Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 30 BERMAIN BERSAMAMU
Keesokan harinya Marcel sudah menyuruh Kamal memasukkan semua mainan yang dia beli tadi malam ke mobilnya. Pagi ini dia ingin kerumah Ira dan ketemu Rio.
"pagi pa" begitu sampai dimeja makan dengan pakaian kemeja tanpa jasnya.
"pagi, kok pakaian kamu tidak seperti mau kerja"
"iya pa, aku ingin langsung ke kota T, kangen sama Rio"
"cel, siang aja kita kesana, mama juga mau kesana kok. sekarang kamu beresin kerjaanmu dulu. lagian pagi Rio sekolah, pulang jam 12 kan" jelas mama Clara.
"iya sih, aku pengen nungguin disekolahnya ma"
"kamu itu, kalau sudah ada maunya selalu ngga pakai logika, mending beresin kerjaanmu dulu, nanti papa bantu, siang baru kesana. biar kamu juga bisa ketemu Ira, semakin sering ketemu traumanya akan semakin hilang" cerita pak Sanjaya.
"iya cel, papa benar. kamu juga harus perbaiki hubunganmu sama Ira, buat dia nyaman, Dia adalah ibu dari cucuku.Rio juga pasti senang lihat mamanya ceria, diakan selalu ingin buat mamanya senang"
"iya mah, cita-citanya aja ingin bawa mamanya jalan-jalan naik pesawat"
"tuh kamu tahu, jadi untuk mendekati Ira kamu harus ambil hati Rio"
"ok mah, aku akan usahakan"
"oh ya cel, disanakan sangat jauh, gimana ya kalau kamu cari rumah buat mereka dekat sini, Carikan juga kerjaan buat Ira supaya dia mau pindah"
"Marcel juga berpikir mencari mereka rumah ma, tapi takut mereka ngga mau"
"iya kamu harus punya alasan yang tepat cel, terus berikan pekerjaan buat Ira dan Bu Ani, tapi jangan jadi asisten rumah tangga, papa ngga setuju"
"ya iyalah pa, coba nanti Marcel pikirin lagi"
"mama sih kepikir pa, mempekerjakan Ira di boutiq mama yang dipusat kota, yang paling laris itu. nanti disana dia akan banyak belajar, dan kalau dia sudah pintar dan mampu mama akan serahkan boutiq itu sama mereka pa. Dia pantas menerima itu, dia membesarkan cucuku dengan susah payah"
"saya setuju banget itu mah, toh mama sudah tidak kekurangan dan kita sudah tua. bisa berbagi sama orang itu sangat baik, apalagi kepada orang yang sudah baik memberi dan merawat cucu kita, penerus kita mah" ucap pak Sanjaya semangat.
"mama sama papa selalu aja sejalan cara berpikirnya ya" ucap Marcel senang.
"tapi benarkan, coba papa tanya gimana terpukulnya kamu saat dokter bilang ngga bisa punya keturunan, mama apalagi sampai pingsan. begitu juga papa, waktu itu papa sampai kepikir apalah arti harta yang mereka kumpulkan kalau bukan untuk anak cucu dan keturunan mereka. nah sekarang Tuhan kasih kita keajaiban itu, masak kita tidak mau memberikan sebagian kecil milik kita untuk orang yang membawakan kita kebahagiaan? bahkan kalau dia mampu mengelola perusahaan, maka perusahaan ayah akan ayah berikan sama dia" ucap pak Sanjaya yakin.
Ibu Clara manggut-manggut.
"pagi tuan, pagi nyonya" ucap Leon yang baru nyampe.
"Pagi Leon, ikut sarapan sini" ucap pak Sanjaya yang sudah menganggap Leon seperti anaknya.
"terimakasih tuan"
"oh ya Leon tolong bantu Marcel mencari rumah dan juga sekolah yang bagus didaerah sini, yang penting jangan terlalu jauh"
'bentuknya yang seperti apa tuan kira-kira" tanya Leon sudah menebak rumah itu untuk Rio cucu mereka.
"yang asri, cocok untuk anak kecil"
"nanti saya coba searching tuan"
"Hari ini, saya dikantor hanya setengah hari Leon, selebihnya kamu handel ya", ucap Marcel sambil sarapan.
"iya pak"
"satu lagi, tolong kamu urus orang untuk menjaga anakku selama disana. harus jaga 24 jam, tapi mereka jangan sampai tahu, takutnya mereka ngga nyaman"
"ohh, baik pak"
Setelah selesai sarapan Marcel ingin berangkat ke kantor bersama Leon.
"cel, nanti kita berangkat bareng ya, sebelum jam 12 mama ke kantormu,"
"iya ma"
Akhirnya Leon dan Marcel berangkat ke kantor.
Siang itu Bu Clara dan Marcel beserta pengawal berangkat ke kota T. kali ini mereka disupiri pak Kamal teman Bu Ani.
"itu Rio sama Bu Ani" sahut Marcel melihat Rio keluar dari gerbang sekolah itu.
"Rio, Bu Ani" teriak Bu Clara.
"nek, itu papa sama nenek" sambil nunjuk Marcel yang berdiri tidak jauh dari mobilnya.
"iya nak, ayo kita kesana"
"apa kabar pa, nek" tanya Rio sambil menyalami mereka satu persatu termasuk pak Kamal.
"Bu Ani, ini cu..." tanya pak Kamal terharu tapi langsung dipotong Bu Ani.
"iya mal, ini anak itu" ucap Bu Ani sudah mulai menangis melihat Kamal, dia jadi ingat kembali masalalu. Melihat Bu Ani dan pak Kamal bersalaman sambil bertangisan Bu Clara pun terharu. ini adalah orang-orang yang setia bekerja dirumahnya. Yang tahu silsilah dan peristiwa cucunya.
"Bu Ani, ibu tahu ngga ,den Marcel sama nyonya sampai mencari ibu ke kampung" ceritanya diam bentar, "den Marcel sudah menyesal Bu, dia selalu ingin minta maaf, maafkan dia ya Bu. Dulu den Marcel khilaf, dibutakan nyonya Ingrid," cerita pak Kamal yang sudah melihat betapa tersiksanya Marcel sebelum menemukan Rio dan Ira..
"iya mal, terimakasih dulu atas bantuanmu ya, mungkin kalau kamu tidak segera bawa Ira ke puskesmas nyawanya sudah melayang" ucap Bu Ani sambil terisak.
"Sama-sama Bu, itu semua wajar aja dilakukan dalam keadaan genting begitu"
"tetap aja mal, aku sangat berterimakasih sama kamu, Ira juga sempat ingin telepon kamu dan bertemu kamu untuk mengucapkan terimakasih, tapi dia takut bertemu Marcel", sambil melirik Marcel.
Kamal tersadar sudah mengabaikan majikannya, ternyata dia sudah larut dengan kenangannya menolong Ira dan Bu Ani.
"maaf den, nyonya saya terlalu senang ketemu Bu Ani, saya sangat senang soalnya" ucapnya sambil setengah membungkuk lalu mundur.
"ngga apa-apa pak Kamal, saya juga secara pribadi berterimakasih sama kamu. mendengar cerita Bu Ani tadi, kamulah yang paling berjasa menyelamatkan nyawa Ira, terimakasih ya mal", ucapnya tulus.
"iya mal, kamu juga yang menyelamatkan saya di club malam itu, kamu juga yang kasih tahu kami kalau waktu itu Ira hamil, terimakasih ya mal", ucap Marcel juga.
"iya sama- sama tuan"
"Bu Ani, gimana kalau hari ini kita jalan-jalan sama Rio. nanti kami antar kok pulang" tanya Bu Clara.
"Saya sih ngga apa-apa Bu, tapi aku harus hubungi mamanya Rio dulu, memangnya mau jalan kemana Bu"?
"saya kurang tahu wisata daerah sini, kemana ya"? tanya Bu clara
"kita tanya Rio aja, terserah Rio mau jalan kemana, yang penting dekat sini biar pulangnya ngga kesorean" jawab Bu Ani.
"iya, yang penting kita bisa jalan dan bermain bersama" ucap Marcel semangat.
"Rio, coba lihat dibagasi mobil papa ada mainan buat kamu lho" ucap Marcel lagi.
"oh ya benaran pa,"
"iya,....coba lihat, pak Kamal buka bagasinya" lalu pak Kamal pencet remote bagasi mobil dan terlihatlah banyak mainan bagus disana.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo