"Witing tresno jalaran soko kulino" Percayakah kamu akan kata kata itu?
Rasa suka dan nyaman ada karena sudah terbiasa. Tapi, bagaimana bila rasa itu di salah artikan? atau menolak untuk merasakan.
Ketika persahabatan yang sudah terjalin belasan tahun, di uji oleh sebuah perasaan yang bertepuk sebelah tangan.
Antara rasa nyaman dan cinta, manakah yang akan di pilih oleh Kenzo?
Benarkah dia mencintai Arsy? atau hanya sebatas mengaguminya saja?
Dan benarkah dia hanya menyayangi Naura karena sahabat kecil? Atau sayang karena cinta?
Ikuti kisah Kenzo Aprilio Nolan, laki laki tengil si biang rusuh yang sedang di landa dilema antara Nyaman dan Cinta pada dua orang gadis yang sejak kecil ia kagumi dan sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Arsy
Karena hari semakin larut, akhirnya Ken memilih untuk segera pamit pulang. Ia bersyukur bahwa ternyata orang tua Arshyla begitu welcome padanya, ketakutan nya tak beralaskan, membuatnya merasa malu karena sudah sangat gugup sejak tadi.
“Aku pulang yah,” pamit Ken saat Arsy mengantarkan nya di depan teras.
“Hati hati, jangan ngebut karena masih hujan,” ucap Arsy tersenyum dan sedikit khawatir, “Makasih yah.”
“Makasih untuk apa?”
“Makasih udah mau jemput aku tadi, dan udah mau nemenin Ayah ngobrol,” tutur Arsy sedikit malu malu.
“Kamu tahu gak apa yang aku rasain sekarang?” tanya Ken mengepalkan tangan dan menggigit bibir nya dengan kuat.
“Apa?” Arsy menatap Ken dengan dahi berkerut.
“Rasanya aku pengen peluk kamu, pengen enmmmtt, sudahlah lupakan. Aku pulang dulu yah, aku gak mau kelamaan disini terlalu banyak setan!” gumam nya sedikit frustasi.
Arsy hanya terkekeh mendengar ucapan Ken dan melihat ekspresi wajah nya yang entah mengapa malah terlihat begitu lucu di mata Arsy.
“Bukan setan nya yang banyak, tapi pikiran kamu yang sudah mulai tercemar,” saut Arsy terkekeh.
“Nah itu, otak aku udah tercemar di tambah dapat banyak bisikan, jadi semakin gak karuan. Ya udah aku pergi, kamu jangan tidur malam malam ya,” Ken mengusap kepala Arsy dengan lembut lalu ia pamit pergi.
“Aku tunggu telfon kamu,” kata Arsy sedikit berteriak membuat Ken langsung menghentikan langkah nya dan memutar badan kembali, “Jangan lupa kabarin kalau sudah sampai.”
Ken tersenyum dan mengangguk, lalu ia segera masuk ke dalam mobil dan pulang. Mobil yang di gunakan Ken adalah mobil milik Clay, karena sebelumnya ia membawa motor. Tadi ia melihat cuaca sudah sedikit mendung, makanya ia memilih bertukar kendaraan dengan Clay, pikirnya karena nanti juga akan menjemput Naura. Tapi ternyata gadis itu sudah lebih dulu pulang bersama Susan.
Ken mengambil ponsel nya dan mencoba untuk menghubungi Naura kembali, namun nomor itu tidak aktif, nomor yang satu lagi pun juga sama tidak aktif. Akhirnya, Ken menelfon Clay dan menanyakan dimana Naura.
‘Dia tadi di jemput sama Susan, gue udah balik ke rumah. Jadi lo langsung balik juga aja.’ Kata Clay saat sudah mengangkat sambungan telfon nya.
“Okelah, thanks ya!” Ken mematikan sambungan telfonnya dan segera mempercepat laju mobil nya agar segera sampai di rumah.
***
“Lo kok bisa sampai basah kuyup kaya gini sih Ra?” tanya Susan khawatir saat melihat Naura datang dengan pakaian yang basah kuyup.
“Dingin banget San, gue pinjem baju yah,” kata Naura begitu lirih, bibir nya sudah membiru dan tubuh nya bergetar menahan dingin nya angin dan hujan malam itu.
Ya malam, karena Naura baru sampai di rumah Susan saat sudah hampir jam tuju malam. Bukan karena jauh, hanya saja Naura tidak menemukan taxi, akhirnya ia memilih untuk berjalan kaki sampai rumah Susan. Meski sudah terbiasa dirinya berjalan jauh, namun bila di temani angin dan hujan, maka tubuh nya juga pasti akan tumbang.
“Lo darimana sih Ra? Tadi gue ajak bareng lo gak mau, katanya mau ada janji sama temen lo yang biang rusuh itu, tapi lihat sekarang? Lo ampe kaya begini, lo di apain sama dia?” tanya Susan menahan geram nya.
“G—gue gapapa,” gumam Naura begitu lirih, setelah mandi dengan air hangat dan mengganti pakaian, Naura segera merebahkan tubuh nya dan menutup seluruh badan dengan selimut tebal.
“Lo tunggu disini bentar, gue minta tolong sama mbak gue biar buatin sup hangat buat lo!” Meski Naura menggelengkan kepala, namun Susan masih tetap kekeuh meninggalkan Naura dan segera mengambilkan makanan dan minuman hangat untuk sahabat nya.
'Gue bener bener bodoh!' umpat Naura mentertawakan dirinya sendiri.