Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Kamu bertengkar lagi dengan istrimu?" tanya nyonya Bella begitu melihat putranya yang baru saja turun dari lantai atas dengan wajah muram.
Alaric hanya mengangguk sebagai respon, dia terlalu malas untuk menjelaskan pada ibunya.
Berjalan menuju ruang keluarga, Alaric kemudian mendudukkan dirinya di sofa lalu mengambil remot dan mengganti saluran TV menjadi berita keuangan.
"Bisakah kamu kontrol emosimu, bagaimana jika keluarganya tidak mau membantumu untuk mengambil alih posisi presdir,"omel nyonya Bella sangat geram dengan tingkah putranya yang selalu masa bodoh terhadap hal yang sangat menguntungkan.
"Meski Xavier dibuang oleh ayahnya, tapi dia masih tetap memegang posisi sebagai presdir di perusahaan! Meski ayah menempatkanmu di posisi direktur, itu masih tidak cukup untuk menguasai semua harta dan kekuasaan yang dimilikinya. Dan dengan bantuan orang tua Karina kamu bisa menyingkirkannya dan menggantikan jabatan dia sebagai presdir."
"Percuma, sejak awal keluarganya tidak pernah menyukaiku karena identitasku sebagai anak haram. Meskipun aku juga anak ayah, namun semua orang memandangku anak haram yang dibawa pulang. Semua orang mungkin berpikir, percuma bekerja sama dengan anak tidak sah yang tidak akan mewarisi perusahaan keluarganya, karena ada Xavier pewaris sebenarnya."
"Lalu apa yang harus kita lakukan untuk bisa menggantikan posisinya," ucap nyonya bella dengan nada kesal.
"Jangan khawatir Bu, aku sudah punya rencana untuk merebut posisi itu menjadi milikku," ucap Alaric dengan senyum licik di sudut mulutnya.
Ny. Bella membelalakkan matanya dan berkata penuh semangat, "Benarkah nak, apa rencananya ibu pasti akan membantumu."
"Tidak perlu. Ibu bersantai saja di rumah atau pergi shoping, aku sendiri yang akan mengurus semuanya."
"Bu aku harus pergi dulu, sampai jumpa lagi."
Setelah mengatakan itu Alaric kemudian berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar rumah.
"Kalau begitu hati-hati."
Baru setengah jalan, dia tiba-tiba memikirkan sesuatu, menghentikan langkahnya dia kemudian berbalik dan menghadap ibunya.
"Ada apa?" tanya nyonya Bella heran saat melihat putranya berhenti di tengah jalan.
"Bu tolong panggilkan dokter untuk mengobati luka wanita itu."
"Kirain ada apa ternyata cuman itu. Tenang saja ibu yang akan mengurus semuanya, kamu pergi saja tidak perlu khawatir."
"Ok."
Melihat punggung putranya yang perlahan menjauh, senyum lembut di wajahnya luntur seketika dan digantikan dengan ekspresi datar.
"Mila!" panggil nyonya Bella.
"Ya, Nyonya," jawab Mila cepat dan segera menghampiri Ny. Bella.
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"
"Panggil dokter untuk mengobati wanita itu," Perintahnya ketus lalu pergi menuju kamarnya.
"Baik Nyonya."
......................
Di sisi lain, Keira dan semua orang sudah sampai di rumah, perjalanan dari rumah tuan James dan rumah mereka hanya memakan waktu 30 menit.
"Ah…akhirnya kita pulang ke rumah,"ucap William setelah keluar dari mobil dan menghirup udara segar.
"Kamu sesenang itu bisa pulang?" tanya Keira tak berdaya melihat tingkah William seolah-olah mereka habis keluar dari penjara.
"Tentu saja, karena aku tidak suka di rumah itu."
"Shaka juga tidak suka," timpal Shaka ikut nimbrung pembicaraan antara ibu dan pamannya.
"Kenapa Shaka tidak suka?" tanya Keira penasaran.
"Em…karena mereka jahat,"jawabnya polos sambil memiringkan kepalanya, mata bulatnya yang hitam dan jernih sedikit melotot. Terlihat sangat lucu membuat siapa saja yang melihatnya sangat gemas.
Melihat wajah lucu putranya membuat Keira tak tahan, dia kemudian menggendong anaknya dan mencium pipi gembulnya bertubi-tubi.
"Kenapa kamu sangat lucu sih."
"Hahaha Ibu geli." Gelak Shaka keras sambil berusaha menjauhkan wajah ibu dari pipinya.
William merasa cemburu dan sedikit iri ketika melihat interaksi antara ibu dan anak.
"Huh… sudah besar masih dicium-cium,"cibirnya ketus.
"Kenapa? Umurku kan masih 5 tahun masih kecil, jadi wajar kalau aku dicium oleh ibu. Atau jangan-jangan…" ucap Shaka sengaja menjeda kalimatnya.
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan paman cemburu ya,"lanjut Shaka dengan ekspresi konyol.
" Si-siapa yang cemburu," ucap William gelagapan. Dia memalingkan wajahnya yang tersipu ke samping, tidak ingin dilihat oleh mereka.
"Lihat sayang wajahnya merah," goda Keira.
"Wah iya wajah paman merah."
"Kalian!"
"Kabur!"
Keira membawa Shaka lari ke rumah diikuti oleh William yang mengejar mereka. Xavier yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka hanya tersenyum tak berdaya, terutama saat melihat keakraban istri kecilnya bersama anak dan saudaranya.
David yang melihat senyum tuannya juga ikut tersenyum bahagia. Baru kali ini dia melihat sisi lembut tuannya setelah menikah dengan nyonya Keira. Karena biasanya tuan akan menampilkan ekspresi datar dan acuh tak acuh, seakan tidak ada hal menarik dalam hidupnya.
"Ayo masuk."
"Baik tuan." David mendorong kursi roda tuannya masuk ke rumah.
Saat masuk ke rumah mereka disambut dengan pemandangan yang hangat. Di mana Xavier melihat istri kecilnya tengah memakai celemek berwarna pink dengan motif kucing, sedang membantu bi Eli memasak di dapur bersama Shaka dan William yang juga ikut membantu.
"Makanannya belum siap, kamu bisa tunggu dulu di meja makan sama David," ucap Keira saat melihat Xavier yang baru saja masuk.
"Tidak, Mas akan pergi ke ruang kerja bersama David."
"Oke kalau begitu, ketika makanannya sudah siap aku akan memanggilmu."
"Hm."
Xavier dan David langsung pergi ke lantai atas menggunakan lift, lalu pergi ke ruang kerja yang berada paling ujung di dekat kamarnya. Xavier menyuruh David untuk mengunci ruang kerja agar tidak ada yang masuk sembarangan.
"Jadi ada berita apa?" tanya Xavier tenang sambil membuka buka dokumen di atas meja.
"Tuan, pelaku yang menabrak mobil Tuan pada saat itu tidak mau mengaku tentang siapa dalang dibalik semua ini. Meskipun kami sudah melakukan berbagai cara untuk membuka mulutnya, tapi dia masih bersikeras untuk tutup mulut," jelas David.
"Tidak mau mengaku ya, kalau begitu cari tau siapa saja orang yang berhubungan dengannya. Mau itu teman ataupun keluarganya, ancam dia menggunakan orang-orang itu,"ucap Xavier dingin. Cahaya kejam melintas di kedalaman matanya yang gelap.
"Baik Tuan."
"Lalu bagaimana dengan pria yang mendekati istriku."
Memikirkan pria asing yang mendekati istri kecilnya Xavier merasa cemburu. Rasa posesif dan paranoid di dalam hatinya membuat dia menjadi gila dan ingin mengurung gadis kecilnya di rumah.
"Oh itu… ini Tuan semuanya sudah saya rangkum diberkas ini," jawab David memberikan berkas di tangannya pada Xavier.
Membolak-balik informasi di tangannya, Xavier mengangguk puas dengan kinerja asistennya yang cepat tanggap.
"Ternyata dia, aku tidak menyangka dia akan kembali ke sini."
"Benar Tuan."
"Tapi Tuan, sampai kapan Tuan akan terus seperti ini, mereka semua sudah menunggu Tuan untuk kembali."
"Sampai…"