NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3.

Sean's Pov.

Kalau bukan karena mom yang terus mendesak ku untuk bersedia dijodohkan dengan gadis yang sama sekali tidak kukenal, dan akan membatalkan niatnya jika aku berhasil membawa pacarku ke acara pernikahan kak Rafael, mungkin aku tidak akan datang bersama sekretaris ku.  Aku tidak punya pilihan lain selain mengajak Fany, karena hanya Fany yang terlintas di pikiranku seharian ini. Tidak mungkin juga aku membawa salah satu wanita malam yang silih berganti mendatangiku meskipun mereka akan dengan senang hati menerimanya.  Aku tidak ingin di pecat dari daftar keluarga Aldiano, tidak ingin. Sama sekali tidak ingin. Jadi, biarlah aku mengajak Fany bersamaku. Lagipula dia adalah sekretaris ku dan cukup bisa ku andalkan dalam segala pekerjaan. Kuharap mom tidak akan  menuntut ku untuk menerima perjodohan itu setelah melihat kehadiranku bersama Fany.

Aku sengaja tidak memberitahu tentang hari ini pada Fany jauh - jauh hari, karena aku tidak yakin jika Fany akan bersedia pergi denganku jika tidak kupaksa seperti saat ini.

Aku sengaja membawa Fany ke salon langganan mom untuk mandi dan mengganti penampilan Fany yang tidak mengikuti trend jaman sekarang ini, tapi berkat sentuhan tangan orang-orang salon, Fany yang berpenampilan biasa-biasa saja menjadi seperti seorang putri raja yang pasti akan dikagumi banyak pria di luar sana. Bahkan aku tidak percaya dengan perubahannya saat ini. Entah salonnya yang terlalu pandai, ataukah Fany yang memang sebenarnya sudah cantik. Gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Lebih cantik dan anggun.

"Sudah selesai, tuan. Apa tuan menyukai hasilnya?" Tanya pegawai salon mengagetkan ku dari lamunanku mengagumi kecantikanmu Fany saat ini.

"Ya, saya suka. Terimakasih! Pekerjaan kalian bagus." Ucapku memuji hasil kerja mereka.

"Terimakasih kembali, tuan. Senang anda puas dengan hasilnya." Ucapnya lagi.

Sementara Fany tampak berdiri malu-malu di depanku.

"Baiklah, kami permisi!  Sekali lagi terimakasih!" Ucapku lagi. Mereka mengangguk dan mengantar kami sampai ke depan pintu.

Sedari tadi Fany hanya diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan hal itu tidak bagus jika mom sampai melihatnya, Fany tidak boleh terlihat seperti sedang berfikir keras saat sedang bersamaku di acara seperti itu. Atau mom akan mengira bahwa aku memaksa Fany pergi bersamaku.

"Ada apa?" Tanyaku pelan, berusaha bersikap lembut meskipun aku tidak pernah melakukannya pada semua wanitaku selama ini.

"Apa semua ini tidak terlalu berlebihan?  Anda bisa mengantarku pulang dan berganti pakaian sendiri." Ucapnya pelan.

"Tidak. Anggap saja semua ini adalah hadiah dariku karna kau sudah bersedia pergi denganku." Kataku. "Dan satu lagi, jangan bersikap formal padaku di luar jam kerja." Imbuhku.

"Baiklah, pak!" Ucapnya yang langsung mendapat tatapan peringatan dariku. "Ba-baik, Sean." Ucapnya mengkoreksi.

"Bagus." Ucapku.

Keheningan kembali melanda. Tapi, tidak apa-apa.  Aku lebih suka gadis pendiam daripada gadis cerewet yang banyak bicara. Tapi, bukan berarti aku mengatakan bahwa aku menyukai sekretarisku, aku hanya menyukai sikap dan juga wajah cantiknya. Hanya suka, ingat itu!

..........

Tidak kusangka, Fany akan semenarik itu di mata orang-orang di dalam gedung pernikahan sepupuku. Bagaimana mungkin dalam sekejab, Fany mampu menarik perhatian banyak orang, tidak hanya dari kaum pria, tapi juga wanita. Setiap pergerakan Fany menimbulkan Efek kagum dari beberapa wanita. Ada juga yang sampai ingin berfoto dengannya. Bahkan ada juga yang menyangka Fany sebagai artis papan atas yang kini sedang bersinar.

"Sean,  kau harus jelaskan siapa gadis di sampingmu itu!" Ujar seorang gadis yang aku sendiri tidak mengenalinya. Kenapa tiba-tiba gadis itu mengintrogasiku seperti ini?  Jika kuperhatikan, gadis itu memiliki tubuh yang seksi. Ditambah lagi dengan pakaian super minim yang menampakkan sebagian payudaranya yang menyembul ke atas, tentu saja penampilannya kini bisa mengundang hasrat seksual kaum pria yang melihatnya.

"Dia pacarku." Jawabku datar.

"Apa?  Tidak mungkin Sean. Keluargamu sudah menjodohkan kamu sama aku." Ujar gadis itu, aku tahu apa yang menjadi reaksi Fany saat ini. Pasti dia terkejut dan menyesal telah berada di dalam situasi seperti ini sekarang.

"Kau bisa bicarakan ulang hal ini dengan mom dan dad." Jawabku acuh,  menggandeng lengan Fany yang hanya menuruti keinginanku. Gadis ini akan terus menuruti apa perintahku meskipun kutahu, ia tidak menyukainya.

"Sean,  wah wah lihat, siapa gadis cantik ini?" Tanya Mom yang kini tengah menatap Fany dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ini pacarku, mom. Namanya Fany, Naura Fanya." Jawabku memperkenalkan.

"Nama yang cantik seperti orangnya." Puji mom. "Kemari sayang!  Aku mom Sean. Kamu sangat anggun dengan gaun cantik ini.  Apa Sean yang memilihkannya untukmu?" Tanya mom pada Fany yang memasang senyum ramah di hadapan semua keluargaku yang kini tengah berkumpul. Termasuk kedua kakak kembarku dan istri-istri mereka.

"Terimakasih Tante, pilihan gaun Sean memang sangat bagus." Jawab Fany memuji.

"No, panggil aku mom. Sama seperti Sean memanggil mom! " Ucap mom.

"Ba-baik,  mom." Ucap Fany.

"Ayo, mom kenalkan pada semua anggota keluarga mom. Walau bagaimana pun kamu juga akan menjadi anggota keluarga kami." Ujar mommy menggiring Fany menjauhiku.

Dasar mommy.

Tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan saat ini. Tapi, Fany begitu mudah akrab dengan mom dan saudara-saudaraku. Ini tidak terlalu bagus. Bagaimana jika mereka benar-benar menyangka bahwa Fany adalah pacarku? Dan yang lebih buruk lagi kebohongan ini  bisa saja terbongkar jika suatu hari mereka bertemu dengan Fany dengan pacarnya. Sial, kenapa aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya?

"Ehm, mom. Sudah cukup!  Ini sudah malam. Waktunya kami pulang.  Fany juga harus istirahat." Ucapku memecah keseruan mereka. Mom tampak memperhatikan jam tangan yang terpasang di lengan dad, kemudian ia tersenyum pada gadis yang dianggapnya sebagai calon menantunya itu.

"Benar, karena terlalu asik mengobrol, mom jadi lupa waktu.  Sebaiknya kalian pulang duluan dan cepat istirahat. Tidur larut malam tidak baik untuk kesehatanmu, terimakasih sudah mau datang ke acara keluarga kami. Mom tunggu kamu di rumah kami, ajak Sean untuk mengunjungi kami juga!" Ucap mom panjang lebar. Fany hanya mampu mengangguk menjawab sekian banyak kata-kata dari mom yang kuakui cukup cerewet dalam segala urusan. Dan yang membuatku heran adalah, tumben mom tidak memprotes gadis yang kubawa hari ini?

"Ya sudah, kalau begitu, kami pamit permisi mom, dad, dan kakak-kakakku! " Ucapku segera menggamit lengan Fany kemudian menggiring gadis itu keluar dari gedung resepsi pernikahan sepupuku.

"Ah,  lega." Ujarku, seakan baru saja melewati tantangan besar dalam hidupku. "Apa yang kalian bicarakan tadi?" Tanyaku pada Fany yang sibuk memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

"Tidak ada.  Ibumu hanya memperkenalkanku pada keluargamu saja." Jawabnya.

"Tidak ada yang lain?" Tanyaku, entah mengapa aku jadi tertarik mendengar  mereka bicarakan tentang diriku.

"Kau memiliki cinta pertama, dan dia meninggalkanmu." Jawabnya. Kenapa mereka menceritakan hal itu juga?  Ok, ini bukan salahnya, tapi tetap saja apa yang kurasakan saat itu, tidak boleh diketahui oleh orang lain, apa lagi dia bukan dari bagian hidupku.

"Ok, aku akan mengantarmu pulang sekarang." Ucapku datar dan mulai mengemudi meninggalkan gedung resepsi sepupuku. Ini sudah cukup malam, aku akan memaklumi jika besok, Fany tidak pergi bekerja, ini karena aku juga yang secara tidak langsung telah menculik dan memaksanya pergi denganku.

.....

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!