NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Si Mujur / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Cinta Murni
Popularitas:111
Nilai: 5
Nama Author: Dagelan

Kayyisa nggak pernah mimpi jadi Cinderella.
Dia cuma siswi biasa yang kerja sambilan, berjuang buat bayar SPP, dan hidup di sekolah penuh anak sultan.

Sampai Cakra Adinata Putra — pangeran sekolah paling populer — tiba-tiba datang dengan tawaran absurd:
“Jadi pacar pura-pura gue. Sebulan aja. Gue bayar.”

Awalnya cuma kesepakatan sinting. Tapi makin lama, batas antara pura-pura dan perasaan nyata mulai kabur.

Dan di balik senyum sempurna Darel, Reva pelan-pelan menemukan luka yang bahkan cinta pun sulit menyembuhkan.
Karena ini bukan dongeng tentang sepatu kaca.

Ini kisah tentang dua dunia yang bertabrakan… dan satu hati yang diam-diam jatuh di tempat yang salah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dagelan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 : Deal Sinting yang (Masih) Berisik

Satu foto, satu deal, dan seribu alasan buat kabur dari kenyataan. Lebay? Bodo amat. Yang jelas, otak aku udah kayak konser dangdut—pecah! 30% panik, 40% kesel, dan sisanya? Tetep laper. Emang dasar Kayyisa, ya kan.

Begitu Cakra kelar bayar kopi yang dia pesen buat formalitas pelanggan (dengan kartu hitamnya yang bikin dompet aku minder), dia ngeloyor keluar kafe kayak abis menang lotre. Nggak ada tuh tampang bersalah udah nyeret aku ke dalam lingkaran setan bernama "pura-pura pacaran".

Akhirnya dengan helaan nafas tertahan, jantung yang masih berdegup kencang dengan pikiran yang berkecamuk aku nyender di meja kasir, meratapi nasib. "Yisa, lo barusan ngegadaikan masa depan lo ke cowok yang senyumnya kayak sales panci. Selamat datang di episode 'Kisah Cinta Anak kampung dan Pangeran Sekolah'," gumam ku, dramatis.

"Ngomongin apa, neng? Promo terbaru?" Celetuk Rani, sohib kental yang udah khatam sama semua kebodohanku.

Aku berusaha tegakkin badan. "Enggak. Lagi kontemplasi, Ran. Mencari makna hidup."

Dia nyengir. "Makna hidup apa Cakra Adinata?"

"Rani, plis deh. Gue lagi serius mikirin inflasi."

Tawanya langsung meledak, bikin beberapa pelanggan noleh. Sialan, emang Rani biang rusuh. Dia nyender di meja, pura-pura sibuk ngetik di kasir. "Jadi, gimana rasanya jadi pawangnya pangeran sekolah?"

"Pura-pura, Rani sayang." Jadi dia nguping dari mana tadi? Aku nggak nyadar.

"Tetep aja. Nanti jalan bareng, makan bareng, kode-kodean di Instagram. Itu udah level tunangan buat gue."

"Pacaran lo juga paling banter dua minggu."

"Justru itu! Lo tuh kayak... duta besar kaum rebahan yang berhasil menjalin kerjasama bilateral sama kaum jetset."

Aku mendengus, lebih baik aku mengecek meja sekaligus menetralkan pikiranku. "Gue doain lo dapet pelanggan yang minta kopi tanpa kopi."

Belum juga dia bales, bel pintu kafe udah bunyi. Dan dunia emang suka banget bikin kejutan nggak penting.

Yang dateng... geng cewek-cewek cetar membahana sekolah: Gengnya kelas Cakra. Geng influencer lokal yang kalo jalan kayak mau fashion show dadakan. Tas branded, rambut badai, dan suara cempreng yang bikin satpam istighfar.

"OMG, ini Kafe Senja yang ini didatengin Cakra! So cute!" Seru salah satu dari mereka. "Spot fotoable banget buat feed!"

Rani bisik-bisik, "Siap-siap, Kay. Ini ujian sesungguhnya."

Aku tarik napas dalem-dalem. "Kalo gue tiba-tiba kejang-kejang, tolong rekam buat TikTok ya."

Cewek berambut ombre yang kayaknya pentolan geng itu maju ke kasir sambil senyum sok manis. "Eh, kamu liat Cakra nggak?? Dia tadi disini kan?"

Jantungku rasanya langsung mau salto. "Mungkin?"

Dia nyengir makin lebar. "Lucu banget sih. Cakra tuh nggak pernah nongkrong di tempat kayak gini. Kamu siapa, deh?"

Pertanyaan yang lebih aku benci dari "kapan lulus?" Aku paksain senyum profesional. "Barista. Spesialis bikin kopi enak, hati tenang."

Cewek itu ketawa sok imut. "Haha, lucu. Tapi serius, nggak liat disini??"

"Enggak," jawab aku cepat. Jelas tidak mau berinraksi lebih lama dengan mereka.

"Tapi aku liat dia foto bareng kamuuu~"

Mampus. Cakra! Kenapa nggak sekalian bikin konser dangdut di depan kafe?! Biar lebih rame! Apa dia langsung posting ke medsos tanpa meminta izin dari aku dulu gitu?! Kenapa gak bilang foto itu langsung dia sebar luaskan ...

Aku langsung ngeles. "Oh, itu... tugas kelompok. Iya, tugas... literasi digital."

Rani udah batuk-batuk nahan ketawa di belakang. Aku kasih death glare, tapi dia malah makin menjadi-jadi.

Cewek itu nyengir sok ngerti. Padahal didalam hati sudah merencanakan hal gila, bisa jadi dia ingin membeli kopi dan melemparkan kopinya kepadaku nanti. "Wah, keren. Aku pikir kalian—"

"ENGGAK ADA!" Aku potong terlalu semangat sampe ibu-ibu di meja sebelah noleh. "Maksudnya, enggak. Bukan. Nggak ada apa-apa." kataku dengan suara lebih tenang.

Dia ngedip-ngedip, kayak lagi nonton sinetron live. "Oke deh~ tapi kalo iya juga nggak papa kok. Cakra memang cocok sama cewek yang beda."

"Beda gimana?" Tanyaku, pura-pura nggak tertarik padahal kuping Aku udah kayak radar.

"Yang bisa bikin dia nggak ngerasa sendirian. Soalnya akhir-akhir ini, dia kayak... berubah. Lebih diem."

Aku langsung nge-freeze. Diem? Cakra? Bukannya emang dia pendiem. Dia bukan tipe cowok yang mulutnya kayak knalpot racing. Aku bahkan denger dia ngerayu teko buat bikin kopi lebih cepet. Koreksi halusinasi liar q.

Cewek itu lanjut, "Kayak dia nyembunyiin sesuatu, gitu. Tapi ya, who knows?" Dia senyum misterius, terus balik ke mejanya. Dih udah begitu doang? Dia nyamperin cuman buat ngomong foto yang baru beberapa menit dijepret?!

Aku cuma bisa bengong, antara bingung, penasaran, dan sedikit... marah? Najis! Kenapa juga dia bilang bukti tuh langsung dipost, bukannya dia jarang aktif di media sosial? Tanpa sadar aku menepuk pipi sendiri. "Stop. Nggak boleh baper, Yisa. Ini cuma proyek. Bukan audisi jadi pacar."

"Lo lagi nge-ruqyah diri sendiri?" Bisik Rani.

"Lebih ke self-defense."

 

.....🍒.....

Jam udah nunjukkin pukul sembilan malem pas aku akhirnya bisa lepas celemek dan kabur dari kafe. Udara Jakarta emang dingin, tapi tetep lebih dingin saldo ATM mamaku.

Aku jalan ke halte sambil ngecek chat grup kelas, banyak tugas yang menjadi headline baru dan... notifikasi dari setan bernama Cakra muncul, dahulu mengerut heran darimana dia dapat nomorku?

📩 [Cakra A.]

Udah kelar kerja, Sa?

Aku mandangin layar lama-lama. Baru beberapa jam lalu kami bikin perjanjian gila, dan dia udah nge-chat kayak suami nagih jatah. Nggak, Kayyisa, jangan kegeeran. Ini cuma profesionalitas.

Udah. Mau molor.

Balas ku singkat. Wajah datar plus tidak berselera menatap layar hape ku sendiri. Dan belum juga layar mati, chat udah masuk lagi.

📩 [Cakra A.]

Gue jemput besok. Jam 6.45. Nggak ada tapi-tapian.

Jemput di mana? Di Antartika?

Jemariku mengetikan balasan cepat, spontan. Uhuy!

📩 [Cakra A.]

Di ujung jalan rumah lo. Gue bukan sales MLM. Pura-pura pacaran harus totalitas.

Aku ngetik balasan panjang buat dia tapi, di dalem hati: "Pura-pura pacaran sih oke, tapi pura-pura bahagia sama lo tuh kayak dapet zonk di Shopee!" Tapi yang gue kirim cuma emoji 🙄.

📩 [Cakra A.]

Noted. Sampe besok, Kayyisa si tukang cuci blender. 😏

Aku mendengus keras di halte. Orang-orang pada ngeliatin. Dih ini anak siapa tuh? "Gue sumpahin lo keselek busa pas sikat gigi, Cakra!" Gumamku, kesal.

 

.....🍒.....

Besok paginya, sesuai janji jam 6.45 Cakra udah nongkrong di ujung jalan. Mobil hitamnya kinclong banget di antara rumah-rumah kontrakan. Anak-anak kecil yang lagi beli bubur ayam sampe ngira ada syuting film Bollywood.

Aku ngubek-ngubek tas, pake masker, dan jalan cepet sambil ngedumel. "Katanya low profile, katanya nggak mau drama. Lah ini jemputan kayak ngundang wartawan infotainment."

Begitu pintu mobil kebuka, aroma parfum mahal langsung nyerbu idung ku, enak sih tidak menganggu. Cowok itu duduk santai, senyumnya kayak abis menang tender, rambutnya rapi kayak nggak pernah tidur.

"Pagi, Sa."

"Pagi, Pangeran KW."

Dia ngakak. "Tumben lo on time."

"Karena ada yang nyulik," sahutku lebih ke sinis. "Kalo gue jalan kaki, udah telat tujuh turunan."

Mobil mulai jalan pelan. Canggung. Sepi. Sampe akhirnya dia nyeletuk, "Lo selalu bawa aura FTV setiap kali ngomong."

"Dan lo selalu bawa aura iklan behel."

"Berarti kita jodoh, dong."

Aku natap dia datar. "Berarti lo siap gue palak tiap hari."

Dia ketawa, tapi abis itu diem. "Eh, Sa," katanya tiba-tiba, nadanya lebih serius. "Lo tau nggak, enak banget bisa ngobrol kayak gini."

Aku noleh dahulu berkedut samar. "Kayak gini gimana?"

"Ya, nggak perlu jaim. Lo tuh ngomong apa adanya, tapi... nggak bikin eneg."

Aku mengedipkam mata secara berlebihan, nggak nyangka dia bakal jujur kayak gini, atau memang lagi ngelantur. "Gue cuma jujur buat kesehatan diri aja," kata ku akhirnya. "Nggak ada energi buat acting."

Dia ketawa lagi, tapi kali ini... beda. Lebih lembut, lebih tulus.

Dan bego-nya, gue malah jadi salting. Duh bego, liat jalan aja jangan liatin dia! Merapatkan bibir melihat pantulan diri sendiri dikaca spion.

Di sekolah, chaos langsung level dewa. Aku sudah memperkirakan ini akan terjadi. Begitu Aku turun dari mobilnya di gerbang, mata dua anak OSIS yang lagi razia langsung melotot kayak liat alien. Et—tapi perlindungan masker membuatku merasa lebih aman.

“Buka maskernya, kamu pakai gincu merah atau tidak?” Setidaknya sebelum suara bu Henny menginterupsi. Aku dengan berat hati membuka masker, sementara Cakra disampingku berkata. “Gue duluan ke kelas?”

“Iya sana.” balasku pelan, lebih seperti mencicit didepan anak-anak yang berjaga didepan. Suasana menjelang bel masuk benar-benar ramai apalagi dari daerah parkiran dan gerbang. Sial! Kenapa jadi aku yang malu disini sih?

"Kayyisa... bareng Cakra?"

Langkah demi langkah, suara bisikan samar mulai ku dengar.

"Nggak mungkin, bro. Itu pasti kembarannya."

"Kembarannya tapi seragamnya sama persis begitu? Nyentriknya juga sama."

Aku langsung ngacir, pura-pura budeg. Tapi ya namanya juga gosip, nyebarnya lebih cepet dari setan.

Jam pertama pelajaran, chat grup sekolah udah rame:

📱 [SekolahXGossip]

CAKRA JEMPUT CEWEK KELAS 11 IPS 2 PAGI INI 😭

KATANYA ANAK KAFE SENJA??? 😭

SIAPA NIH DIA???

Melihat itu aku jadi pengen nelen HP. "Kayyisa, selamat. Lo jadi trending topic," bisik Lila, temen sebangku aku, dia bilang begitu sambil nyengir. Tidak tahu kalau aku disini sudah mengecil menjadi kerdil.

"Gue pengen pindah planet aja deh," sahut Aku lemes. Aku mencoba mengalihkan pikiran, menarik diri pada meja dan menundukkan kepala dengan bolpoin yang kupegang erat

Aku nulis di buku:

Yisa's Law No.4: Jangan pernah pura-pura pacaran sama cowok yang punya fans club garis keras dan koneksi gosip se-Indonesia Raya.

Ada tiga hal yang kupelajari setelah menandatangani kontrak sinting itu dengan Cakra Adinata: Cowok itu beneran niat.

Aku beneran kayak orang bego karena ngiyain, tanpa mikir. Dan dunia beneran hobi banget ngelucu di waktu yang paling salah.

Rencana awalnya simpel: pura-pura pacaran lowkey.

Artinya: gak ada gandengan tangan di depan umum, gak ada tatapan romantis ala drama, dan gak ada panggilan sayang kecuali darurat

Tapi entah kenapa, lowkey versi Cakra ternyata beda definisi sama lowkey versi manusia normal.

Dia ingin aku terlihat nyaman ketika bersamanya didepan umum, tidak terlihat canggung supaya orang lain tidak curiga? Ini mirip seperti, lebih ke siasat orang yang memang ingin mencari sensasi saja dengan memulai panggung teater bagaimana seorang cowok misterius mempunyai pacar tiba-tiba!

Waktu Istirahat siang. Aku coba keluar kelas dengan biasa, duduk di kantin dengan meja yang baru kosong ditinggalkan anak kelas sepuluh. Tidak perduli dengan celotehan dan tatapan mata yang mulai tertuju, aku berpura-pura fokus sama nasi goreng. Tapi HP-ku getar lagi.

📩 [Cakra A.]

Lo makan?

📨Enggak, ini gue lagi main catur di atas meja kantin.

📩 [Cakra A.]

Lucu. Tapi lo abisin makannya ya. Barista gak boleh lemah banyakin makan sayurnya aja.

📨Ngatur banget sih. Lo siapa, coach gizi?

📩 [Cakra A.]

Pacar lowkey.

Aku tersedak air mineral.

Rani langsung panik. “Astaga, Kay, lo kenapa?”

“Gak apa-apa,” jawabku cepat. “Cuma kaget sama... harga nasi gorengnya.” Padahal yang bikin kaget tuh, satu kata pacar.

Cowok itu nulisnya santai, tapi buatku itu kayak bom kecil di dada. Aneh. Lebih aneh lagi dimana mbak Tami penjual salad buah dikantin, datang dengan bawain satu salad, disusul dengan kedatangan menu kantin lainnya dimeja aku mengernyit heran, pesanan siapa ini?

Sedang-kan Rani sudah panik dan bertanya kesalah satu penjual. “Kak ini kita nggak pesen makanannya, kenapa ditaruh dimeja ini?”

“Nggak tau, kayaknya kita harus pindah meja deh Ran.“ ujarku dengan siap menutup botol air mineral. “Gawat kalau tiba-tiba kita yang disuruh ngeluarin duit semua makanan ini.”

“Nggak usah, ini ada yang pesen anak cowok katanya traktiran buat seminggu.”

📩 [Cakra A.]

Makan yang banyak

Rani yang masih merasa bingung mengernyit matanya menyapu seluruh penjuru kantin. Dan terkekeh kecil berbisik di telingaku pelan. “Dari pacar lo bukan?”

Aku narik napas dalam-dalam. "Ran, kalo lo sayang nyawa, jangan dibahas."

"Santai, gue nggak bahas kok... cuma liat ini." Dia nyodorin HP-nya: Fotoku dan Cakra di depan mobil pagi tadi. Angle-nya miring, blur, tapi caption-nya udah:

'Terungkap! Inikah Pacar Baru Cakra Adinata? Siapakah Sosok Misterius Ini?'

Aku hampir pingsan di tempat. "Gue baru sehari pura-pura, tapi gosipnya udah level Lambe Turah."

"Tenang, Kay. Lo tinggal sabar sampe dunia terbiasa."

"Ran, dunia nggak bakal terbiasa ngeliat gue di samping cowok seharga rumah mewah."

Rani ngakak, sementara gue cuma bisa ngelus dada dan nyeruput es teh manis yang sudah terasa pahit. Aku sedikit kurang suka dengan perkataan itu namun, sepertinya satu Minggu kedepan aku akan mukbang di jam istirahat yang sayangnya sebentar. Semuanya makanan enak, tapi waktunya tidak cukup.

“Mentang-mentang orang kaya ye die.” gerutu Rani sedikit terkikik lalu melanjutkan. “Diteras si Cakra terus lirik kesini anjir, apa setelah ini traktirannya dianggap hutang?”

Hari baru, drama baru. Dan mungkin, kesepakatan paling sinting dalam hidup aku baru aja berubah jadi reality show tanpa bayaran. Percayalah, ini menjadi tidak normal. Aku bahkan tidak berani menoleh kearah yang Rani tunjuk.

✨Bersambung ....

1
Yohana
Gila seru abis!
∠?oq╄uetry┆
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Biasaaja_kata: Makasih banyak ya! 😍 Senang banget masih ada yang nungguin kelanjutannya. Lagi aku garap nih, semoga gak kalah seru dari sebelumnya 💪✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!