Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oke, Kita Pergi
Hari demi hari berlalu, Jelita kini telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Selama Jelita di rawat, Bunga sering berkunjung ke kamar inap gadis kecil itu. Tanpa diminta pun Bunga dengan senang hati melakukannya.
"Tante Bunga kenapa tidak ikut antar Jelita pulang, Pa?" Jelita yang sudah siap untuk pulang itu menanyakan kehadiran Bunga yang tidak ikut mengantarnya pulang.
"Tante Bunga nya lagi kerja. Jadi Jelita sama Papa dulu, ya. 'Kan ada Mbak Ane juga yang nemanin Jelita," ucap Fadi penuh perhatian, berharap anak perempuannya ini dapat mengerti.
"Yaudah deh," jawab Jelita dengan lesu.
Fadi sebenarnya tidak tega apalagi melihat raut wajah Jelita kini yang sudah murung. Namun apa boleh buat. Tak mungkin dirinya terus terusan merepotkan Bunga hanya demi putrinya.
Sebetulnya tadi Fadi sudah mencoba mencari Bunga dengan menanyakan keberadaan wanita itu di ruangan poli kandungan. Namun perawat yang berada disana mengatakan kalau saat ini Bunga tengah melakukan operasi. Dirinya juga belum mempunyai nomor ponsel wanita itu. Fadi menyesal karena selalu saja lupa memintanya ketika mereka bertemu. Sepertinya ia terlalu hanyut dalam kebersamaan yang dirindukannya. Ketika dirinya ingin meminta melalui perawat yang berjaga, perawat itu berkata,"Maaf, Pak. Kami tidak bisa memberikan nomor Dokter Bunga tanpa seizin beliau."
Fadi sangat paham betul dan memakluminya. Ia kini hanya bisa berharap Jelita tidak rewel dan mendesak ingin bertemu dengan Bunga. Hubungan dirinya dengan Bunga masih belum terlalu akrab. Bunga masih terkesan menutup dirinya dari Fadi. Mungkin rasa benci itu masih ada di diri Bunga, pikir Fadi.
****
Seminggu berlalu, Jelita sudah di rumah melakukan aktivitas biasanya bersama Mbak Ane. Namun permintaannya yang sejak awal ingin bertemu dengan Bunga masih belum terpenuhi. Biasanya Fadi maupun Mbak Ane masih bisa menangani ke tantruman Jelita. Namun hari ini, Jelita rewel sangat luar biasa. Ia mogok makan sejak pagi dan hingga siang ini belum juga mau memakan makanannya ataupun meminum susunya. Karena khawatir akhirnya Mbak Ane menghubungi Fadi. Dan disinilah Fadi siang ini, di rumahnya, mencoba membujuk Jelita agar mau makan.
"Nanti kalau Jelita sudah makan, Papa janji akan ajak Jelita ke playground yang ada di Mall, tempat kita biasa main," ucap Fadi lembut.
"Maunya sama Tante Bunga!" kekeh Jelita.
"Pak..." Mbak Ane yang sedari tadi berdiri tidak jauh dan memperhatikan Fadi membujuk Jelita akhirnya mengeluarkan suara.
"Apa tidak sebaiknya Pak Fadi menghubungi Tante Bunga saja? Kasihan dari pagi tidak ada makanan atau air yang masuk ke tubuhnya Jelita."
Fadi diam sebentar. Ketika ia melihat ke arah bibir Jelita memang terlihat kalau bibir itu sudah kering. Fadi dalam kebimbangan kini. Ia tidak memiliki nomor Bunga, bagaimana caranya ia menghubungi wanita itu.
"Saya tidak punya nomor Bunga," ucapnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Mbak Ane.
"Langsung ke rumah sakit saja, Pak. Tante Bunga nya pasti ada disana," usul Mbak Ane.
"Apa tidak apa-apa?" tanya Fadi ragu.
"Saya yakin Tante Bunga nya mau, Pak kalau sama Jelita. Saya bisa lihat sewaktu kemarin di rumah sakit kalau Tante Bunga sangat perhatian dengan Jelita. Malah saya pikir Tante Bunga cocok jadi ibu sambung untuk Jelita," ucap Mbak Ane yang tentu saja mengundang gelak tawa Fadi.
"Kamu jangan aneh-aneh ya, Ane," ucap Fadi.
"Jodoh nggak ada yang tahu, Pak."
****
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya disinilah Fadi dan Jelita berada. Di lantai dua Rumah Sakit tempat Bunga bekerja.
Fadi bersama Jelita yang ia gandeng berjalan menuju poli kandungan, dimana pada depan pintu tertulis nama Bunga disana.
"Maaf, Sus." Fadi berbicara pada perawat yang berada di depan ruangan Bunga. "Dokter Bunga nya apa masih di dalam?"
"Masih, Pak. Dari mana ya, Pak?" tanya perawat itu balik.
"Saya temannya," jawab Fadi. "Apa masih banyak pasiennya?"
"Yang di dalam pasien terakhir, Pak," jawab perawat itu.
Fadi merasa lega karena dirinya tidak perlu menunggu waktu lama.
"Kalau sudah selesai pasiennya, saya boleh masuk?" tanya Fadi lagi.
"Iya boleh, Pak."
Fadi mengajak Jelita duduk di kursi tepat di depan pintu ruangan Bunga. Tak menunggu lama, pintu terbuka dan tampak keluar sepasang suami istri beserta perawat yang mungkin menemani Bunga selama pemeriksaan. Jantung Fadi berdebar. Sudah seminggu ia tidak bertemu dengan Bunga. Ia seperti anak muda saja yang akan bertemu dengan pujaan hatinya. Memang Bunga pernah bertahta di hatinya, bahkan... hingga... kini... masih...
Fadi berdiri diikuti oleh Jelita. Mereka berjalan menuju ruangan Bunga.
"Saya masuk, ya," izin Fadi pada perawat tadi. Perawat itu mengangguk tanda mengizinkan.
Ia ketuk pintu itu pelan dan mendorongnya ke dalam.
"Tante..." Jelita langsung berlari ke dalam ruangan, memeluk Bunga yang masih duduk di balik mejanya.
Bunga tentu saja terkejut. Ia melihat Jelita yang masuk ke dalam ruangannya bersama Fadi.
"Maaf, dari kemarin Jelita menangis ingin bertemu kamu," ucap Fadi sedikit terbata bata. Perasaannya kini bercampur. Ada rasa takut Bunga akan merasa terganggu, ada juga rasa senang karena bisa bertemu kembali dengan Bunga.
"Ya, tidak apa," jawab Bunga.
Dari nada dan mimik wajah Bunga, Fadi sama sekali tidak melihat ketidaksukaan disana. Bunga malah terlihat sangat... senang.
Ia langsung memangku Jelita, mendengar cerita bocah itu yang mengadu kalau sudah lama ingin bertemu dengan Tante Bunga nya namun selalu di tolak oleh Fadi.
"Papa Jelita nolak ketemu Tante?" tanya Bunga memastikan.
"Iya."
"Bukan gitu!" Fadi dan Jelita menjawab secara bersamaan.
Bunga mengalihkan pandangannya kini ke Fadi yang masih berdiri.
"Aku nggak tahu secara pasti jadwal kamu, Flo. Aku juga nggak punya nomor ponsel kamu. Aku hanya takut kalau kami nantinya mengganggu kamu," jelas Fadi.
"Hari ini akhirnya aku nekad mengajak Jelita menemui kamu, menunggu kamu sampai pasien terakhir tadi karena... Jelita mogok makan sejak pagi. Bahkan tidak meminum susunya yang sudah disiapkan sama Mbak Ane," imbuhnya.
Bunga terkejut, ia langsung melihat Jelita yang masih duduk di pangkuannya, memainkan tanda pengenal Bunga yang ia pasang di saku jas dokter yang kini ia kenakan.
"Kenapa? Kok nggak mau makan, cantik?"
"Maunya sama Tante," cicit Jelita.
Bunga menghela nafas sejenak lalu kemudian melihat jam pada arloji di tangan kirinya.
"Beneran mau makan kalau Tante temanin?" tanya Bunga memastikan.
Gadis itu mengangguk penuh semangat.
"Oke, sekarang kita pergi makan." Bunga menurunkan Jelita agar ia bisa berdiri dari kursinya.
"Kamu serius?" Fadi terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka jika Bunga mau menerima ajakan Jelita yang ingin makan bersama.
"Iya. Tapi kita makan di Mall yang dekat rumah sakit aja, ya. Praktek aku memang sudah selesai. Nggak ada jadwal operasi juga, tapi nggak tau juga kalau nanti ada yang dadakan. Jadi biar lebih gampang sekitar sini aja," jelas Bunga.
"Tidak masalah." Fadi tentu saja menyetujuinya. Masalahnya kini selesai, bahkan ia mendapatkan bonus.
Jelita akhirnya bisa makan, dan dirinya bisa jalan bersama Bunga kembali.
***
Double up nih. Jempolnya dikencengin boleh kan ya 🥹🥹
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda