Ibu Dari Anankku

18+ Istri Gelap #29

Oleh Sept

"Mama lihat Sinaga tak seperti ayahnya, jangan bicara omong kosong, Ra!" sentak Nyonya Surya. Wanita dengan barang branded yang melekat pada tubuhnya itu, seolah tidak percaya dengan ucapan putrinya yang bagai bualan tersebut.

Sedangkan Tuan Surya, wajahnya mengeras. Ia yakin sepenuhnya, Sierra pasti berkata benar.

"Siapa perempuan itu?" tanya Tuan Surya.

"Hanya wanita murahan!" Dari nada bicara Sierra, jelas sekali ada penekanan pada kata murahan. Ada benci dan marah yang jadi satu bila mengingat wanita perusak hubungan rumah tangganya itu.

"Apa kamu bilang? Bahkan kamu kalah dengan seorang wanita murahan?" Nyonya Surya berdecak, ia tak paham. Mengapa putrinya yang merupakan wanita kelas atas. Wanita dengan grade S alias super, harus kalah dengan seorang wanita murahan? Memalukan.

"Itu karena mereka sudah memiliki anak!" Sierra tak mau dibanding-bandingkan dengan Moza, tidak level. Kelas mereka sangat jauh berbeda. Nehi!

"Astaga!" Nyonya Surya hampir saja jatuh, kepalanya mendadak berkunang-kunang. Ternyata Naga tidak seperti dugaannya. Pria itu nyatanya sebelas duabelas dengan ayahnya.

"Pulanglah! Biar Papa urus sendiri. Jangan biarkan kamu mengotori tanganmu sendiri." Tuan Surya terlihat serius dengan ucapannya. Bila semula ia marah pada Sierra, kini pria itu terlihat sedang merencanakan sesuatu.

Di tempat tinggal Moza dan Sendy.

Saat mereka tiba, Naga buru-buru meninggalkan tempat itu. Ia hanya berpesan pada keduanya untuk tetap di dalam rumah.

Penjagaan masih diperketat seperti kemarin, takut sesuatu yang buruk mengancam keluarga kecilnya.

"Jalan, Pak!" seru Naga pada sopir pribadinya.

Mobil hitam itu melaju perlahan meninggalkan kediaman Moza dan Sendy. Sepanjang jalan, Naga nampak berpikir, harus bagaimana lagi ia menghadapi Sierra. Belum lagi bila keluarganya ikut campur. Ah, belum apa-apa kepala Naga mau pecah memikirkannya.

Ketika sudah tiba di rumahnya sendiri, Naga langsung bergegas masuk. Apalagi dilihatnya mobil Sierra ada di depan halaman, tidak di dalam garasi. Pasti wanita itu habis dari luar.

"Sierra!"

Dilihatnya di kamar tidak ada siapa-siapa, Naga lantas bertanya pada Bibi.

"Ke mana Nyona Sierra?"

"Berenang, Tuan. Nyonya sedang ada di kolam renang."

Dengan langkah yang cepat, Naga berjalan menuju kolam renang yang ada di samping rumah bagian dalam.

Ditatapnya Sierra yang berenang dengan gaya bebas. Wanita itu sebenarnya hanya ingin meredam kepalanya yang terasa panas.

Kenyataan Naga sudah jatuh cinta dengan wanita lain, membuat ia tidak bisa menerimanya. Bila Naga mengatakan cerai lagi, makan itu hanya mimpi. Ia Tak akan melepas Naga begitu saja, lalu memberikan pada wanita murahan itu. Sierra akan membuat wanita itu dan suaminya menderita. Menangis darah barulah ia akan hidup atau mati dengan tenang.

Sadar ada keberadaan orang di sekitar sana, Sierra pun menyudahi acara renangnya. Wanita itu mengambil handuk dan melilitkan pada pinggang yang ramping itu.

"Sudah pulang?" tanya Sierra dengan nada menyindir.

"Batalkan penjualan saham itu!"

"Datang-datang bicara saham! Kamu memang keterlaluan!" batin Sierra.

"Tidak ada makan siang gratis, bila itu aku lakukan. Apa yang aku dapat?" Sierra berjalan mendekati Naga. Tangannya yang dingin menjalar di sekujur tubuh yang bidang itu.

"Hentikan Sierra, pada akhirnya ... kamu sendiri yang terluka." Naga menepis tangan Sierra dengan pelan.

"Apa bagusnya dia ketimbang aku?" teriak Sierra prustasi. Ditolak berkali-kali sangat melukai harga dirinya. Tapi, obsessi yang besar pada pria itu, membuat Sierra tidak mau melepaskan Naga dengan mudahnya.

"Ayolah Sierra, kau bahkan tahu, perjodohan ini tidak berdasar cinta sebelumnya. Untuk apa kamu bertahan? Aku tidak mau melukaimu lebih dalam!"

"Terus ... Mas mau kita pisah? Jangan harap. Tunggu saja, Mas akan mengemis padaku!" Dengan gusar Sierra berjalan meninggalkan Naga yang tertegun.

Naga yang bingung harus bagaimana lagi meyakinkan Sierra, bahwa hubungan ini hanya membuat salah satu makin terluka. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar. Lelah sekali menjadi dirinya, pernikahan bisnis yang diatur orang tua, membuat hidup Naga kini terasa berat.

Ketika ia menemukan wanita yang ia cintai, dan betapa sulitnya membuat Sierra melepaskan dirinya.

Malam hari, Sierra makin kesal karena sudah pukul sembilan malam, suaminya tidak kunjung masuk kamar.

Ia tadi sempat melihat, Naga masih berada di ruang kerjanya. Entah apa yang pria itu kerjakan.

Ruang kerja pribadi Naga.

Pria itu mengacak-acak rambutnya, terlihat kacau. Perusahaan tiba-tiba menjadi terancam. Ia tahu, pasti Tuan Surya sudah mendapat aduan dari putrinya.

Ditambah lagi sang Papa, Tuan Taka. Pria itu terus menerus menghubungi Naga. Memarahi putranya yang tak pecus menjalankan bisnis keluarga.

Esok harinya, mendadak diadakan pertemuan mendesak. Para dewan sangat marah, mereka menuntut Naga yang tidak bisa menangani krisis pada Sanrio Group tersebut.

Bila dalam waktu dua minggu masalah jatuhnya harga saham tidak bisa diatasi, mereka akan mencopot paksa dan menarik semua investasi mereka.

Sudah dua hari Naga tidak pulang dan menemui Moza, pria itu pulang larut malam ke rumahnya sendiri. Tidur di kamar tamu, Sierra enggan menyapanya. Wanita itu ingin memberi pelajaran, dengan menghancurkan bisnis keluarga Naga terlebih dahulu, lewat papanya. Tanpa harus mengotori tangannya.

Di tempat lain, Sendy menanyakan pada Moza, perihal papanya yang dua hari tidak datang. Moza berbohong, mengatakan papanya sedang kerja ke luar kota, jadi tidak bisa datang. Nasib istri gelap, nasibnya seperti Moza. Tak jelas suaminya kapan pulang.

Hari ketiga.

Waktu itu tengah malam, Moza kaget saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Astaga! Apa yang terjadi padamu?"

Moza bergidik ngeri menatap suaminya, biasanya pria itu terlihat maskulin dan rapi. Mengapa kini menjadi seperti ini?

Kemeja berantakan, rambut sedikit acak-acakan. Dan ...

Moza menatap sudut bibir Naga yang mengeluarkan sedikit darah.

"Apa yang terjadi?" Moza mengusap bibir Naga dengan sedih. Tiga hari tak bertemu, ada rindu yang tak dikenali, memaksa masuk tanpa permisi.

Dua orang itu saling menatap, ada riak sendu yang terkandung dalam mata kedua insan tersebut.

"Kau orang kaya bukan? Mengapa mudah sekali kau dipukuli?" suara Moza terdengar bergetar. Ia masih menyentuh wajah Naga.

Naga hanya diam.

"Apa ini karena aku lagi?" Yakin pasti ini karena dirinya, Moza perlahan mundur. Kehadiran selalu menjadi petaka bagi Naga.

"Bukan! Bukan karenamu." Akhirnya pria itu bisa bicara juga. Meski sedikit sakit, karena rahangnya sempat menerima bogem mentah sebelum ia pergi ke mari.

"Ini karena diriku sendiri. Aku yang tak bisa melepasmu!" Naga pun melangkah sedikit lebih dekat.

Tangannya meraih dagu Moza, ia merendahkan wajah agar bisa menyentuh bibir itu lebih dekat. Detik berikutnya, terdengar suara sesapan demi sesapan. Keras dan menuntut, membuat jiwa yang semula sendu berubah menjadi memanas dan berkobar.

Klek

Naga mengunci rapat kamar mereka, sepertinya ia butuh hiburan setelah beberapa hari ini seperti tinggal di neraka. Waktunya mengunjungi surga dunia. Bersambung.

Yang belum kenalan sama penulis Istri Gelap, yuk ... Instagram Sept_September2020

Terima kasih.