JUARA 3 EVENT LOMBA MENGUBAH TAKDIR S3.
Maghala terjebak dalam situasi tak menguntungkan akibat peristiwa yang dipicu olehnya. Dia terpaksa menyelamatkan banyak hal meski hatinya enggan.
Status sosial yang tinggi membuat sang mertua malu mempunyai menantu pedagang angkringan pinggir jalan sehingga memaksa Maghala berhenti berjualan. Fokus mengabdikan diri pada keluarga Cyra.
"Menantu benalu, pengangguran!" Kalimat cibiran keluarga Cyra, menjadi penghias keseharian Maghala.
Suatu siang, kala Maghala hendak membeli obat bagi sang istri, langkahnya dijegal seseorang, Hilmi sang tangan kanan Magenta grup, membawa misi dari Janu untuk meminta Ghala menjadi pewaris utama.
Banyak misi di emban Maghala, termasuk membantu Asha agar bangkit. Semua dikerjakan secara rahasia hingga membawa sang menantu babu, berada di pucuk pimpinan Magenta grup.
Siapakah sosok sang menantu? Bagaimana nasib rumah tangga mereka? Akankah Maghala membalas perlakuan terhina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. SIASAT
Ghala mendengar teriakan dari kamar Alka di lantai dua, rencana semalam dengan Asha nampak berhasil jika di tilik dari suara riuh di lantai dasar. Sementara Hilmi, bertugas mengirimkan semua bukti kebobrokan Alka ke email sang tuan muda.
Maghala dapat melihat bahwa lelaki itu kini gusar. Langkahnya mondar mandir, pandangan mata pun tak fokus. Ancaman bui menghantui dan paling parah, dia takkan mendapatkan hak sepeserpun dari Cyra atas kelakuan selama ini.
Keinginan Alka jelas, Adhisty melimpahkan kekuasaan inti padanya maka bisa jadi dana yang dirampas akan Alka kembalikan.
Namun, ibarat kertas yang telah teremat, meskipun Alka kembali ke posisi semula, jejak kerusakan itu akan tetap ada. Adhisty dan direksi selamanya takkan percaya lagi pada sang CEO.
Kehilangan kepercayaan dari para pengampu saham, bagai berdiri di tepi jurang. Dia bakal selalu didesak akan tetapi tak dihiraukan kinerjanya. Mereka selalu berupaya menjatuhkan dengan memakai kambing hitam agar Alka tetap lengser. Kudeta natural.
Maghala akan memberikan penawaran akhir bagi sang tuan muda lewat Hilmi. Dia berniat tetap berada di belakang layar.
Kegelisahan tercetak jelas manakala jarinya mengetik di atas keyboard benda kotak di atas ranjang. Sepertinya Alka tengah bernegosiasi.
["Sebelum Anda kehilangan segalanya. Lepaskan saham kepemilikan dan enyahlah dari Cyra. Ada di sana pun tak guna bukan?"] Tulis pesan dari seseorang.
["Aku akan membeli dengan harga pantas. Tidak perlu lagi berada di bawah bayang nyonya besar. Toh, ibu Anda pada akhirnya akan menjual bagian tersebut guna menutupi kebocoran."] Pesan kedua, dari orang yang sama.
["Temui pengacaraku. Hubungi aku lagi, lusa nanti untuk sign."] Alka membalas pesan sang misterius.
Tuan muda Cyra meletakkan kembali laptopnya dia lalu memperhatikan sosok Ghala yang tengah membereskan kekacauan di kamarnya. Alka menduga, dia bukan pria biasa. Laporan anak buah yang menyelidiki IP address alamat email pembongkar salah satu kebusukan itu, di ketahui milik seseorang yang berpengaruh.
Bahkan saat pemuda itu ada di kantor kepolisian, dia mendapat kunjungan dari pria bersetelan jas mahal di pagi buta. Terlebih, sikap Patrianusa, para petugas pun sangat ramah terhadap Ghala. Kesimpulannya adalah, mungkin sang adik ipar memang putra seorang terpandang.
Alka mengingat kala malam pertengkaran dengan Adhisty, Maghala ada di sana. Bahkan dia merapikan semua berkas yang di lemparkan ibunya.
"Hoy! jangan berpura. Kau pikir aku tidak tahu? siapa Maghala sakha?" kata Alka, duduk di sisi ranjang, menatap tajam lelaki yang melantai membereskan buku.
Maghala tak mengindahkan. Dia ingin segera menyelesaikan ini dan menemui Asha. Namun, Alka tak sabar, dia menghampiri dan menendang punggung Ghala hingga pemuda itu tersungkur.
"Jangan mencoba batasku!" ucap Maghala, mendelik tajam seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah Alka.
Lelaki yang masih berdiri pun membungkukkan badan. Meraih kerah baju Maghala hingga sedikit terangkat. "Tuan muda!"
Alka menyeringai, saat mengetahui ekspresi retina Ghala yang sedikit melebar. "Benar kan?" tawanya mengudara.
Dia melangkah meraih laptop dari atas ranjang. "Asal kau tahu. Transaksi sahamku tengah berlangsung sebelum semua aset di tarik mama. Uang itu tetap akan jadi milikku seutuhnya. Kau bisa apa? Asha yang akan menanggung ini semua. Mau tidak mau, kau akan kehilangan dia sebab adikku tak mengerti alur semua ini. Pilihannya adalah pernikahan bisnis. Untuk itulah, kau harus segera melepaskan Asha," beber Alka, pongah seraya berkacak pinggang.
Maghala tak akan menutup diri dari lelaki tengik macam Alka. Dia memang akan menunjukkan taring malam ini tapi tidak secara frontal.
"Jangan senang dulu, Tuan muda. Nikmati waktu Anda yang tersisa dengan baik," kata Maghala, bangkit undur diri setelah semua kekacauan kamar Alka, dia rapikan.
Tuan muda Cyra hanya menyeringai, mendecih kala adik iparnya keluar kamar.
Suami Ashadiya turun menapaki tangga menuju kamarnya. Tujuannya satu, menghubungi Hilmi untuk melakukan rencana kedua dengan Adhisty.
Maghala akan menawarkan kerjasama atau bahkan sekalian bernegosiasi. Dia memang memiliki rencana bagus untuk menjebak Alka.
"Asha?" panggil Ghala setelah dia di kamar.
"We did it. Benar katamu, dia phobia," ujar Ashadiya girang. Meski terdapat banyak peluh di wajahnya.
"Tanganmu sakit? aku lihat, maaf ya," balas Ghala, merasa keringat Asha tak wajar. Dia berjongkok meraih tangan kanan yang di sembunyikan.
"Bengkak. Asha, ini pasti sangat sakit," lirih Ghala, menekan pangkal pergelangan tangan Asha. Maghala bangkit, meraih minyak gosok untuk di oleskan pada area tangan. Dia sedikit mengerti cara mengurut dengan benar.
Wanita ayu meringis menahan sakit, pergelangan tangannya mungkin terkilir. Dan Ghala tengah mengoleskan obat di sana. Lama nan lembut hingga akhirnya.
Kluk. "Aahh!" pekik Asha, menahan sakit hingga air matanya keluar.
Ghala meniup pelan, di sana, masih terus memijat lembut pergelangan tangan Asha yang belum pulih pasca kecelakaan silam.
"Kita gak bisa seterusnya mengandalkan ini. Asha, aku izin nanti malam untuk mengambil alih tugasmu, boleh? kau percaya padaku kan?" tutur Ghala, mendongak ke arah wajah Asha, seraya memandang lembut.
Ashadiya tidak mengerti kalimat tugas yang Ghala maksud. Dia hanya berpikir polos bahwa lelaki di hadapan tak mungkin berlaku bagai Alka. Asha mengangguk.
"Maaf jika kamu akan kehilangan Alka. Jika dia tak menyingkir maka aku akan kehilangan kamu. Aku gak mau," ujar Ghala, jujur akan perasaannya.
Ashadiya tersenyum, dia menggenggam tangan Ghala dengan jemari kiri. "Iya," jawabnya singkat, wajahnya masih berseri.
Maghala lalu mendorong kursi roda menuju dekat sofa agar Asha mengisi perutnya dengan makanan di atas meja, sebab dia mungkin sudah lapar. Ghala lalu menuju balkon untuk menghubungi Hilmi.
Pembicaraan itu sedikit lebih lama di lakukan hingga akhirnya senyum Ghala merekah sempurna.
"Baik. Aku mengerti rencana Anda, Tuan," jawab Hilmi di seberang sana.
"Aku tunggu kabar baik. Lakukan dengan rapi, kita lihat bagaimana ekspresi Alka esok hari. Kalian janji lusa bertemu kan? aku minta video live saat itu ya," kekeh Ghala seraya menutup panggilan.
Dia menghela nafas lega. Semoga upayanya berhasil, dengan demikian bukan hanya posisi Asha yang aman tapi dirinya telah siap menghadapi musuh dalam selimut di Magenta grup.
Maghala Sakha akan meminta bantuan secara pribadi pada Gani malam ini. Dia tengah mencurigai sesuatu. Pun berpesan pada Hilmi agar tak memberitahu Huda terkait rencana mereka.
"Siapa kamu, berapa banyak orangmu di perusahaan kakek? sungguh benalu dan parasit," gumam Ghala melihat sekilas pada ponselnya, teringat wajah Mada dan Janu.
"Ghala, maaf, aku bisa minta tolong," pinta Asha memanggil suaminya.
Tak salah dengarkah? Asha berkata maaf dan meminta tolong padanya. Maghala Sakha menyingkap gorden, masuk mendekat pada Asha.
"Buka mulut, Humaira. Aku suapi saja ya," kata Ghala, membelai rambut Asha lalu duduk disampingnya.
Seketika Asha teringat akan jurnal yang mungkin telah di baca Ghala. Dia kian menunduk sebab wajahnya merona. Blush.
.
.
...___________________...
...Maghala sakha & Ashadiya Cyra...
magala itu aslinya orang arab ya...