Sequel dari Nikah Muda....
Siapa yang tidak mengenal keluarga konglomerat dan nomor satu yang mendunia..
Alicia Margaretha Erlangga, putri kedua dari pasangan suami Istri, Alvarez Narendra Erlangga dan Nayla Kinanti Aurora, seorang gadis bar - bar yang selalu suka semaunya sendiri, tidak pernah mau mendengarkan orang tua, membuat orang tuanya merasa kesal dengan kelakuan anak keduanya. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk menikahi Alicia dengan seorang pria bernama Angga Fredy Widiatama, anak dari sahabat baik orang tuanya yang selalu menjadi budak nya di sekolah. Karena paksaan Alicia pun menerima perjodohan itu tetapi suatu hari, saat Alicia mulai membuka hatinya untuk Angga, Ia baru mengetahui bahwa Angga adalah pria yang di cintai oleh adek nya, Ayesha. Tetapi Angga sudah lama mencintai Alicia, jauh sebelum pernikahan mereka terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda Sakhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterkejutan Doni Dan Caca
"Eh, Ca! Kamu perhatikan gak sih, dokter cantik yang ngobatin Ayesha, kayanya mereka ada hubungan keluarga deh." Ucap Doni seraya menggenggam kantong kresek di tangan nya. Tadi mendadak tenggorokan Ayesha merasa kering dan butuh sesuatu yang dingin. Jadinya, Ayesha meminta Caca dan Doni untuk pergi membeli minuman di kantin rumah sakit yang letak nya di bagian luar. Ayesha sendiri sekarang lagi istirahat di tempat nya.
Caca mengangguk setuju."Apa jangan - jangan Ayesha itu anak konglomerat yang nyamar jadi gadis biasa, kaya di novel - novel yang sering aku baca."Caca dan Doni saling berpandangan, detik kemudian mereka tergelak bersama sambil geleng - geleng kepala.
Doni memegangi perut nya yang sakit karena tertawa."Emang nya kamu pikir ini dunia novel apa?"
"Iya juga ya, lagian kalo dia dari kalangan atas, mana mungkin dia mau temenan sama kita yang cuma sebutir debu ini." Seru Caca menghisap es lilin di tangan nya.
Saat mereka akan kembali masuk, tepat di depan rumah sakit, seorang pria berpakaian Jaz mahal sedang mengamuk luar biasa. Doni dan Caca mematung di tempat, merasa tidak asing dengan wajah orang itu.
"DASAR TIDAK BERGUNA," Amuk nya."SAYA MEMBAYAR KALIAN UNTUK MENJAGA ANAK SAYA, TAPI KENAPA BISA TERLUKA?!"Al sangat marah saat mendapatkan kabar kecelakaan anak nya, wajah merah menahan emosi yang sudah meledak. Semua anak buah Al menundukkan kepala.
"Maaf Tuan besar." Mereka hanya menunduk tak berani membantah."Kecelakaan nya terlalu mendadak, jadi kami tidak bisa mencegah nya. Kalo kami tau, pasti kami sudah langsung bertindak."Jelas nya lagi.
"Bagaimana dengan orang yang menabrak?" Tanya Al, matanya masih memerah, urat di lehernya pun terbentuk.
"Dia bertanggung jawab dan dia juga membawa Nona muda ke rumah sakit, tapi dia baru saja meninggalkan tempat ini."
"Vino!" Al menatap Vino yang berdiri di belakang nya."Cek CCTV, temukan orang yang menabrak Ayesha, Papa sendiri yang akan mengurus nya."Vino hanya menjawab seadanya, tak berani membantah. Al jika sudah marah, apa lagi ada yang menyakiti keluarganya, akan seperti orang kesetanan yang akan memakan mangsanya.
Sementara Doni dan Caca sudah masuk sejak tadi, mereka mengelus dada mereka. Ayesha yang melihat kedua sahabat nya datang dengan nafas ngos - ngosan hanya mengangkat satu alis, bingung."Kalian kenapa?"Tanya Ayesha.
"Ay, kamu tau gak tadi kita ketemu siapa di luar rumah sakit?" Tanya Caca yang malah membuat Ayesha tambah kebingungan, Ayesha hanya menggeleng saja."Itu... Penguasa yang paling di takuti dan di segani, wajah nya bahkan sering muncul di berita, majalah, bahkan televisi."
Ayesha semakin bingung."Kalian ngomong yang jelas dong."
"Itu Ay.. Aduh! Aku jadi bingung mau jelasin nya, intinya kita ketemu sama Bapak nya Non Alicia." Kata Caca bingung ingin menjelaskan nya dengan cara apa.
Ayesha membelalakan matanya, dia lupa jika pasti berita kecelakaan nya sudah sampai ke telinga Daddy nya, secara Daddy nya bukan orang sembarangan yang pasti matanya ada di mana - mana.
"Ho-oh, bikin jantungan aja. Aku pikir salah lihat, tapi setelah di perhatikan, itu memang bener, dia Alvarez Narendra Erlangga, penguasa yang paling di takuti oleh kalangan pebisnis." Kata Doni bahkan tidak bisa berhenti gemetar, wajah amarah Al yang memukul anak buah nya masih terngiang di otak Doni.
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki cepat memasuki ruangan."BABY!"Sontak Ayesha, Doni dan Caca mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Mata Caca dan Doni kembali membelalak, baru saja di bicarakan dan orang itu sudah berdiri di depan mereka."Ayesha! Kamu gak papa sayang?Hei! Bilang sama Daddy mana yang sakit, apa perlu kita berobat ke luar negeri?"Al panik, dia langsung memeluk dan mencium Ayesha. Doni dan Caca hanya bisa melongo melihat itu.
Mereka saling pandang seolah berkata ' Apa - apaan ini?'
Al kembali melihat luka yang memenuhi kepala, lengan dan kaki Ayesha."Fuck!"Umpat Al marah."Berani sekali dia menggores tubuh putriku."
Doni dan Caca kembali terkejut dengan pengakuan Al. Ternyata selama ini mereka bersahabat dengan anak sang penguasa yang paling di takuti.
"Dad! Tenang, aku baik - baik aja." Ayesha mengelus dada Al, menenangkan amarah nya. Meski itu tidak dapat merendahkan kemarahan Al.
Al hanya memeluk tubuh Ayesha."Jika sampai kamu kenapa - kenapa, Daddy bisa mati di hajar sama Bunda kamu."
Ayesha mendorong dada Al, bibirnya maju beberapa centi."Jadi yang Daddy khawatirin itu Bunda."
"Ya iyalah," Jawaban Al membuat Ayesha memelototinya, Al segera menutup mulut nya, salah bicara lagi."M-maksud nya khawatir sama kamu juga sayang! Kalo kamu gak ada, terus siapa yang akan mijitin Daddy saat Daddy pegal - pegal."
"Daddy kira aku tukang pijit," Sahut Ayesha kesal, dia sadar jika Caca dan Doni sejak tadi memperhatikan mereka."Oh ya, Dad! Mereka sahabat aku, mereka juga yang udah nolongin aku dan bawa aku ke rumah sakit."
Al menoleh ke belakang, melihat dua orang yang berdiri dengan tubuh gemetar. "Oh begitu! Om ucapkan terimakasih kasih, sebagai gantinya, kalian bisa minta apapun yang kalian mau."
Doni dan Caca saling pandang, kemudian mereka menggeleng."K-k-kami, g-gak mau a-apa - apa kok Om."Balas keduanya gagap.
Al merangkul bahu mereka dan memijit nya."Jangan takut! Om bukan penjahat, kalian tidak perlu menundukkan wajah kalian. Ayo! Angkat kepala kalian! Jika kalian tidak mau mengangkat nya, maka Om akan marah." Otomatis mereka langsung mengangkat kepala mereka.
"Nah, enak begitu, lebih sopan!" Al mengelus kepala keduanya.
Tak lama kemudian Rara datang."Ck, ini dia nih, udah marah - marah kesetanan terus dateng nya lama."Gerutu Rara, bagaimana tidak! Saat Rara sedang sibuk - sibuk nya, Al terus menelfon dan membuat Rara berdecak kesal. Belum juga bilang 'Halo' tapi Al sudah buru marah - marah dan meminta Rara menunggu kedatangan Ayesha yang baru saja mengalami kecelakaan.
Seperti biasa, Al akan bersikap cool dan menyebalkan di depan Rara, dengan tubuh yang tegap."Gak usah banyak ngedumel, kamu jadi dokter juga karena manfaatnya ya ngurus keluarga. Kamu pikir kenapa Kakak izinkan kamu mengambil jurusan kedokteran, itu karena kan lumayan. Jika ada keluarga yang sakit, gak perlu bayar, tinggal telfon kamu, semua beres, hitung - hitung irit pengeluaran."Canda Al seperti biasa.
Rara memutar bola mata jengah dengan kelakuan Kakak nya yang selalu membuatnya stres."Kaya tapi pelit, cihh! Kasihan sekali Kakak ipar punya Suami kaya gini."
"Udah gak usah ngurusin keluarga Kakak, sekarang gimana keadaan keponakan kamu, apa perlu di rawat?"
Rara menggeleng."Ayesha cuma mengalami luka baret sama robekan dikit, gak ada luka dalam, ada bengkak juga tapi itu wajar. Jadi dia gak perlu di rawat. Tapi perbanyak istirahat saja di rumah, sama minum obat." Al hanya mengangguk - nganggu kan kepalanya mendengar penjelasan Rara.
"Ya sudah," Al menatap Ayesha dengan penuh kasih sayang."Ayo kita pulang, biar kamu bisa istirahat. Kalian juga ikutlah bersama kami, nanti akan Om antar pulang." Al juga mengajak Doni dan Caca untuk menemani Ayesha di rumah. Karena jujur, Nayla belum mengetahui kondisi Ayesha. Al tidak mengabari nya karena takut jika Nayla akan panik dan mengamuk.
Saat Al, Ayesha, Doni dan Caca sudah ada di dalam mobil, mereka baru menyadari satu hal."Daddy, kalo Daddy duduk di samping kemudi, terus siapa yang nyetir?"Tanya Ayesha duduk di belakang bersama Doni dan Caca.
Al menggaruk kening nya, dia seperti melupakan sesuatu."Tunggu! Dimana Vino?"
Sementara yang di cari masih ada di dalam rumah sakit, Rara sedang mengobati luka pasien lain, saat dia berbalik dan menengok, Rara mengerutkan kening."Loh Vino! Kamu ngapain masih disini?"
Tak ada jawaban.
"Vino! Hei!"
Hening!
"Vino! Vino!Vino! Hei!" Rara melambaikan tangan di depan mata Vino.
"VINO!" Vino terkejut, Rara terpaksa mengeluarkan suara sedikit meninggi, dia melirik sekitar dan tersenyum canggung kepada beberapa pasien yang masih ada untuk di obati."Kamu kenapa sih, kok bengong gitu?"
"Ha! Kenapa Mbak?" Vino seperti orang lingkung. Jujur saja, saat ini jantung nya sudah bergetar hebat. Dia menatap wanita berusia 33 tahun itu dengan tatapan memuja, wajahnya yang glowing membuatnya tampak lebih muda. Janda memang lebih menggoda. Haish! Jadi pengen cepet - cepet nikah.
"Kamu kenapa masih disini?" Tanya Rara sekali lagi, Rara merasa risih karena Vino terus menatap nya.
"A-aku," Seperti biasa, Vino selalu saja membeku saat berhadapan dengan Rara. Otak nya sama sekali tidak bisa berpikir."Aku kan lagi nungguin Ayesha, Mbak!"
Rara mengerutkan kening, dia semakin bingung."Ayesha kan udah pergi!"
Vino membelalak, dia menoleh dan benar saja, brangkar nya kosong."Loh! Ayesha mana! Kok hilang?"
Vino yang seperti orang cengo berlari keluar. Rara hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Lucu juga dia, ganteng pula. Rara kembali menggelengkan kepalanya dan memukul pipinya beberapa kali. Jangan macem - macem kamu Rara. Ingat! Vino itu anak angkat dari Kakak mu. Jangan jadi pedofil kamu. Haish! Gara - gara Vino nih!