Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Lompat? Silahkan!
Setelah keluar dari kamar Laura, Arlan hendak melangkah menuju kamar Maysha. Bermaksud melanjutkan menyuapi sang istri dengan bubur buatan Bik Wiwin tadi, karena sempat terganggu oleh ulah Laura.
Begitu memasuki kamar, Maysha baru saja keluar dari kamar mandi. Berjalan dengan berpegang pada dinding kamar. Arlan dengan cepat menghampiri istrinya itu dan membantunya kembali ke tempat tidur.
"Kenapa tidak tunggu aku? Kalau jatuh di kamar mandi bagaimana?" ucap Arlan, sambil mendudukkan Maysha ke tempat tidur.
"Aku masih bisa jalan sendiri."
Arlan menarik napas panjang. Sekarang giliran Maysha yang bersikap dingin kepadanya. Jujur saja, Arlan merasa sakit diperlakukan seperti ini oleh Maysha. Padahal selama ini Maysha selalu lembut kepadanya.
Maysha meraih semangkuk bubur. Namun, tubuhnya terlihat sangat lemah dan itu membatasi ruang geraknya. Dengan cepat Arlan mengambil alih, sebab Maysha hampir saja menjatuhkan sendok di tangannya.
"Biar aku yang suapi, ya?" tawar Arlan. Ia memilih duduk tepat di sebelah Maysha.
"Tidak usah, Mas. Aku bisa," tolak Maysha.
"Jangan keras kepala, kamu sangat lemah sekarang!"
Akhirnya Maysha memilih diam. Ia hanya menatap Arlan yang sedang mendinginkan bubur yang masih dalam keadaan panas dengan memindahkan sebagian ke sebuah piring kecil dan mengaduknya perlahan. Maysha memperhatikan setiap gerakan suaminya itu. Ini persis seperti Arlan yang dulu. Di masa lalu Maysha pernah mengingatkannya agar tidak meniup makanan yang masih panas.
Dalam hitungan detik bola mata Maysha berkaca-kaca. Hatinya perih mengingat masa lalu, di mana Arlan begitu teguh memperjuangkan cintanya. Hingga Maysha takluk dan menyerahkan seluruh hatinya.
"Kamu kenapa, Bee? Kenapa nangis?" tanya Arlan panik melihat Maysha melelehkan cairan bening. Ia langsung meraih selembar tissue dan mengusap kedua sisi pipi istrinya yang basah.
"Tidak apa-apa."
"Ya sudah, sekarang makan, ya. Aku suapi."
Baru saja Arlan akan menyuapi Maysha, tiba-tiba terdengar jeritan Bik Wiwin yang berasal dari luar.
"Jangan, Non! Itu berbahaya, Non Laura bisa jatuh!"
Sepasang suami dan istri itu saling tatap penuh tanya. Apalagi suara Bik Wiwin terdengar sangat panik dan meminta tolong.
"Sebentar, aku mau lihat ke depan dulu." Arlan meletakkan bubur ke meja. Lantas keluar dari kamar menuju balkon di mana jeritan Bik Wiwin berasal. Di sana Laura sedang berdiri di ujung balkon dengan berpegangan pada pagar pembatas. Bik Wiwin yang panik berusaha membujuk wanita itu.
"Ada apa lagi ini?" pekik Arlan, masih berdiri dari jarak beberapa meter dari posisi Laura.
"Aku mau mati saja, Mas! Kamu sudah melanggar janji yang kamu ucapkan kepadaku! Bukankah kamu sudah berjanji untuk mengutamakan aku dibanding Mbak Maysha? Lalu kenapa sekarang kamu mengabaikan aku dan lebih perhatian ke perempuan itu! Padahal semalam kamu lihat sendiri bukti kalau Mbak Maysha itu selingkuh sama Dokter Rio!" teriak Laura panjang lebar dengan derai air mata.
Arlan membuang napas kasar. Tak pula berusaha mencegah aksi nekat wanita itu. Sedangkan Bik Wiwin sudah memohon kepada majikannya untuk melakukan sesuatu.
"Kamu sudah tidak peduli anak yang ada di dalam kandunganku, Mas! Biar aku mati sama dia saja!" Lagi, Laura berteriak murka. "Perempuan itu tukang selingkuh, tidak sesuai dengan penampilannya! Munafik!" Ia menunjuk ke arah Maysha yang sedang berjalan terseok-seok menuju balkon dengan berpegang pada dinding.
Arlan menoleh sesaat. Sekarang Maysha sudah berdiri di belakangnya dengan menyandarkan tubuh lemahnya pada dinding.
"Mas, kali ini aku tidak main-main dengan ancamanku! Aku akan benar-benar lompat kalau kamu memilih Mbak Maysha dibanding aku! Aku tidak peduli meskipun harus mengorbankan anak dalam kandunganku!"
Laura menatap Arlan lekat-lekat demi menemukan bias panik dari wajah lelaki itu. Tetapi, reaksi berbeda justru ia dapatkan saat pertama kali dirinya mencoba bunuh diri. Jika dulu Arlan panik dan bersedia melakukan apapun untuknya, kali ini ia terkesan tak peduli sama sekali. Arlan hanya menatap Laura dengan sorot dingin dan datar.
"Mau bunuh diri? Silahkan!"
Arlan menyeringai, dengan sikap santai ia membalikkan tubuhnya. Mendekati Maysha dan menggendong istrinya itu memasuki rumah.
Sementara Laura mematung di ujung balkon.
...**...
...**...
...** ...
Visual Mas Arlan ada di IG yaa, follow IG @kolom_langit.