Terjerat Hyper Husband

Selesai merapikan beberapa helai pakaian yang dibawa dari Apartemen, barulah Nora berjalan cepat menuju kamar luas milik Tien. Memutar ganggang pintu, kemudian masuk dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan buthub seperti yang Mommy Anya perintahkan sebelumnya. Tak lupa Nora mengunci pintu kamar mandi agar aman.

"Kamar mandi kenapa bisa sebesar ini? Kalau dijadikan kamar tidur bisa muat untuk tiga ranjang ukuran besar," oceh Nora yang mulai masuk ke dalam buthub, lalu membersihkannya secara perlahan.

Beberapa menit kemudian, Nora pun selesai membersihkan buthub. Karena malam sudah semakin larut, Nora pun langsung mempersiapkan air hangat agar Tien dapat langsung mandi setelah pulang dari perusahaan.

Nora beristirahat dengan duduk santai di pinggir buthub. Merasa begitu kedinginan, barulah Nora menyadari kalau bajunya sudah basah kuyup. Baju yang menerawang, membuat bagian-bagian sensitif di tubuhnya terlihat. Termasuk perutnya yang menjadi pusat perhatian gadis cantik nan seksi berambut gelombang itu.

"Usianya baru satu bulan, tapi kenapa sudah membuncit begini? Ini lemak apa memang benar bayi?" tanya Nora kepada dirinya sendiri, kala gemas sekaligus khawatir dengan perut buncitnya yang mulai terlihat. Padahal, jelas perutnya tak terlalu buncit bila diperhatikan sekilas. Namun, sangat terlihat jika diperhatikan secara detail.

Nora mengelus perutnya lembut. Hawa dingin di kamar mandi yang luas itu, tiba-tiba membuat Nora merasa begitu lapar, sangat lapar hingga perutnya terus berbunyi yang terdengar begitu nyaring.

"Astaga, tunggu sebentar, ya, Sayang. Kita sedang berada di rumah orang, kita harus menunggu saatnya baru diperbolehkan makan. Bersabar dan bertahanlah," bujuk Nora mengajak bicara calon bayinya.

Melihat air yang hampir penuh, Nora berusaha bangkit walau kesulitan karena perutnya tiba-tiba terasa kram.

"Ah! Kenapa bisa sakit lagi?" keluh Nora kembali duduk di pinggiran buthub.

"Apa karena terlalu lama kedinginan? Aku harus segera keluar dari tempat ini," Nora kembali berusaha bangkit, berjalan bungkuk dan menundukkan wajahnya hingga tak sadar menabrak sesuatu yang keras.

Nora kaget melihat kaki kekar yang dirinya kenal di bawah sana, sekejab mata Nora langsung mengangkat tubuhnya cepat, kemudian berdiri dengan tegap sambil menahan rasa sakit.

"Ti-tien," Nora menyebut nama Tien dengan terbata. Menatap wajah Tien yang tampak begitu murka, membuat Nora kesulitan mengendalikan ketakutannya.

"Tien, a-aku ...." lanjut Nora terpotong karena Tien benar-benar dapat membuatnya tak bisa berkutik hanya dengan tatapan mata yang membunuh.

Tien maju selangkah, dan Nora reflek mundur selangkah. "Tien, a-aku ha-nya—Akh!"

"Apa uang yang aku berikan padamu kurang!" tekan Tien mencengkam dagu Nora dengan kasar. Nora hanya dapat memejamkan sebelah mata kala rasa sakitnya kian bertambah. Belum hilang kram di perutnya, kini ditambah dengan rasa perih akibat cengkraman kuat tangan Tien pada dagunya.

"Jawab!" bentak Tien membuat Nora kaget hingga tanpa sadar butiran bening lolos begitu saja dari kedua sudut matanya. Bisa dikatakan Nora adalah wanita yang sangat jarang menangis, mau semarah apa pun Tien kepadanya. Hormon kehamilan benar-benar membuat Nora menjadi semakin sensitif.

Nora ingin menjawab pertanyaan Tien, tapi apa daya, Tien mencengkram dagunya terlalu kencang, hingga Nora tak bisa menggerakkan bibirnya untuk berbicara.

"Untuk apa kamu ke Mansionku? Apa kau ingin membuat rencana untuk menjadi Nyonya Tien Marit?" Nora langsung menggelengkan kepalanya dengan air mata yang masih mengalir deras.

"Lalu untuk apa?"

.

.

.