Hanya Sekedar Menikahi

Satu minggu telah berlalu setelah hari dimana Gerry menuduhnya bermain api. Entahlah, sampai saat ini Kyara tidak mengetahui latar belakang Gerry menuduhnya seperti itu. Malam itu, setelah Gerry menyetubuhi dengan kasar, Kyara tak lagi bertemu dengan suaminya itu. Entah kemana rimbanya suaminya itu pergi. Karena sejak bangun tidur pada pagi harinya, Kyara tak lagi melihat keberadaan suaminya baik di apartemen maupun di perusahaan.

Kyara menyibakkan selimut yang masih nyaman membungkus tubuhnya. Menuruni ranjang kemudian berjalan ke arah jendela. Menyibakkan sebagian gorden hingga matanya kini dapat melihat keindahan kota di pagi hari. Kyara sejenak memejamkan mata seraya menarik nafasnya singkat. Entah mengapa seminggu tidak bertemu dengan suaminya ruang hatinya terasa kosong. Seperti ada yang kurang di dalam hidupnya. Entah karena suadah terbiasa dengan aktivitas malam panas mereka, atau karena apa, Kyara pun tidak tahu.

Setelah puas memandang keindahan kota, Kyara segera membersihkan tubuhnya. Niatnya ia akan membeli sarapan di kantor saja. Napsu makannya sungguh buruk Akhir-akhir ini. Rasa lapar seperti tidak pernah hadir di tubuhnya. Yang ada hanya rasa kosong dan tidak ingin melakukan apa-apa.

Pernah sesekali di saat berkomunikasi dengan Kakek Surya, dirinya ingin sekali menanyakan kemana perginya suaminya, tetapi rasa malu ingin bertanya lebih besar sehingga Kyara memutuskan niatnya ingin bertanya. Untung saja Kakek Surya tidak pernah bertanya tentang suaminya. Kakek Surya lebih banyak memberi wejangan untuk menjadi istri yang sabar dalam menghadapi sikap suaminya yang suka seenaknya.

Sedangkan di kota lain, Gerry dan William terlihat sedang terlibat pembicaraan ringan diiringi gelak tawa keduanya. Saat ini Gerry dan William memang sedang terlibat kerjasama dengan perusahaan yang sama. Sudah seminggu ini mereka berada di kota yang sama dan tempat tinggal yang sama. Walaupun rasa tidak enak kepada William masih ada karena mengagumi istrinya, tetapi Gerry tidak pernah menunjukkan rasa tidak sukanya itu.

"Jadi kau masih diteror om dan tante untuk segera menikah?" Tanya Gerry meletakkan satu cangkir teh hangat yang baru saja diseruputnya.

William berdecak melirik tajam Gerry. "Apa kau sudah puas meledekku?" Ketusnya.

"Tentu saja belum!" Kelakar Gerry membuat William melemparkan bantal sofa ke arahnya dan untung saja dengan sigap ditangkap Gerry.

"Tetapi aku sudah menjanjikan akan membawa calon mantu untuk mereka dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi!" Yakin William.

"Wanita mana yang dengan sialnya akan menjadi calon istrimu itu? Apakah salah satu dari wanita yang pernah kau kencani?" Ledek Gerry. Tawanya masih menggelegar hingga ke sudut ruangan. Jika masalah saling meledek mereka memang paling senang melakukannya.

"Si4lan! Tentu saja tidak! Aku bahkan tidak sudi jika calon keturunanku nanti berasal dari wanita yang tidak benar!" Cetus William. "Aku akan membawa wanita yang sesuai dengan selera mommy. Wanita sederhana, sopan dan juga ... manis." Jelas Gerry.

"Dan siapa wanita malang itu?" Tanya Gerry dengan seringaian tipis di bibirnya.

"Bukannya kau sudah tau jawabannya?" Tanya balik William menaikkan salah satu alisnya. Bahkan setiap hari ia selalu menceritakan wanita itu. Tapi ... sepertinya Gerry melupakannya.

Kening Gerry nampak mengkerut. "Siapa?" Tanyanya.

"Ish, kau ini! Tentu saja Ara, karyawanmu di kantor yang sudah membuat hari-hariku menjadi tidak tenang karena sudah seminggu tidak berjumpa dengannya. Bahkan aku belum menjalankan misi untuk mendekatinya!" Sungut William.

***

*Happy reading!:)

Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉