NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.

"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"

Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"

"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

...✧˖°. 🕯️🦢 ✧˖°....

"Ya Tuhan, Eliza! Apa yang kamu lakukan?! Kamu itu harusnya bersikap anggunly, slay, ala-ala princess kiyowo! Kenapa malah begitu?!"

Senna, salah satu teman Eliza sibuk mengoceh menanggapi cerita yang Eliza ceritakan. Saat ini mereka berada di kamar Eliza. Mendengar kabar sang sahabat kecelakaan, Senna dan Thea tentu panik. Terlebih mereka berada di luar kota karena bekerja. Dan baru hari ini mereka bisa bertemu dengan Eliza.

"Benar!" sahut Thea pula. Dia sibuk memakan snack yang dia beli tadi.

"Altezza Pamungkas, ya? Gila! Dia itu pangeran! Tampan dan gagah! Bahkan aku pernah membayangkannya menjadi suamiku!" Senna berdecak. "Lalu bagaimana? Apa kalian tidak akan bertemu lagi? Ah, tidak mungkin, Paman Austin pasti akan sering mengunjungi dia nanti."

Eliza mengendikkan bahunya acuh. Dia merebut snack yang dimakan Thea. "Tidak tau dan tidak mau tau! Yang penting sudah damai. Lagi pula, pria tua seperti dia itu bukan tipeku," ujarnya.

Meski kesal camilannya diambil, Thea memilih membuka snack lainnya.

"Justru yang lebih tua itu lebih hot! Yakin tidak mau?" tanya Thea menggoda. Hal itu membuat Eliza mendorong bahunya.

"Berisik! Aku tidak peduli! Dia pasti nanti akan seperti Arhan! Semua pria memang sama saja!" Eliza mendengus saat wajah sang mantan muncul dalam benaknya tiba-tiba.

"Semua pria sama saja? memangnya kamu sudah mencoba berapa pria, El?" Senna memutar bola matanya malas. "Begini jadinya, setelah kecelakaan otakmu jadi miring!"

PLAK!

"Sembarangan kalau bicara!"

Senna cemberut sambil mengusap bahunya yang ditampar Eliza.

"Itu fakta! Lebih baik kamu ikut aku saja ke luar kota, supaya tidak semakin miring di sini. Di sana banyak pria tampan, jadi kamu bisa refreshing otak."

" Tidak mau!"

"Oh, jadi kamu ingin mencari sugar daddy di sini? Tidak apa-apa sebenarnya, lagi pula—"

"SENNA!" Mata Eliza melotot memperingati Senna agar tidak membahas pria lagi. Dia sudah muak dengan pria.

"Hehehe ... iya iya ...."

****

"Elizabeth!"

Eliza berdecak ketika mendengar suara cempreng mamanya. Dengan malas dia beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Ini masih pagi, tapi dia malas keluar kamar. Wajar, day one jadi pengangguran. Ah, bukan, bukan day one, mungkin lima? Enam? Atau lebih?

"Ada apa, Ma?" Dia menghampiri Geisha yang sedang membuat kopi entah untuk siapa.

"Ada Altezza di depan, dia ingin bertemu kamu, katanya. Cepat temui dia!"

"Hah?! Untuk apa dia ke sini? Tidak, aku tidak mau!" Eliza menolak mentah-mentah, dia hendak berbalik, tapi Geisha lebih dulu mencekal tangannya.

"Jangan buat Mama malu, Eliza! Sana temui dia, ini sekalian bawa kopinya. Mama mau ke belakang."

"Mama ...." Eliza merengek. Dia malas bertemu dengan pria itu. Lagi pula, kenapa Altezza sudah keluar dari rumah sakit, sih?

Mata Geisha melotot penuh peringatan. Hal itu membuat Eliza cemberut dan terpaksa menurut. Dengan malas dia mengambil nampak berisi secangkir kopi untuk Altezza.

"Ingat, jangan membuat Mama malu, bersikaplah dengan sopan," peringat Geisha sebelum Eliza pergi dari dapur.

Dengan setelan piyama pendek yang melekat di tubuhnya, Eliza menghampiri Altezza yang sudah menunggu di ruang tamu.

Seketika langkah Eliza terhenti saat melihat Altezza yang sedang sibuk dengan ponselnya. Matanya melotot melihat pakaian pria itu.

"What the— kenapa makin tampan?! Dan itu, baju apa itu sampai mencetak tubuhnya?!" bisik Eliza. Namun sedetik kemudian dia berdeham. "Tidak Elizabeth, kamu tidak boleh tergoda."

Raut wajahnya berubah saat si pria menangkap keberadaannya. Meski terkesan dipaksakan, Eliza tetap tersenyum.

"Selamat pagi, Paman. Maaf lama," ucap Eliza. Seperti apa yang Geisha inginkan. Tidak boleh malu-maluin.

"Ya."

Ingin rasanya Eliza berteriak. Wanginya, suaranya, tubuhnya, semuanya yang ada pada Altezza membuatnya hampir hilang akal. Pria itu benar-benar seperti pria yang dewasa, berwibawa, kaya, mahal, pokoknya idaman para wanita!

Tunggu! Apakah dia baru saja memuji si paman ini? Astaga ... padahal dia sudah berkata jika Altezza bukanlah tipenya.

"Ada keperluan apa? Apa Paman berubah pikiran? Paman pasti ingin minta uang ganti rugi, kan?" Eliza melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Dia duduk di depan Altezza setelah menyajikan kopi buatan mamanya ke atas meja.

Altezza menggeleng pelan. Gadis di depannya ini seperti bocah. Apalagi saat melihat mata Eliza memicing, seolah mencurigainya.

Eliza semakin menatap curiga Altezza saat pria itu meletakkan sesuatu ke atas meja.

"Apa itu?"

"Sepertinya gelang milik kamu, orang yang melihat keadaan mobil saya mendapatkan itu di sana," jelas Altezza.

Sontak saja, Eliza melihat lengannya yang tidak ada gelang di sana. Kenapa dia baru sadar jika gelangnya hilang?

"Ohh, hanya karena ini? Tidak ada hal lain?" tanya Eliza seraya kembali memakai gelang kesayangannya.

Altezza mengangguk pelan. "Saya tidak bisa berlama-lama karena akan ke kantor sekarang." Dia meminum kopinya sedikit untuk menghargai Eliza.

"Ya sudah, silakan kalau begitu. Terima kasih karena sudah mengembalikan gelangnya." Eliza berdiri saat Altezza beranjak dari duduknya. Dia mengantarkan Altezza hingga ke teras.

"Ya. Saya permisi, terima kasih kembali untuk kopinya," ucap Altezza sebelum benar-benar pergi dari sana.

Tangan Eliza melambai-lambai saat Altezza membunyikan klakson.

"Hanya karena gelang ini dia kemari?" Bibirnya mencebik. Memangnya dia harus berharap apa?

"Harusnya titipkan pada mama saja tadi," gerutunya karena merasa terganggu, padahal dia sedang asik-asiknya scroll sosmed tadi.

"Loh, di mana Altezza? KAMU USIR, YA?!" Suara cempreng Geisha membuat Eliza terkejut bukan main.

Geisha menengok ke luar yang sudah tidak ada mobil Altezza.

"Kamu benar-benar mengusirnya?!" pekiknya lagi.

Eliza memutar bola matanya malas. "Dia buru-buru, ingin ke kantor, katanya," jawabannya lalu masuk ke dalam.

"Jangan bohong!" pekik Geisha.

"Tidak!" seru Eliza dari tangga tanpa menoleh.

Sore harinya, Eliza mulai keluar dari kandangnya. Dia jalan-jalan sore dengan mengendarai sepeda listrik mamanya. Rencananya dia ingin ke taman yang tidak jauh dari sini, karena biasanya sore-sore begini banyak pedagang kaki lima mangkal di sana. Saking niatnya, Eliza sampai membawa karpet kecil yang digunakan untuk piknik.

"Yeah you're just my type and I like your style~" Dia bersenandung pelan menyanyikan lagu Style by Heart2Heart. Anak rambutnya ikut menari karena tertiup angin sore.

Tak sampai lima belas menit, Eliza sudah sampai di taman. Matanya berbinar karena melihat banyak pedagang di sana, dan pengunjung pun lumayan ramai. Eliza bukan orang yang introvert, jadi dia tidak terganggu meskipun ramai.

"Pak, beli!" serunya pada pedagang pentol bakar. "Saya mau sepuluh ribu, ya!" Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang berwarna merah dari sana.

Dia hanya membawa satu lembar saja untuk jajan sore ini. Kalau belum habis, Eliza tidak akan pulang.

"Terima kasih!" ucapnya seraya menerima pesanannya.

Setelahnya, dia lanjut ke pedagang lainnya. Dirasa sudah cukup, Eliza menggelar karpet pink nya di atas rumput dan duduk di sana.

"Oke, kita mulai dari yang mana dulu? Pentol bakar? Siomay? Cilok? Umm ... AHA! Risol!" Eliza benar-benar menikmati makanannya sore itu. Dia terlihat senang meskipun sendirian di tengah-tengah orang asing.

"Hai."

Dengan mulut penuh risol goreng, Eliza menoleh ke arah pemuda yang menyapanya.

"Hai?" balas Eliza ragu-ragu setelah dia menelan risol nya.

Pemuda itu tersenyum tipis. "Boleh bergabung? Aku tidak sengaja melihat kamu sendirian di sini," katanya.

Tanpa ragu Eliza mengangguk. Bahkan dia langsung menggeser tubuh dan makanannya agar lelaki itu bisa duduk.

"Terima kasih." Dia tersenyum. "Aku Garuda." Garuda mengulurkan tangannya pada Eliza yang disambut baik oleh si gadis.

"Eliza."

Garuda mengangguk pelan. "Kamu benar-benar sendiri di sini?" Ia melihat sekelilingnya yang lumayan ramai.

"Seperti yang kamu lihat," jawab Eliza acuh, dia kembali memakan jajanannya.

Garuda terkekeh kecil melihat Eliza yang begitu fokus pada makanannya. Sedangkan dia hanya membeli jus buah naga, karena memang tidak terlalu suka ngemil.

"Kalau boleh tau, di mana rumah kamu?"

"Tidak jauh dari sini," jawab Eliza sambil mengunyah.

"Oh ya? Apa kamu sering ke sini? Aku baru pertama kali melihat kamu," ujar Garuda.

"Jarang, biasanya aku kerja, jadi tidak ada waktu. Sekarang sedang ingin saja." Padahal aslinya lagi nganggur, makanya bisa ke sini.

Garuda mengangguk paham. Dia diam memperhatikan wajah Eliza. Pipinya tembam seperti remaja tujuh belas tahun. Ah iya, dia belum tau umur gadis itu.

"Sepertinya kamu baru lulus SMA, ya?"

Eliza langsung tersedak. Hal itu membuat Garuda terkejut, dia buru-buru memberi minuman milik Eliza pada gadis itu.

"Kamu tidak apa-apa? Maaf kalau pertanyaanku membuatmu kaget." Garuda meringis tak enak.

Setelah tenang, Eliza mengangguk pelan. Sedetik kemudian dia tertawa kecil, tangannya reflek memukul pundak Garuda.

"Aku sudah dua puluh lima tahun, tau! Baru lulus SMA dari mana coba?!" Pipinya bersemu, karena secara tidak langsung, Garuda mengatakan jika dia awet muda. Betapa senangnya hati Eliza saat ini.

"Benarkah? Aku pikir kamu masih tujuh belas tahun." Garuda ikut tertawa. "By the way, umur kita sama," lanjutnya.

Eliza kembali terkejut. "Aku pikir kamu sudah tiga puluh tahun, loh!" ujarnya blak-blakan.

Untung saja Garuda tidak baperan, jadi dia hanya tertawa saja saat mendengar ucapan Eliza. "Ya, aku tau, banyak orang yang mengatakan seperti itu juga," katanya.

Eliza mengangguk paham. Garuda memang terlihat seperti umur tiga puluh tahun. Badannya yang kekar juga wajahnya yang memang seperti om-om, namun ada kesan hot nya. Justru seperti inilah pria idaman para wanita, termasuk Senna, sahabatnya.

"Ekhem!"

Kedua manusia yang duduk di atas karpet itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kak Al?" Garuda menaikkan kedua alisnya sedikit terkejut akan kehadiran kakak sepupunya di tempat ramai ini.

Altezza melirik Eliza yang acuh, tetap fokus pada makanannya.

"Sedang apa Kakak di sini? Tumben sekali," ujar Garuda heran. Altezza itu pria yang anti keramaian.

Tanpa bersuara, Altezza menunjuk adiknya yang sedang membeli pentol bakar.

FYI, Altezza adalah anak sulung, dia memiliki adik perempuan yang bersekolah di luar negeri, Gaby namanya. Dan sepertinya adiknya itu memang sedang liburan.

"Gaby?" Garuda sedikit terkejut. Karena dia tidak tau kapan Gaby pulang.

Altezza mengangguk, namun matanya menatap Eliza yang tetap acuh.

"Pantas saja Kakak mau ke tempat seperti ini." Garuda mengangguk pelan sambil menyengir. "Oh iya, ini Eliza, kami baru kenal hehehe ...." Garuda menyengir setelah memperkenalkan Elizabeth pada Altezza.

Eliza hanya melirik sekilas, lalu kembali makan.

Altezza mengangguk saja tanpa berucap. Lagi pula dia lebih dulu kenal Eliza daripada Garuda.

Garuda sedikit bingung melihat Eliza yang acuh, padahal tadi Eliza antusias menyambutnya. Tapi, kenapa giliran dengan Altezza, Eliza jadi acuh?

"Kalian ... sudah saling kenal?" tanya Garuda sedikit ragu.

"Sudah."

"Hah?!"

bersambung...

1
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!