Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima kasih Tuan
Malam itu akhirnya Sam menghabiskan waktu di kamar mandi. Ia merasa kesal karena dirinya harus menuntaskan hasratnya seorang diri.
Seorang Sam Kawter yang tak pernah ditolak wanita manapun, kini harus mengeluarkan sesuatu itu secara mandiri.
"Sial! Bisa-bisanya gadis bodoh itu membuatku jadi begini!" gerutu Sam setelah selesai melakukan ritualnya.
Ia pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Rambutnya yang masih basah menetes sedikit demi sedikit di lantainya. Pria itu berjalan ke arah pintu, dan memanggil asisten pribadinya yang ternyata masih ada di depan kamarnya.
"Ardi, panggilkan Alia kemari," perintah Sam.
"Baik Tuan," sahut Ardi cepat lalu ia segera berlari menuju kamar Alia.
Aku dengar Tuan tadi marah dengan beberapa bodyguard karena nona Alia. Dan kini ia ingin nona ke kamarnya, padahal Tuan tak pernah mengizinkan wanita manapun ke kamarnya.
Mungkinkah nona Alia telah menggantikan nona Helena? Mungkinkah hati yang keras itu akan mencair karena nona Alia?
Tanpa menunggu waktu lama, Alia pun datang diantar Ardi ke kamar Sam. Hal itu terjadi setelah perdebatan sengit Alia dengan dirinya sendiri. Ia masih takut berada di dekat Sam, tapi meskipun begitu, ia tak memiliki hak untuk menolak keinginan Tuan arogannya itu.
Sam melirik Alia sejenak, memperhatikan penampilannya.
Dia sudah mengenakan pakaian yang normal rupanya.
Sam pun memberikan kode kepada Ardi agar keluar dari kamarnya. Setelah itu, ia memanggil Alia.
"Kemari," perintah Sam pada Alia.
Alia pun berjalan mendekat dan berdiri di sisi Sam yang sedang duduk di ranjang mewahnya. Ia memperhatikan rambut Sam yang masih basah sehingga membuat lantai dan tepi ranjang yang ia duduki menjadi basah.
"Cepat keringkan rambutku," pinta Sam seraya menyerahkan handuk kecil kepada Alia.
Tanpa menjawabnya, Alia pun langsung mengambil handuk itu dan mengeringkan rambut Sam dengan perlahan seraya memperhatikannya.
'Lelaki ini, seseorang yang arogan tetapi terkadang lembut. Mulutnya seperti tak pernah sekolah, kasar dan menyebalkan, tapi setidaknya dia lelaki yang jujur apa adanya. Tak ada yang ditutupi dari sikapnya. Bukan lelaki yang terlihat baik namun menyimpan kekejian di dalam dirinya seperti Devan. Padahal mereka bersaudara. Sam Kawter, sebenarnya kau orang yang seperti apa?' Alia bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya.
Perempuan yang bernama Helena itu, dia adalah pemenangnya kan? Pemilik hatimu yang mampu membuatmu tersenyum? Apakah bersamanya kau sama seperti memperlakukan ku?
Ah ya, tapi mana mungkin. Untuk sang pemilik hati, mungkin Sam tak pernah berkata kasar padanya, atau berteriak kencang hanya untuk memanggilnya seperti yang dia lakukan kepadaku.
Alia tersenyum tipis merasa bodoh mengapa ia memikirkan hal-hal semacam itu yang tidak ada hubungan dengannya. Alia telah memutuskan untuk tak lagi percaya cinta, setelah hatinya dipatahkan oleh Devan. Alia yakin pikiran barusan itu adalah kekagumannya kepada sosok Sam Kawter, lelaki tampan nan kaya raya itu.
Lagipula mana mungkin Alia bisa memenangkan hati Sam lebih dari kekasihnya yang bernama Helena? Memikirkan itu saja Alia tidak berani. Sam adalah sosok lelaki yang tak mampu ia sentuh. Seseorang seperti Alia harus berhenti bermimpi sebelum mimpi itu menjatuhkan dirinya lagi.
Kurasa Devan benar, gadis sepertiku harus selalu sadar diri. Tidak ada Cinderella di zaman modern ini.
Setelah Alia mengeringkan rambut Sam, pria itu pun mengambil piyama yang ada di lemari, lalu melepaskan bathrobe yang ia kenakan di depan Alia. Dengan santainya Sam mengenakan piyamanya satu persatu.
Alia pun terbelalak, matanya ternodai karena melihat tubuh Sam yang hanya mengenakan dalaman bagian bawah saja.
Apa dia selalu seperti itu di depan orang? sembarangan sekali melepas pakaian dan mengenakannya dengan tubuh yang hampir telan jang.
Alia benar-benar tak habis pikir dengan Sam. Baru saja tadi ia mengaguminya, kini malah dihempaskan kenyataan oleh sikap konyol Sam.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Sam yang mendapati Alia sedang memperhatikannya.
"Emm..tidak apa-apa, aku hanya....sedang melihat-lihat saja dan kebetulan mataku berhenti padamu," sahut Alia.
Sam pun kembali ke ranjang dan menarik Alia agar duduk di sebelahnya.
"Pijat aku," titahnya seraya menepuk pundaknya.
'Dia ini, aku kan tawanan, bukan budak' gerutu Alia di dalam hatinya, tapi ia pun tetap melakukannya.
Ya mau bagaimana lagi, daripada dijual ke mucikari.
Alia mulai menggerakkan jarinya untuk memijat Sam.
"Kau sedang memijat atau mengelitiki aku?" tanya Sam karena ia merasa tenaga Alia sangat kecil.
Apa?
Alia pun menambah kecepatan dan kekuatan pijatannya. Meskipun ia menahan rasa lelah setengah mati.
"Hei kau ingin membunuhku? Mengapa kau memukuli aku?" protes Sam.
Ih apa sih? Pelan salah kuat juga salah!
"Pijat yang benar!"
"Ma—maaf."
Alia pun mencoba tenaga yang tidak terlalu tinggi namun tak terlalu pelan.
"Begini?" tanya Alia.
"Ya, ini lumayan masih bisa dinikmati," sahut Sam memejamkan mata.
Ditengah pijatannya itu, Alia mengingat kala Sam membantunya saat diserang oleh Riska.
"Tuan Sam, terima kasih karena kemarin telah membantu aku melawan Riska dan Devan. Apa kau tahu? Setelah sekian lama dalam hidupku, ini adalah kali pertama ada seseorang yang membantuku dia saat aku tersudut. Dan itu membuatku merasa bahwa ternyata hari-hari dalam hidupku itu tidak selalu buruk."
Sam pun tertegun. Ia hanya terdiam mendengarkan Alia menyampaikan kalimat-kalimatnya.
"Terima kasih juga telah bersikap baik kepadaku, yah meskipun kau sering berkata kasar dan marah-marah, tapi kau memberikan rasa aman kepadaku," tutur Alia jujur dengan apa yang ada di hatinya, membuat Sam lagi-lagi tertegun.
Alia...
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat