TIGA PRIA DARI DESA

"Jangan salahkan aku, jika rahasia Selin, aku bongkar, gustavo!" ancam Sandra dengan emosi yang bergemuruh.

Gustavo terkesiap, seketika rahangnya mengeras dengan tangan mengepal. Selalu itu yang Sandra gunakan untuk mengancam dan menyudutkannya.

"Terserah kamu, San, Selin udah dewasa. Dia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Jadi sekarang, apa yang harus aku takutkan? Selin melihatmu merebut kekasihnya saja dia masih bisa hidup sampai sekarang," balas Gustavo di iringi dengan senyuman mengejek. Meski hatinya bergemuruh, sebisa mungkin Gustavo menahannya agar tidak di remehkan oleh perempuan itu.

Kini gantian Sandra yang terkesiap melihat sikap Gustavo. Pria yang kelihatan masih tampan dengan usianya yang tak lagi muda itu hanya melempar senyum penuh ejekan kepada wanita yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya.

Jika diperhatikan, Gustavo itu pria yang sangat tampan dan masih memiliki pesona yang kuat bagi siapapun yang memandang. Pesona pria berdarah Cina dan Italia itu justru makin bersinar diusianya yang sebentar lagi menginjak angka empat puluh enam.

Tapi sayang, ketampanan dan kebaikan Gustavo tidak membuat istrinya setia. Sandra yang cenderung lebih suka pria yang usianya lebih muda sering mengabaikan sang suami. Padahal Sandra tahu, banyak wanita yang meminpikan dan menginginkan berada diposisinya. Namun Sandra tidak peduli. Dia lebih mementingkan kesenangannya daripada harus menjaga keluargnya. Karena itu lah, Gustavo mencari pelarian dengan cara menjalin cinta satu malam entah dengan siapapun yang Gustavo inginkan. Bagi Gustavo sangat mudah mencari wanita yang mau membentangkan kakinya dihadapan dia.

Sandra yang kehabisan kata kata untuk melawan, akhirnya memutuskan untuk pergi dengan perasan geram. Ucapan Gustavo benar benar menguji dirinya. Benarkah Selin tak akan terpengaruh jika mengetahui satu kenyataan yang dia simpan? Atau itu hanya gertakan Gustavo saja agar Sandra ragu dan memilih diam? Sungguh, berbagai macam pertanyaan muncul dalam hati Sandra bersama gejolak amarah yang terus bergemuruh.

Sementara di sebuah salon, beberapa mata nampak terpukau kepada seorang pria yang baru saja melakukan perawatan untuk pertama kali. Begitu juga dengan wanita yang membawa pria ke salon tersebut. Matanya seakan akan tak percaya kalau pria yang berdiri tak jauh darinya adalah supir pribadi dia.

Sungguh, uang memang bisa mengubah segalanya. Dari hal buruk menjadi hal baik atau pun sebaliknya. Begitu juga yang terjadi pada pemuda bernama Jamal.

Bukan hanya rambut yang menerima perawatan, wajah dan badan juga ditangani oleh para ahli. Sungguh, Jamal yang saat ini sedang senyum senyum bingung dan canggung berbeda dengan Jamal yang kemarin kemarin. Bisa jadi jika orang tuanya melihat, mereka tak akan mengakui kalau itu adalah Jamal anak mereka.

Gila ya kamu, Mak. Ada barang bagus gini, diumpetin," gerutu pria gemulai yang berkerja di salon tersebut.

"Siapa yang ngumpetin, Mak. Pikirannya ih." balas Selin. Tentu saja dia pura pura tak terima.

"Udah punya pacar belum dia, mak? Kalau belum aku mau daftar?" tanya pria gemulai tersebut dengan gaya centil hingga membuat Jamal bergidik ngeri. Sedangkan Selin tertawa pelan bersama karyawan dan beberapa tamu yang melihat interaksi mereka.

"Belum, dia masih jomblo, kamu mau?" tawar Selin.

"Non Selin?" pekik Jamal dengan mata sedikit melotot. Sedangkan Selin acuh saja melihat kekesalan Jamal.

"Wah, mau dong, Mak, aku daftar? Comblangin aku, Yak?" pinta pria tersebut semakin centil sembari memegang pundak Selin.

"Oke!" balas Selin.

"Non!" geram Jamal, namun Selin malah terpingkal hingga Jamal merajuk dan memilih keluar salon menuju mobil.

Selin sontak saja menyusulnya sambil tertawa. Namun sebelum itu, Selin melakukan pembayaran terlebih dahulu.

Sepanjang perjalanan. Jamal terus memasang wajah masam karena merasa tak terima dengan niat Non Selin yang mau mengenalkannya pada pria gemulai. Dalam pikiran Jamal, dia menganggap kalau Selin serius akan mengenalkannya pada pria sok cantik di salon tersebut makanya Selin membawanya ke salon.

"Aku masih normal, Non. Masa mau dikasihkan ke laki laki setengah matang, nggak doyan." sungut Jamal ketus. Sedangkan Selin semakin terpingkal. Perdebatan kecil pun terjadi sepanjang perjanan mereka ke tempat berikutnya.

Perdebatan berhenti ketika mobil mereka memasuki area parkir mobil sebuah Mall. Tujuan mereka berikutnya adalah ke salah satu pusat perbelanjaan. Tanpa canggung keduanya pun saling becanda tanpa mengenal status disetiap langkah mereka menapaki tempat tempat yang ada di Mall tersebut.

Namun kebahagiaan mereka tiba tiba terhenti saat mata Serin berpas pasan dengan dua orang beda usia yang bergandeng mesra tanpa rasa malu. Dua orang beda usia itu pun nampak terkejut melihat Selin berada di sana.

"Kenapa harus ketemu mereka di sini sih?"

...@@@@...