NovelToon NovelToon
The Mask Painter

The Mask Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / spiritual / Iblis / hantu
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Asha Krajan

Odessa adalah pelukis topeng yang melanjutkan karir dari leluhur ayahnya.

Keluarganya memiliki sebuah toko topeng kecil yang buka di sebuah gang sepi yang jarang didatangi oleh pengunjung, pada awalnya Odessa tidak mengerti sama sekali mengapa keluarganya harus berjualan dan membuka toko di tempat yang sepi orang lewat.

Namun setelah Odessa mengambil alih bisnis itu, ia mengerti alasannya.

'Mereka' tidak menyukai tempat yang ramai.

Ya, yang Odessa layani sama sekali bukan manusia, melainkan 'mereka' jiwa yang tersesat atau pun arwah yang terjerat oleh masalah di bumi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asha Krajan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Pertolongan

     Ibu dan Ayah Amir seketika terbelalak, rahang mereka jatuh menunjukkan betapa terkejutnya mereka berdua mendengar bahwa sebenarnya yang berada di depan mereka saat ini sebenarnya adalah penjaga yang mengawas di wilayah ini. Bagi mereka yang telah berkecimpung dalam dunia supranatural siapa yang tidak mengenal apa itu istilah 'penjaga'? Tentu saja mereka tahu!

"Tunggu, Nak! Jadi kamu adalah penjaga di wilayah ini? Kota apa saja yang berada di bawah tugas lindungmu?" Ayah Amir menatap Odessa dengan keterkejutan di matanya namun kini mulutnya telah tertutup dan wibawanya sebagai seorang pria dewasa telah kembali.

Odessa tersenyum ia mengangguk, "Aku menjaga di wilayah kota A, B, dan C."

Sepasang suami istri itu menjadi semakin terkejut mendengar pernyataan gadis itu. Hanya seorang gadis yang bahkan belum menginjak usia 30 tahun sudah menjaga dalam bayang-bayang tiga kota sekaligus?!

Odessa tertawa canggung, ia melambaikan tangannya, "Aku hanya bisa melakukannya, lagi pula setiap negara hanya dapat memiliki maksimal tiga orang penjaga." Jeda Odessa sebelum ia kembali melanjutkan ucapannya, "Jadi, karena dua orang lainnya kurang memungkinkan, satu orang sudah terlalu tua, dan yang lainnya cukup misterius, jadi aku hanya bisa mengambil kota B untuk dilindungi dibawah wilayahku, lagi pula kota B tidak terlalu besar."

Setelah terdiam lama akhirnya Ayah dan Ibu Amir mengangguk masih meskipun mereka berdua masih cukup terkejut. Awalnya mereka tidak pernah terpikir apapun, namun di saat berikutnya mereka baru mengingat masalah yang telah menghantui anak tunggal mereka selama ini. Mata Ayah dan Ibu Amir berbinar, mereka saling memandang sebelum akhirnya menatap Odessa dengan harapan yang sangat kuat pada pancaran cahaya mata mereka.

"Nak Odessa, karena kamu seorang penjaga … bisakah kamu menolong anak kami, Amir?" Tanya Ibu Amir sembari meraih telapak tangan Odessa di atas tubuh anaknya dengan lembut, tatapan matanya berkaca-kaca dan nadanya terdengar seperti memohon. Odessa menjadi sedikit canggung, namun ia akhirnya mengangguk.

"Aku bisa, lagi pula pada awal kami bertemu sepertinya Amir sendiri ingin menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Mungkin ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa aku adalah seorang penjaga," ucap Odessa dengan lembut, ia balas menggenggam menenangkan Ibu Amir yang tampak seperti akan menangis itu.

Ibu Amir mengangguk antusias, ia menatap ke arah langit-langit dengan mata merah, "Oh ya tuhanku, terima kasih! Akhirnya engkau memberi kami solusi setelah sekian lamanya." Odessa memperhatikan sedikit prihatin namun juga senang melihat ucapan rasa syukur dari Ibu Amir kepada sang pencipta. Odessa menatap Ayah dan Ibu Amir sejenak, ia memutuskan untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi ketika ia menemukan Amir sebelumnya.

"Jadi begini, sebelumnya ketika aku sedang berada di toko milik keluargaku, aku mendapatkan panggilan dari atasanku bahwa ada sesuatu hal yang kurang beres pada wilayahku berada dan tidak jauh dari lokasi aku berada pada saat itu." Jelas Odessa dengan raut wajah  yang serius, ia melanjutkan berbicara.

"Ketika aku mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, pada langit di tengah hujan itu aku melihat bahwa ada semburan energi cahaya merah yang sangat negatif dan sangat memikat bagi para makhluk-makhluk halus yang memiliki energi serupa."

Ayah dan Ibu Odessa tertegun, mereka menatap Odessa dengan terkejut, "Energi cahaya merah?"

Odessa mengangguk, "Bentuknya semacam pilar dan tingginya hingga menembus langit dan membentuk sebuah pusaran di tengah awan gelap. Aku curiga bahwa sepertinya cahaya merah itu bertujuan untuk membuka portal dunia bawah di atas langit."

"Jumlah makhluk halus yang mengelilingi pilar itu terlalu mengkhawatirkan hampir seperti ribuan kelompok ikan di lautan, sehingga aku langsung bergegas ke lokasi kemungkinan pilar itu berasal." Odessa menarik nafasnya, ia menggenggam tangannya sendiri dan menghela nafas dan menatap ke tangannya dengan kerumitan di matanya.

"Awalnya aku juga tidak mempercayainya, namun setelah aku tiba yang aku lihat sebenarnya adalah putra kalian—Amir, yang telah mengaktifkan pilar energi negatif itu untuk menarik makhluk halus di sekitar."

"Apa … ?"

"Ya, ketika aku tiba, aku melihat bahwa pada lantai semen di bangunan kosong yang menjadi tempat sumber pilar energi merah itu berasal sudah di lukis membentuk sebuah pentagram pemanggilan iblis yang khusus menggunakan darahnya sendiri. Sebenarnya aku curiga bahwa yang Amir lukis di lantai pada saat itu adalah logo khusus iblis yang mengikuti Amir selama ini, dan lagi aku cukup yakin bahwa yang melukis itu jelas bukan Amir."

Suara Ibu Amir sedikit bergetar dan matanya kaget ketika mendengar penjabaran Odessa akan keadaan anaknya pada saat itu, "Apa? Jadi sebenarnya semua luka di tubuh Amir dibuat olehnya sendiri—tidak, oleh iblis itu?!" Odessa mengangguk, "Bisa dibilang seperti itu."

Ayah Amir mengerutkan keningnya dengan kekhawatiran, ia menatap Odessa dan bertanya, "Dari mana kamu yakin bahwa sebenarnya Amir pada saat itu dirasuki?"

Odessa berkedip dan berpikir sejenak, "Sebenarnya begini, aku tidak tahu apakah sebelumnya Amir juga memakai kacamata, tapi di tanah semen pada saat itu aku melihat bahwa ada kacamata persegi panjang tanpa besi pinggiran sudah patah dan pecah di lantai seolah sehabis di injak. Aku juga sebelumnya ketika membalut luk Amir menemukan bahwa di telapak kakinya sebenarnya masih terdapat sedikit bekas sobekan dan beberapa pecahan kaca kecil yang menusuk."

Odessa menatap Ayah dan Ibu Amir dengan serius, "Dan lagi, aku juga menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Amir sendiri. Setahuku dari dua kali pertemuanku dengan Amir, Amir adalah orang yang sedikit ragu dan mempertimbangkan banyak hal, sebelum ia memutuskan sesuatu seharusnya ia sudah memikirkan hal itu ribuan kali sebelum melakukannya."

"Namun pada saat itu aku melihatnya berbeda. Amir … dia terlalu percaya diri, dapat memutuskan apa yang ia lakukan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu, dan lagi perubahan pandangan Amir pada saat itu terlalu berbeda."

"Jika sebelumnya mata Amir terkadang sedikit lembut dan terlihat seperti sedikit introvert, tatapan yang aku lihat dari matanya pada saat itu sangat tajam, sombong seolah sangat berkuasa dan semuanya berasal di bawah kendalinya. Juga, seringainya juga sangat menantang orang untuk memukul … batuk."

Odessa terbatuk ketika menjelaskan itu, Ayah dan Ibu Amir tertawa canggung dan melambaikan tangan mereka. Mereka berdua hanya bisa memaklumi pemikiran gadis itu yang bar-bar, mungkin itu dendam dari seorang penjaga untuk iblis yang menyebalkan.

"Kami sempat bertarung untuk saat," jelas Odessa, ia melanjutkan ucapannya. "Mungkin karena telah kehabisan darah terlalu banyak, sehingga akhirnya tubuh Amir tidak bisa bertahan terlalu banyak dan jatuh pingsan. Setelah itu barulah aku langsung berlari ke bawah dan menggotong Amir ke dalam mobil taksi bersama supir untuk pergi ke rumah sakit ini."

Ayah dan ibu Amir saling menatap dengan khawatir, menurut mereka keadaan Amir pada saat ini sudah mencapai puncaknya dan terlalu berbahaya jika terus berlanjut seperti itu.

Sebelumnya mereka belum pernah melihat bahwa anak mereka akan memiliki kemungkinan untuk kerasukan, lagi pula Amir terlihat seperti orang yang dapat mengendalikan dirinya sendiri dan sangat disiplin. Ibu Amir tidak pernah menyangka bahwa saat-saat seperti ini juga dapat terjadi pada anak tunggal mereka.

"Lalu, jika kami ingin menolong anak kami apa yang harus kami lakukan?" Tanya Ibu Amir dengan kewalahan, ia tidak sanggup lagi melihat tubuh anaknya harus terbaring di rumah sakit dan menderita begitu banyak luka. Satu luka sayatan saja sudah sangat sakit, apalagi di sekujur tubuh? Sungguh tidak terbayang untuk menahannya.

Odessa sedikit terdiam, jujur saja ia juga merasa ragu. Setelah memikirkannya sejenak, Odessa akhirnya angkat berbicara, "Sebenarnya aku belum tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengakhiri apa yang terjadi pada Amir. Namun karena ini adalah kewajibanku juga, aku harus—"

"Batuk! Batuk! Batuk!"

Ayah dan Ibu Amir serta Odessa seketika menoleh ke samping pada Amir yang tiba-tiba terbatuk keras dan tubuhnya berguncang, dengan sigap Ibu Amir berdiri dan membantu anaknya untuk duduk dan memberikannya minum untuk perlahan. Mata Amir akhirnya sedikit terbuka dan menyipit dengan bingung, tidak lama ia langsung meringis dan tubuhnya gemetar berteriak sakit.

Ibu Amir menangis melihat bahwa anak mereka akhirnya sadar, ia menepuk-nepuk punggung Amir dengan lembut untuk menghentikan batuk anaknya, "Jangan bergerak dulu untuk sementara! Oh anakku…"

Odessa menatap Amir yang akhirnya tersadar dan memperhatikan ruangan dengan linglung, ia mendengar pemuda itu bertanya, "Apa yang terjadi? Mengapa aku berada di rumah sakit … ?"

Odessa mengamati gerak-gerik Amir serta matanya dengan cermat, ia sedikit lega bahwa tatapan pemuda itu telah kembali melembut dan tidak lagi sangat tajam seperti saat sedang kerasukan. Odessa menghela nafas lega namun ia juga mengerutkan keningnya, "Apakah kamu tidak mengingatnya sama sekali apa yang sebelumnya terjadi?"

Amir menyentuh pelipis kepalanya yang pusing, ia menatap tangannya yang terdapat alat transfusi darah dan tanpa sadar menjelaskan dengan linglung, "Aku hanya sedang menaiki mobil berkeliling kota sebelumnya dan melihat makhluk halus di jalan … setelah aku melihat bayangan hitam di kaca spion pada jok belakang … Tunggu," Amir tertegun ketika akhirnya tersadar, ia menoleh ke arah kiri menatap Odessa yang duduk di dekat tempat tidurnya.

"Mengapa kamu bisa ada berada di sini?!" kejutnya.

1
Setsuna F. Seiei
Tiap habis baca chapter pasti bikin aku pengen snack sambil lanjut baca!
A.K: Terima kasih telah berkomentar! komenmu membuat thor bersemangat deh!✨
total 1 replies
Desi Natalia
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
A.K: Terima kasih telah memberi dukungan! nantikan bab selanjutnya ya~😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!