Kata orang, beda antara cinta dan benci itu sangat tipis. Kita bisa begitu mencintai dan sangat mudah berubah menjadi benci, begitu pula sebaliknya.
Begitupun kisah Cinta Arjuna, dimana benci mengalahkan logika. Namun, berubah menjadi cinta yang tidak terkira dan sangat pas rasanya disebut budak Cinta.
Zealia Cinta yang harus menderita dengan mengorbankan hidupnya menikah dengan Gavin Mahendra agar perusahaan yang dirintis oleh Omar Hasan (ayahnya) tetap stabil. Hidupnya semakin kacau saat dia menggugat cerai Gavin dan menjadi kandidat pengganti CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
Arjuna Kamil, putra pemilik perusahaan menuduh Zea ada main dengan Papanya. Berusaha mendekati Zea untuk membuktikan dugaannya.
Siapa dan bagaimana rasa benci dan cinta mereka akhirnya berbalik arah? Simak terus kelanjutan kisah Zea, Arjuna dan Gavin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Maureen
“Pak, ganti tujuan ya Pak. Tolong ke rumah sakit dan lebih cepat,” titah Zea pada supir taksi kemudian mengatakan rumah sakit tujuannya.
Hubungan dengan keluarganya memang tidak harmonis, tapi Ayahnya tetap Ayah untuk Zea. Pria yang sudah membuatnya hadir di dunia bahkan sempat merasakan kebahagian bersama sang Ayah.
Sampai momen itu hadir, dimana Ibu kandung Zea tidak ada lalu Ayahnya membawa seorang wanita muda pulang ke rumah dan dikenalkan sebagai calon istri Ayahnya.
Tidak ingin sesuatu terjadi pada Ayahnya, bagaimanapun Zea tetap berharap yang terbaik untuk sang Ayah. Percakapannya baru saja dengan Mirna ibu tirinya tidak terlalu jelas menyampaikan kondisi Omar. Hanya memaki Zea dan menyalahkan putri tirinya sebagai penyebab dari terpuruknya Omar.
Beruntung perjalanan menuju rumah sakit tidak ada kemacetan sehingga Zea tidak terlalu lama dalam perjalanan. Menyeret kopernya karena tidak sempat membawa pulang. Bergegas menuju kamar dimana Omar berada dalam perawatan.
“Ayah,”panggil Zea saat memasuki kamar rawat inap Omar. Mirna yang sedang duduk di sofa bersama putri kesayangannya langsung menghampiri Zea dan menahan untuk mendekat.
“Aku ingin bertemu Ayah.”
“Saat begini kamu ingat dengan Ayahmu.” Mirna menoyor kepala Zea. “Kalau bukan karena kamu gugat cerai Gavin semua ini tidak akan terjadi. Sebagian besar saham sudah ditarik, perusahaan Omar tinggal tunggu waktu untuk gulung tikar,” seru Mirna kepada Zea.
“Itu bukan salahku, kalau memang takdirnya Ayah harus jatuh kalian harus siap.”
Plak.
Tangan Mirna berhasil mendarat di pipi Zea sampai wajah itu terpaksa menoleh akibat tamparan, bahkan telinga Zea terasa berdengung.
“Kalian benar-benar tidak waras,” maki Zea.
“Kamu yang tidak waras, Gavin yang jelas-jelas bisa berikan kamu dunia malah ditendang. Mana OB miskin itu hah, gara-gara dia kamu ceraikan Gavin ‘kan?”
“Aku menuntut cerai Gavin karena dia bukan suami yang baik. Tidak ada perempuan yang diam saja ketika suaminya bercinta dengan wanita lain di depannya dan aku harus menghentikan kegilaan ku dengan menghentikan menyaksikan hal bodoh itu.”
Mirna mendorong tubuh Zea hingga terjerembab ke lantai.
“Pergilah! Jangan temui Ayahmu kecuali dia sudah mati. Karena itu yang kamu inginkan.”
Zea tidak menyangka perempuan yang dulu terlihat lugu, polos dan kampungan dan sekarang sudah menjelma bak seorang ratu bisa berkata seperti itu kepadanya. Sedangkan selama ini Zea sudah berkorban untuk keluarga.
Zea yang posisinya masih duduk di lantai akhirnya berdiri dan meraih handle koper lalu meninggalkan kamar perawatan. Sempat sekilas menatap ke arah ranjang dimana Omar terbaring dengan mata terpejam.
Sedangkan Arjuna dan Leo, berada dalam satu armada menuju rumah sakit di mana Abraham masih dirawat. Sesuai dengan perintah atasannya, Leo mempercepat kepulangan karena Abraham ingin membicarakan hal penting dengannya.
Arjuna berjalan di samping Leo. “Ngapain ikut sih, biasanya juga Cuma terima laporan doang. Sudah sana, biar aku sendiri yang urus Pak Abraham.”
“Cerewet, jangan sampai gue berpikir aneh-aneh kalau lo punya niat jahat untuk meracuni Papih dan mengambil alih semua saham dan perusahaan,” tuduh Arjuna.
“Kalaupun ada rencana untuk meracuni, Pak Abraham bukan tujuannya tapi kamu.”
“Wah, benar gila otak lo,” ejek Arjuna lagi pada Leo. “Gue tunggu di depan aja,” seru Arjuna ketika mereka sudah berbelok ke koridor dimana Abraham berada.
“Halah, tadi semangat sekarang ciut.”
“Bawel.” Arjuna mengeluarkan bungkus rokok, mengambil satu batang dan menyulutnya sambil menunggu Leo. Berjalan ke arah taman tidak jauh dari kamar Abraham.
“Arjuna,” panggil seseorang.
Arjuna menoleh kemudian berdecak melihat seorang wanita berjalan mendekat ke arahnya. Sepertinya wanita itu memiliki track record yang tidak baik, karena Arjuna terlihat tidak menyukai dan ada raut kebencian di wajahnya.
“Arjuna, hihhh. Kamu kenapa sih?” tanya Maureen yang sudah duduk di samping Arjuna.
“Lo yang kenapa, ngapain di rumah sakit teriak-teriak pake acara peluk-peluk segala. Geser!” titah Arjuna.
Mauren yang memeluk lengan Arjuna akhirnya melupakannya tapi tetap menempelkan tubuhnya pada tubuh Arjuna.
“Aku kangen banget loh.”
“Hm. Ngapain sih di sini. Bukan gaya hidup lo banget, di sini nggak ada mall,” ejek Arjuna.
“Aku diminta Papi ikut kesini menjenguk temannya yang sakit, yang bikin aku kesal ada percakapan masalah perjodohan. Hhhh, mana mungkin aku mau dijodohkanlah.”
“Bagus dong, biar cepat nikah nggak main-main terus,” sahut Arjuna.
“Tapi aku ingin menikahnya dengan kamu,” ujar Mauren sambil kembali memeluk lengan Arjuna.
“Tapi gue nggak.” Arjuna mendorong kepala Mauren membuat tubuh wanita itu refleks mundur.
kpn kira2 zea bisa bahagia thor...
angel wes..angel..
piye jun....
bersambung....