Diusahakan up setiap hari 1-2 bab di jam 18:00-19:00
Demi kesembuhan putranya, Almira Maheswara mau menandatangani kontrak pernikahan sebagai pengantin pengganti pria yang ia sendiri belum mengenalnya.
Namun, Almira dengan hati yang lapang menerima pria itu sebagai suaminya. Namun rupanya, pernikahan itu membawa Almira kembali ke masa lalu.
Pria yang menitipkan noda hingga terpaksa Almira memakai cadar. Kini, pria dan orang-orang itu telah berada didekat Almira.
Bagaimana Almira dapat menyikapi itu semua? Ayo baca dan dukung author nya.
Ikuti ya bebssss😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NingMela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengambil Wudhu
Kedua mata mereka bertaut saling pandang. Almira menangkap wajah Alex tepat didepannya. Cepat sekali pria ini datang, pikirnya.
"Tuan Alex, cepat sekali kau kembali ke rumah?" tanya Almira tercengang. Pasalnya ia baru mendengar penjaga menelpon Alex untuk segera datang.
"Apa aku harus menyetir pelan mengikuti kendaraan-kendaraan lambat di jalan sana? I'm so boring" kata Alex memanyun senyum nyaris membuat Almira geli.
"Lepas" pinta Almira mendorong Alex menjauh darinya.
Setelah melepas Almira, Alex segera mengganti pandangannya menghadap Beliana yang sudah dipegangi dua anak buahnya.
"Kau ingin apalagi, Beliana?"
"Gara-gara kau aku di blacklist papah ku" lempar Beliana menuduh Alex yang segera tertawa mengejek.
"Hei, itu tidak ada urusannya dengan diriku. Aku telah mengikuti kata hatimu yang tidak menginginkan perjodohan ini. Kurang apa lagi?" Alex menaikan kedua bahunya acuh.
"Kau bisa berpura-pura menerima"
Alex menggaruk dahinya ringan, "Dengar ya Beliana! Aku tidak bisa berpura-pura... kau menolak perjodohan ini, begitu juga dengan diriku. Jadi, jangan mengungkitnya lagi"
Tentu tidak bisa! Beliana tetap marah karena Alex yang lebih dulu menolaknya. Hal itu membuat ayah Beliana mengira putrinya lah yang salah.
"Ok baiklah! Tapi kau harus bilang dengan papah ku untuk mencabut keputusannya" pinta Beliana mencoba bernegosiasi, mungkin saja pria ini setuju.
Namun Alex malah tertawa mengejek, "Itu konsekuensi yang harus kau tanggung. Nikmati saja"
"Kau tidak bisa begini Alex!!!" sentak Beliana memelintir pergelangan tangan nya sendiri, mencoba lepas dari lilitan anak buah Alex.
"Keluarkan dia dari Villa" titah Alex dengan wajah dinginnya.
Para anak buah Alex langsung mengangguk patuh, "Baik"
"Alex!!! Alex!!!" teriak Beliana memberontak namun dua pria yang memeganginya telah menyeret tubuhnya keluar dari Villa.
Setelah itu Alex menghela nafasnya dalam-dalam. Hari ini sungguh melelahkan untuk Alex yang super sibuk, ditambah kerusuhan yang ditimbulkan oleh Beliana si wanita sombong itu.
Alex menoleh melihat Almira yang merintih kesakitan saat dahinya yang luka tersentuh tangannya sendiri. Entah rasanya Alex iba.
"Ayo kita keatas" ucap Alex menarik pergelangan tangan Almira yang diam menurut saja.
Sesampainya didalam kamar, Alex memberikan isyarat Almira untuk duduk diujung ranjang dan ia masih menurut.
"Dimana aku menaruh kotak p3k ya?" gumam Alex mencari-cari didalam laci nakas.
Almira yang penasaran segera bertanya, "Untuk apa kotak p3k?"
Alex langsung menoleh melihat wajah Almira dengan kening yang mengernyit. Dia bodoh atau bagaimana sampai melupakan keningnya yang luka.
"Aku ingin mengobati luka di keningmu itu!" ucap Alex menemui Almira saat kotak p3k sudah ia temukan. "Akan membekas jika tidak kau obati"
"Tidak terlalu dalam, kemungkinan akan segera sembuh" kata Almira mencoba menolak.
"Diamlah!"
Alex sudah tidak mau dibantah itu segera menyiapkan alat-alat pengobatan untuk luka tersebut. Betadine membasahi kapas lalu ia tempelkan ke luka di dahi Almira.
"Arkk pe-pe-perihh" pekik Almira kesakitan mengipas dahinya dengan tangan. Akibat respon Almira yang tiba-tiba, membuat Alex tidak menyadari telah meniup luka tersebut.
"Seharusnya tadi, kau pukul dia... kau tinju wajahnya sampai mimisan. Baru kau dorong wajahnya ke lantai!!" geram Alex tidak bisa ia tutupi.
"Apa harus setega itu ya?"
"Harus!!" balas Alex dengan cepat, "Wanita itu tidak akan jera dan solusinya hanya melukai dirinya. Dia itu wanita... wanita... wanita apa namanya?"
Almira bingung, "Wanita yang seperti apa?"
"Itu, apa namanya... wanita yang sering mencari perhatian orang-orang" Alex berusaha keras mengingat, namun gagal.
"Caper?"
"Yap!" Alex menjentikkan kedua jarinya tepat didepan wajah Almira. "Caper!! Dia itu wanita caper ke semua pria"
Namun, Almira tidak menanggapi.
"Terimakasih" ucap Almira saat Alex sudah selesai mengobati luka tersebut. Lagipula, ia juga tidak ingin mendengar suaminya ini bergosip tentang aib wanita.
Tidak lama atensi Almira berganti melihat kearah jendela kaca yang menampilkan suasana luar yang sudah semakin gelap.
Segera Almira mengecek jam di layar ponselnya, "Sudah jam set 7. Aku harus segera sholat"
"Eits, tunggu" cegah Alex menahan tangan Almira, seperti ada yang salah. "Kau kan sedang datang bulan"
"Aku sudah mandi wajib karena tadi pagi berhenti. Jadi, aku mau sholat" Almira melepas tangan Alex dari lengannya.
Alex hanya mengangguk tidak begitu peduli.
"Oh iya tuan... aku tidak pernah melihat dirimu sholat. Kapan kau akan sholat?"
"Aku tidak pernah sholat" jawab Alex dengan enteng lalu memilih berbaring diatas ranjang, seakan tidak peduli dan fokus dengan game di ponselnya.
"Kalau begitu, mulai malam ini kau harus sholat"
Alex hanya melirik Almira saja lalu kembali fokus dengan game-nya, "Aku sedang sibuk"
"Sibuk apa?"
"Sibuk membangun kota lalu menarik pajak dari rumah ke rumah" jawab Alex tanpa menoleh melihat istrinya, membuat sang istri segera mendekat lalu mengintip.
"Sholat itu wajib dan kau tidak boleh meninggalkannya"
"Hm" Alex hanya mengangguk dan memberikan jempol tangannya. Namun matanya masih fokus menatap layar.
"Ayo sholat"
"Tunggu-tunggu!!! Aku belum menagih pajak yang ini" cegah Alex saat tangan kirinya ditarik.
Namun Almira tidak mendengarnya. Ia tetap menarik lengan pria itu masuk kedalam kamar mandi. Mau tidak mau Alex ikut saja.
Saat ini Alex bersandar menyaksikan Almira yang sedang wudhu. Pria ini berkali-kali menguap karena bosan.
Almira sudah selesai wudhu, "Kau sudah memperhatikan aku wudhu kan? Jadi, kau sudah paham kan? Kalau begitu giliran dirimu"
Alex menggulung kedua lengan kemejanya bergantian, lalu bersiap wudhu. Karena lupa dan tidak memperhatikan dengan baik, Alex salah mengambil wudhu.
"Bukan satu kali, tapi tiga kali. Kumur-kumur tiga kali lalu membasuh muka juga tiga kali"
Alex mengikuti arahan Almira, "Gini?"
"Jangan bicara nanti kamu batal"
Alex yang tidak sabaran segera berkacak pinggang kesal, "Astaga, lalu bagaimana aku bisa memastikan wudhu ku itu benar?"
"Kau hanya perlu melakukan apa yang tadi aku contohkan. Kalau salah kan aku bisa menegurnya tanpa kau bicara, bisa kan!" bantah Almira dengan tegas.
"Menyusahkan!!"
Setelah mengumpat Alex kembali mengambil wudhu. Selama mengambil wudhu, Alex dibuat kesal dengan wanita pemandu disebelahnya yang cerewet.
Namun semua itu tidak sia-sia dimana Alex berhasil mengambil wudhu setelah Almira berulang kali memberi arahan.
"Setelah selesai wudhu. Kita lanjut berdoa" ucap Almira menengadahkan kedua telapak tangannya dan Alex segera mengikuti.
Selesai.
"Kau dulu---" ucapan Alex terhenti saat Almira menjauh dari tangan Alex yang ingin menyentuh bahunya. "Kenapa?"
"Tidak boleh bersentuhan setelah wudhu. Nanti batal" kata Almira berlari kecil meninggalkan Alex di kamar mandi.
"Mau sholat saja harus wudhu, harus doa, bahkan bersentuhan saja tidak boleh" monolog Alex jengkel lalu menggelengkan kepalanya.
Ia bingung kenapa mau nurut dengan perintah wanita itu, padahal perintah Vara yang jelas-jelas ibunya saja tidak ia indahkan.
'Pasti aku sudah gila' gumam Alex kembali dingin.
Drett
Langkah Alex terhenti saat telponnya berdering. Tidak mau berlama-lama sang pemilik segera mengangkatnya.
"Malam Tante Mimilia" sapa Alex tersenyum lebar.
"Malam Alex! Lex, sepertinya kau melupakan Tante setelah kembali ke Indonesia ya?" sindir Mimilia diseberang telpon.
Alex yang dengar langsung tertawa mengelak, "Tidak dong Tante. Hanya saja, Alex belum memiliki waktu menghubungi Tante"
"Iya-iya! Oh iya, Tante nelpon kamu karena ingin menanyakan perkembangan tentang anak Arsen" ucap Mimilia tiba-tiba membuat wajah Alex berubah. "Gimana, kamu udah nemuin anak Arsen atau belum?"
Alex terdiam sejenak, lalu mengintip kecil melihat wanita yang Mimilia cari sedang duduk menggunakan mukena nya.
"Alex!! Kok diam?" tanya Mimilia penasaran.
Alex langsung sadar, "Alex---"
To be continued
kena mental ga tuh😄
muhrim = orang yang berihram
Wallahu a'lam