Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang bernama Mutiara Sanjaya atau biasa di sapa Ara, Ara adalah anak pertama dari seorang pengusaha yang cukup ternama bernama Surya Sanjaya
Ara juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Berliana Sanjaya atau biasa di sapa Nana, Nana terlahir dari pernikahan papanya yang kedua. Hal tersebut bisa terjadi karena mama kandung Ara meninggal dunia saat melahirkan dirinya
Suatu malam Ara di jebak oleh mama Tania dan Nana menyebabkan dia harus kehilangan kehormatan nya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal
Pria tersebut adalah Raditya Mahardika seorang CEO muda yang paling di segani di kota tersebut
Hasil hubungan satu malam tersebut membuat Ara mengandung seorang anak yang menjadi kekuatan bagi dirinya, di awal kehamilannya Ara pun merasa sangat terpuruk tetapi orang di sekitarnya membuat dia bangkit kembali
Apakah takdir akan mempertemukan kembali dirinya dengan sang pria pada malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Di Dalam Hati Ara
Saat sudah berada di dalam mobil Vira menatap ke arah Daffa dengan serius
"Kamu cuma anak berumur enam tahun, tapi kenapa sikap dan kelakuan dewasa banget sih Fafa. Kalau tadi ga ada kamu aku sendiri bingung gimana caranya lari dari kak Dion?"
"Kenapa mami liatin aku begitu?"
"Kamu memang jagoan mami, padahal tadi mami udah bingung harus jawab apa?" dengan bangga
Daffa hanya menjawab dengan senyuman tipis
"Pokoknya apapun yang kamu mau kamu bilang aja sama mami ya, pasti mami kasih untuk kamu sayang"
"Aku cuma minta mami jangan cerita ke mama kalau tadi kita ketemu sama om itu ya, aku ga mau mama jadi sedih"
"Aku baru mau bujuk dia supaya ga cerita tentang aku ketemu sama kak Dion, kenapa jadi dia duluan yang minta itu?"
"Kamu ga cocok jadi anak kecil sayang"
"Maksud mami?"
"Ga kok, kamu tenang aja mami juga ga akan bilang ke mama kamu"
Mereka berdua pun kembali ke rumah Vira dan menyimpan rapat tentang pertemuan mereka tadi bersama Dion, Vira mulai merasa aneh dengan sikap Daffa yang terlihat jauh lebih dewasa dari pada seumuran dia
Setelah makan malam dan melihat keadaan mamanya Vira, Ara pun kembali ke kamarnya sedangkan Daffa masih setia di dalam kamar omanya. Ara mulai mengirimkan beberapa surat lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan
Tok..Tok..Tok..
"Ara"
"Masuk Vir"
"Lagi apa?"
"Lagi kirim surat lamaran pekerjaan"
"Kalau kamu mau kamu bisa gabung di perusahaan keluarga kami, jadi kan kita bisa kerja bareng" tersenyum
"Aku mau coba dulu kirim lamaran kerja ke tempat lain Vir, aku udah terlalu banyak ngerepotin keluarga kamu"
"Kamu kok ngomong gitu sih, kan kamu sekarang bagian dari keluarga aku juga"
"Ya aku tau kok, makasih ya"
"Pokoknya kalau kamu gagal mendapatkan pekerjaan kamu harus langsung bilang ke aku ya"
"Ya" tersenyum
"Ngomong-ngomong apa kamu ga ada pikiran untuk jalanin hubungan sama laki-laki lagi?"
"Aku belum berani berpikir ke arah sana Vir"
"Apa karena Daffa?"
"Aku ga bisa jalani hubungan dengan seseorang yang ga bisa terima kehadiran Daffa"
"Kamu yang sabar ya"
"Buat aku sekarang ada kalian dan Daffa aja udah cukup kok" tersenyum
"Tapi aku ngomong ini juga untuk Daffa loh" memasang wajah serius
"Kenapa dengan Daffa?" menatap serius
"Aku baru sadar tadi kalau untuk anak seumuran dia Daffa bersikap terlalu dewasa, mungkin karena dia merasa ga ada sosok papa di samping dia. Jadi dia harus melindungi kamu dan belajar untuk dewasa"
"Aku tau ada kak Gilang yang bisa dia panggil papa, tapi gimana juga dia pasti tau kalau kak Gilang bukan papanya"
"Benar kata Vira, Daffa memang bersikap dewasa untuk anak seumuran dia. Apa aku harus mulai belajar membuka hati aku untuk Daffa? gimana juga dia cuma anak kecil dan butuh sosok seorang papa"
Vira harus meninggalkan Ara karena mendapatkan sebuah panggilan telpon dari kekasihnya, Ara pun melanjutkan mengirimkan surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan lagi sambil terus memikirkan kata-kata dari sahabatnya tersebut
"Kamu harus semangat Ara, sebentar lagi Fafa sudah mulai sekolah jadi kamu harus cepat dapat pekerjaan baru"
Sedangkan di tempat yang berbeda malam itu Dion benar-benar merasa terpukul dengan ucapan dari Vira, dia pun menghubungi Adit dan yang lainnya untuk menemani dirinya minum. Tetapi yang bisa hadir di sana hanya Brian dan Remon karena Adit sedang berada di luar kota
Malam itu Dion benar-benar menghilangkan beban di hatinya dengan minuman keras, Brian dan Remon hanya bisa saling lirik tanpa bisa berbuat apapun. Karena biasanya hanya ucapan Adit yang akan di dengar oleh Dion bila dalam keadaan seperti itu
Dion yang sudah mabuk tetap bersikeras untuk pulang ke apartemennya sendirian seperti biasanya, walaupun yang lain sudah menawarkan diri untuk mengantarkan pulang. Begitu tiba di dalam kamarnya Dion langsung menghubungi Adit
"Ya ampun jam berapa ini?"
"Gw mau minta bantuan lu Dit"
"Minta tolong sih minta tolong tapi ya ingat waktu lah bos, mabuk lu ya?"
"Gw ga kuat lagi Dit, rasanya gw mau gila mikirin ini semua"
"Gw bisa tebak kok masalah lu, pasti tentang perempuan itu lagi"
"Apa yang bisa gw bantu?" dengan nada malas
"Tolong bantu gw cari seseorang"
"Siapa? pasti perempuan itu kan"
"Ya Dit tolong bantu gw cari Ara, gw harus ketemu sama dia Dit"
"Oke, lusa lu datang aja ke kantor gw sekalian bawa foto dia. Nanti gw minta orang untuk cari perempuan itu"
"Makasih ya Dit"
"Hem..." Adit pun memutuskan sambungan teleponnya
"Gila anak ini, sudah selama ini dia masih belum bisa move on. Padahal dia juga udah tunangan sama perempuan lain, gw jadi penasaran perempuan itu kayak gimana sih?"
Malam itu Dion bisa merasa lebih tenang karena Adit sudah bersedia membantu mencari keberadaan Ara, dan dia pun dapat tertidur dengan pulas
Dan saat pagi menyapa Dion seakan mendapatkan kembali kekuatan di dalam, dia pun menjalani hari dengan penuh semangat karena berharap bisa cepat bertemu Ara. Tetapi niat itu harus dia undur terlebih dahulu, karena begitu dia tiba di kantor dia mendapatkan tugas harus pergi ke luar kota
Ingin sekali rasanya Dion berteriak untuk menolak tugas tersebut atau setidaknya menunda jadwal keberangkatan dirinya hingga dia bertemu Adit terlebih dahulu, tetapi apa daya karena proyek yang sedang bermasalah tersebut di bawah tanggung jawabnya dan perintah sudah turun dari papa nya langsung
Sedangkan di tempat yang berbeda ada Ara yang sedang berbahagia karena dia baru saja menerima panggilan telepon untuk jadwal interview di salah satu perusahaan ternama, bagi Ara di terima atau tidak akan menjadi urusan belakangan setidaknya dia sudah berusaha. Ara pun mulai mempersiapkan segala keperluan dirinya untuk interview pada esok hari
Tiga orang yang berbeda itu sedang larut di dalam pikirannya masing-masing, ada Ara yang sedang bersemangat karena mendapatkan panggilan interview. Ada Adit yang menajdi semakin penasaran dengan sosok wanita yang membuat Dion menjadi terpuruk seperti itu hingga selama ini, dan ada Dion yang sedang kecewa karena harus menunda pertemuan dirinya dan Adit
Ara boleh saja merasa bahagia di dalam hatinya karena panggilan kerja tersebut, tetapi tetap ada perasaan takut bersarang di dalam hatinya. Dia takut bila dengan dia memulai kehidupan baru di kota tersebut, maka satu per satu masa lalu yang selama ini berusaha dia lupakan akan kembali menghampiri dirinya
smgt trs
tapi jgn terlalu baik.sb klau lemah dgn mudah nya kamu di tindas. jadi lah wanita yg kuat di mata mereka. aku sbgai wanita ibu tunggal akan mendukung mu. smgt thor
1 malam bersama dan berdekatan wajah pun gk tau. waktu berciuman psti kan ttp wajah nya. dunia novel mmg nyleneh. smgt ae thor