Meyya, menenangkan diri nya yang mendapat banyak masalah selain dari kesehatan nya, pernikahan nya yang di ujung tanduk membuat nya menepi dan meninggalkan kota.
Pertemuan Meyya dengan lelaki kampung yang tak sengaja membuat kesalah pahaman dengan warga, keduanya terpaksa berubah status dan harus menerima satu sama lain yang masih asing.
Gimana kehidupan mereka setelah terjadi nya nikah dadakan itu? Cus baca!
....
fyi : autor ga pernah copas/menyalin karya orang lain! semua karya yang autor buat murni dari khayalan+kisah nyata yang di alamin oleh teman-teman autor.
kalau tidak menyukai karya ini atau karya ini terlalu kaku, tolong beri saran bukan makian. tks.
langsung baca aja ya! biar nggak penasaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Jempol nya jangan lupa.
—
"Mas," panggil Meyya dari dalam kamar, memanggil sang suami yang berada di teras menemui Amat.
"Ya sayang?" sahut Ardha langsung ke dalam rumah tanpa berpamitan dengan Amat yang bila datang selalu mengeluh ingin memiliki pasangan.
"Boleh minta ngga mas?" tanya Meyya duduk bersila menghadap Ardha yang berada di dekat pintu masuk.
"Minta tolong apa sayang?" tanya Ardha balik, dia berjalan mendekat dan berjongkok di depan Meyya.
"Kaitin ini," jawab Meyya dengan cengir kuda menunjuk pengait dalaman nya yang masih terlepas di belakang.
"Aku dari tadi dah nyoba masang sendiri, tapi ngga bisa mas. Sampe pegel tangan aku" jelas Meyya, Ardha tersenyum lalu berdiri, melangkah ke belakang Meyya dan kembali berjongkok.
"Kait nomor berapa?" tanya Ardha nampak bingung, ada tiga lubang yang dia tak tau fungsi nya untuk apa.
"Satu mas, dada aku makin kenceng jadi mudah sesak kalo terlalu kencang kait nya" jawab Meyya melirik ke belakang.
"Dah," seru Ardha dengan modus mengelus punggung Meyya yang nampak putih bersih.
"Jangan modus gitu ah" tegur Meyya segera menutup bagian belakang nya dengan baju yang dia pakai.
"Sama istri sendiri, ngga masalah dong" kilah Ardha dengan kerlingan mata.
................
"Sayang, mau ikut aku jalan-jalan ngga? Keliling kampung" ajak Ardha dengan semangat masuk ke dalam rumah.
"Jalan kaki?" tanya Meyya dengan berbinar. Ardha menggaruk tengkuk nya bingung.
"Kamu mau nya gimana?" tanya Ardha balik, dia baru meminjam motor Putra lagi, rencana nya jalan-jalan bersama sang istri menggunakan motor.
"Mau jalan kaki aja mas, biar sehat" jawab Meyya membuat Ardha menghela napas pasrah.
"Berarti kalo gitu, kita anter motor Putra dulu ya, baru kita lanjut jalan kaki nya dari rumah RT ya" usul Ardha, Meyya mengangguk menyetujui.
Meyya tak tau, Ardha sampai menahan Putra untuk tak memakai motor nya, padahal Putra sangat ingin jalan dengan kekasih baru nya juga menggunakan motor nya itu. Tapi apalah daya, Ardha sampai memohon dan bilang akan mengganti uang bensin nya dua kali lipat.
Putra yang sedang asik telponan dengan sang kekasih di teras rumah, menatap bingung kearah Ardha dan Meyya yang baru saja tiba.
"Cepet amat jalan-jalan nya, kang" cetus Putra setelah mengatakan pada sang kekasih ada Ardha dan istri nya.
"Ngga jadi Put, jalan kaki aja biar menikmati pemandangan sekitar" balas Ardha melirik Meyya yang hanya tersenyum tanpa dosa.
Putra tertawa kecil. "Yes, bisa jalan ama ayang" pekik Putra mengambil alih kunci motor dari tangan Ardha.
"Kang," panggil Putra menghentikan langkah Ardha dan Meyya yang sudah hendak jalan.
"Naon (apa) ?" sahut Ardha dengan dagu naik ke atas.
"Uang bensin atuh" ucap Putra dengan cengir kuda menengadahkan tangan nya pada Ardha.
"Ngga jadi dua kali lipat ya," balas Ardha menyerahkan uang yang ada di dalam kantong celana nya.
"Yah ngga asik akang mah," gerutu Putra, tapi dia tetap menerima uang itu dari Ardha.
"Makasih kang, lanjut jalan berdua aja sono.. Hus.. Hus.." usir Putra setelah menerima selembar uang berwarna hijau.
"Kualat ngusir-ngusir gitu" cibir Ardha sembari melangkah mengikuti Meyya yang sudah berjalan agak jauh dari nya.
Putra melambaikan tangan pada Ardha, kemudian dia kembali menelpon sang kekasih dan meminta nya untuk siap-siap.
Meyya dan Ardha menikmati jalan berdua, sembari menghiruo udara segar dari sawah yang terbentang luas di lahan.
"Aku seneng deh mas," cetus Meyya dengan tersenyum, dia terus berjalan di samping Ardha.
"Seneng kenapa sayang?" tanya Ardha, dia menatap Meyya sekilas lalu menatap ke arah sawah yang hijau.
"Seneng karna akhirnya aku bisa jalan-jalan tanpa takut penyakit aku kambuh. Di tambah lagi, jalan nya ngga sendiri" jawab Meyya semakin tersenyum manis.
Ardha terkekeh melihat Meyya yang tersenyum cerah pada nya. "Maaf ya sayang, aku bakal berusaha buat bikin kamu selalu senyum terus selama sama aku" ucap Ardha mengelus kepala Meyya dengan pelan.
"Mas selalu bikin aku senyum kok tanpa mas usaha, terimakasih sudah mau nerima dan tanggung jawab sama aku" balas Meyya dengan tersenyum menikmati elusan tangan Ardha di rambut nya.
"Cie.. Bucin berdua cie" goda Putra saat melewati Ardha dan Meyya yang nampak melempar senyum.
"Ck, ganggu aja." cibir Ardha berdecak kesal setelah mendengar godaan Putra.
mana jempolnya
dah clear slh faham nya...😁😁😁