpul di aula besar. Mereka masih tampak kikuk, tak tahu harus bersikap bagaimana. Biasanya rapat mafia diwarnai suara Dante yang dingin, penuh ancaman. Tapi hari ini, suasana berbeda.
Dante—atau tepatnya Bima di tubuh Dante—duduk di kursi besar dengan wajah serius. Ia mengetuk meja pelan. “Dengar. Mulai hari ini, kita ubah cara kerja keluarga Romano. Tidak ada lagi pemalakan, tidak ada lagi penyiksaan warga. Kita… hmm… jadi organisasi yang lebih bersih.”
Anak buah saling pandang. Alex yang duduk paling dekat, langsung menepuk dada. “Boss benar! Saya dukung penuh!”
Namun sebagian wajah tampak ragu. Salah satu pria berambut gondrong berbisik lirih, “Kalau kita jadi baik-baik, lalu apa bedanya kita sama organisasi sosial? Apa orang masih takut sama kita?”
Bima mendengar, lalu menatapnya tajam. “Kalian salah. Orang tidak perlu takut… mereka harus hormat. Takut itu sementara. Hormat itu selamanya.”
Aura karisma barunya membuat kata-kata itu terdengar meyakinkan. Anak buah mengangguk pelan, walau jelas masih bingung.
Namun tak semua orang menerima. Malam itu, ketika Bima kembali ke kamar, sistem tiba-tiba berbunyi.
> [Peringatan: Terjadi ancaman eksternal.]
[Rival Anda, Salvatore De Rossi, mengirim utusan untuk ‘menguji’ perubahan Anda.]
[Misi Baru: Hadapi ujian pertama tanpa membunuh. Hadiah: 50 Poin Kebaikan.]
Bima mengusap wajah. “Ya ampun… ujian apalagi ini? Baru juga sehari gue coba jadi baik…”
Keesokan malam, ujian itu datang. Vila Romano dikepung oleh sekelompok pria bersenjata, membawa bendera keluarga De Rossi. Mereka bukan menyerang secara penuh, tapi menantang.
Seorang pria berjas putih masuk ke halaman dengan angkuh. Wajahnya penuh senyum mengejek. “Boss Dante Romano! Kudengar kau berubah. Dari singa buas jadi kucing jinak. Benarkah?”
Anak buah Romano segera mengangkat senjata, tapi Bima mengangkat tangan, menghentikan mereka.
Ia melangkah maju, jantungnya berdegup kencang. Oke, Bim. Ini saatnya. Jangan bikin blunder. Ingat: nggak boleh bunuh.
Dengan suara berat khas Dante, ia menjawab, “Aku memang berubah. Tapi jangan salah paham… kucing jinak tetap bisa mencakar kalau diganggu.”
Suasana hening sejenak. Anak buah Romano menahan tawa, sementara lawan terdiam tak menyangka jawaban itu.
Pria utusan De Rossi terkekeh. “Berani juga kau, Dante. Kalau begitu, buktikan. Ada pertarungan kecil di gudang pelabuhan malam ini. Pemenangnya akan menguasai jalur distribusi baru. Biasanya, kau suka main peluru. Tapi kali ini… aku ingin lihat apakah kau benar-benar bisa jadi ‘orang baik’ tanpa darah.”
Bima menelan ludah. Pertarungan? Gue lawan mafia? Ya ampun, fisik gue sih badan Dante, tapi jiwa gue kan karyawan kantoran!
Tapi sistem langsung berbunyi:
> [Misi Tambahan: Menang di pertarungan pelabuhan tanpa membunuh lawan.]
[Hadiah: Skill Baru – Teknik Pertarungan Dasar Lv.1.]
Mata Bima melebar. Eh, kalau menang gue dapat skill gratis? Oke, tantangan diterima!
Malam itu, gudang pelabuhan penuh sesak. Mafia Romano dan mafia De Rossi berkumpul, membentuk lingkaran besar. Semua menunggu dengan antusias.
“Boss Dante melawan utusan De Rossi!”
“Apakah si Bos Baik bisa bertahan?!”
Bima berdiri di tengah arena, keringat dingin menetes di pelipis. Lawannya, pria berotot besar bernama Vito, memandang dengan tatapan meremehkan.
“Siap mati, kucing jinak?” ejek Vito.
Bima mengangkat tangan. “Nggak usah mati-matian. Anggap aja olahraga malam.”
Kerumunan tertawa, sebagian mengejek, sebagian kagum dengan keberaniannya.
Pertarungan pun dimulai.
Awalnya, Bima hanya menghindar. Badan Dante memang terlatih, tapi jiwa Bima jelas bukan petarung. Namun tiba-tiba, suara sistem berbunyi:
> [Skill Baru Diaktifkan: Teknik Pertarungan Dasar Lv.1.]
Tubuhnya bergerak lebih lincah dari yang ia bayangkan. Pukulan Vito bisa ia tangkis, tendangan bisa ia hindari. Bahkan, ia sempat melayangkan tinju balasan yang membuat lawannya terhuyung.
“Woooaaaah!!!” sorak sorai meledak. Anak buah Romano bersorak, “Boss kita luar biasa!”
Bima hampir teriak kegirangan. Ya Tuhan, ternyata sistem bener-bener kasih cheat skill! Kayak main game beneran!
Pertarungan berlangsung sengit. Vito mencoba menghantam dengan besi, tapi Bima meraih dan membantingnya ke lantai. Namun ia ingat misi: tidak boleh membunuh. Maka alih-alih menembak atau menusuk, ia hanya mengunci lawan dengan kuncian tangan.
Vito meronta, tapi akhirnya menyerah.
Bima berdiri, menatap semua orang. “Ingat baik-baik. Aku memang berubah… tapi Romano tidak pernah lemah.”
Sorakan menggema.
> [Misi Selesai. Anda menang tanpa membunuh.] yang
[Hadiah: 50 Poin Kebaikan + Skill Pertarungan Dasar Lv.1.]
Bima menghela napas lega. Dalam hati ia tersenyum. Oke, Dante Romano versi baru resmi debut. Mafia baik-baik, tapi tetap badass.
Namun dari kejauhan, Salvatore De Rossi yang menyaksikan dengan mata dingin berbisik, “Baiklah, Dante. Kalau kau ingin jadi malaikat di dunia iblis… aku sendiri yang akan menjatuhkan mu.”
Dan badai besar pun semakin dekat.