NovelToon NovelToon
Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kaya Raya / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aluna, seorang pekerja kantoran, punya satu obsesi: Grand Duke Riven Orkamor, antagonis tampan dari game otome yang seharusnya mati di semua rute. Baginya, menyelamatkan Riven adalah mimpi yang mustahil.

​Hingga sebuah truk membuatnya terbangun sebagai Luna Velmiran — putri bangsawan kaya raya yang manja dan licik, salah satu karakter dalam game tersebut.

​Kini, Riven bukan lagi karakter 2D. Ia nyata, dingin, dan berjalan lurus menuju takdirnya yang tragis. Berbekal pengetahuan sebagai pemain veteran dan sumber daya tak terbatas milik Luna, Aluna memulai misinya. Ia akan menggoda, merayu, dan melakukan apa pun untuk merebut hati sang Grand Duke dan mengubah akhir ceritanya.

​Namun, mencairkan hati seorang antagonis yang waspada tidaklah mudah. Salah langkah bisa berarti akhir bagi mereka berdua. Mampukah seorang fangirl mengubah nasib pria yang ia dambakan, ataukah ia hanya akan menjadi korban tambahan dalam pemberontakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 : Tim Sisa

Dengan Riven yang kini secara resmi menjadi bagian dari tim, Luna memimpin formasinya yang aneh menuju Dekan Oldyang yang sedang mengawasi — bermalas-malasan di podium darurat.

Dekan menatap mereka dengan senyum geli. "Oh, lihat siapa ini. Putri Velmiran yang menolak semua orang, Grand Duke Orkamor yang sejak awal tidak tertarik pada kompetisi, pemuda Brunegard yang suka bermain ksatria-ksatriaan, dan temannya yang ceroboh. Aku kira kalian tidak akan bisa membentuk tim. Kalian ini... tim sisa, ya?"

Haris tampak tersinggung, urat di lehernya menegang. "Pak Kepala, kami—"

"Sikap yang tenang dan tidak terburu-buru, perencanaan yang matang, dan tim yang seimbang. Bukankah hal tersebut juga dinilai di tahap kedua ini?" sela Luna dengan tenang, senyum tipis tersembunyi di balik kipasnya.

Dekan tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Putri manja kata mereka? Velmiran pada akhirnya tetap Velmiran. Bagus sekali! Kepercayaan diri seperti itu yang kusuka!"

Ia menjentikkan jarinya, dan empat Gelang Penghitung Skor melayang ke pergelangan tangan mereka. "Kau benar soal yang barusan, tetapi itu hanya nilai tambahan, nilai utamanya tetap dari berburuan monster. Kalian harus cepat, kalian sudah terlambat 30 menit. Waktu ujian hanya tersisa dua setengah jam lagi. Jika kalian tidak segera bergerak, kalian bahkan tidak akan mendapatkan skor sama sekali."

​Urgensi itu membuat Haris dan Theo tegang. Setelah mereka resmi terdaftar, Haris langsung bertanya pada Luna, "Perintah Anda, Tuan Putri? Ke arah mana kita akan pergi?"

​Luna menatap ke arah gerbang labirin yang sudah menelan ratusan siswa. "Kita tidak akan mengikuti keramaian," katanya. "Kita akan mengambil jalan yang berlawanan dari jejak sihir api Darius Orphan. Jalan yang dilaluinya akan hangus dan hancur, kita tidak akan menemukan apapun jika mengikuti jalurnya!"

​Sebelum Haris atau Theo sempat mempertanyakan bagaimana cara melihat jejak itu, Riven melangkah maju ke tengah-tengah mereka. "Keputusan yang bagus," gumamnya.

​Ia berlutut dan menyentuh tanah. Udara di sekitar mereka langsung menjadi dingin. Embun beku mulai merambat di rumput, dan air dari dalam tanah merembes keluar, menggenangi sepatu mereka. Dalam sekejap, air itu membeku. Sebuah pilar es yang kokoh dan transparan mendorong mereka ke atas, mengangkat mereka tinggi di atas padang rumput.

​Dari atas pilar es itu, pemandangan menjadi jelas. Jauh di kejauhan ke arah barat, terlihat jejak hangus dan percikan api samar di pepohonan — jejak sihir api Darius yang ganas.

​"Bingo," batin Luna. "Darius pergi sendirian ke barat. Itu artinya, Iselyn memilih rute Alther Miraglen. Dan Harta karun eksklusif di rute Darius... sekarang menjadi milikku! Mampus kau monyet api, hahaha! Dia pasti sedang mengamuk karena tidak dipilih oleh Iselyn!"

​"Kita ke timur!" perintah Luna dengan suara tegas.

​Pilar es itu kembali mencair menjadi genangan air dan mereka mendarat dengan aman. Air yang membasahi itu kemudian pupus menjadi uap yang berbau mint dan kertas tua.

Tanpa membuang waktu, mereka berlari ke arah timur. Theo menggumamkan mantra, setelah mantranya selesai, Luna bisa merasakan kakinya menjadi lebih ringan.

"Apa itu? Yang dia lakukan cuman menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, tetapi aku merasa kakiku menjadi sangat ringan." Iselyn juga support healer, tetapi Iselyn yang Aluna mainkan tidak pernah mengucapkan mantra seperti itu. Darius dan Riven pun tidak.

Mereka akhirnya menemukan area yang belum terjamah oleh siswa lain. Namun, jalan mereka terhalang oleh padang ilalang yang sangat tinggi dan lebat, seperti dinding tanaman raksasa.

"Ini... kita harus melewati ini?" tanya Theo, tampak gentar. Tidak ada yang tahu ada apa di dalam sana.

"Haris," perintah Luna singkat.

Haris mengeluarkan pedang besarnya dengan pose dramatis. "Baik, Putri! Ksatria terhormatmu ini akan buka jalan suci untuk Anda!"

"Jalan... apa? Apa Haris Brunegard memang sekaku dan delusional seperti ini? Ah... benar juga, dia memalsukan usianya, kan? 15 tahun? 16 tahun? Aku lupa... Sial, dia rupanya bocah puber," batin Luna.

Haris mulai menebas ilalang dengan kekuatan luar biasa KLANG! Pedangnya membentur sesuatu yang keras. Mereka menemukan sebuah penutup saluran air dari batu yang tersembunyi.

"Saluran air?" kata Haris dengan jijik. "Kita harus masuk ke sana?"

Ksatria terhormat yang menempuh jalan seorang Pahlawan tidak masuk ke dalam gorong-gorong.

"Harta karun tidak menunggu di tempat yang nyaman," balas Luna, menatap tajam ke arah Haris. "Ayo bergerak."

"Ini dia! Pintu masuk menuju harta karun!"

Mereka membuka penutup batu yang berat itu, menampakkan kegelapan yang lembap dan berbau tidak sedap. Haris langsung turun tanpa ragu. Luna mengikutinya dengan tenang.

Theo ragu-ragu di atas, tetapi Riven segera menggendongnya dan meloncat turun. Suara teriakan Theo melengking dan bergema.

"Gelap sekali di sini," keluh Theo. Dia mulai bergumam.

"Biar aku," sela Luna sebelum Theo sempat merapal mantra. Ia menyentuh salah satu permata di gelangnya. Sebuah bola cahaya muncul dan melayang di atas mereka.

"Tuan Putri memang bisa diandalkan!" Haris menyanjung.

"Jangan buang tenagamu untuk hal sepele," kata Luna. "Fokus pada mantra pendukung."

"Ba-baik!"

Riven mendekat. "Apa itu Luxury Stone?" Dia bertanya sembari menunjuk ke arah gelang permata Luna. "Su-suamiku ngajak ngobrol duluan!? Kyah! Seneng banget!"

"Anda benar, ini Luxury Stone. Ini item sihir praktis yang berisi banyak sihir sehari-hari yang berguna," jelas Luna. Jantungnya masih berdegup kencang.

Tiba-tiba, dari kegelapan, sekelompok tikus raksasa menyerbu.

"Haris, jaga depan! Theo, tetap di belakang!" komando Luna. "Grand Duke, tolong sisi kiri!"

"Serahkan padaku!" teriak Haris, pedang besarnya langsung menebas dua tikus sekaligus. Riven tidak menjawab, tapi beberapa tombak es melesat dari sisinya, membekukan tikus-tikus yang mencoba menyelinap.

Pemandangan di depan mereka sungguh kontras. Di satu sisi, ada hasil tebasan brutal Haris yang meninggalkan kekacauan berdarah. Di sisi lain, ada karya seni Riven — tikus-tikus yang menjadi patung es mengerikan, membeku abadi tanpa setetes darah pun yang tumpah.

​Luna secara refleks mengangkat kipasnya hingga menutupi separuh wajahnya, hanya matanya yang sedikit melebar yang terlihat. Bahunya sedikit bergetar, sebuah reaksi klasik seorang nona bangsawan yang terkejut melihat pertumpahan darah.

​"Gila, sadis juga si Haris! Bukannya dia ksatria murni atau apalah itu? Euh... organ tikusnya sampai muncrat gitu! Seingatku di game monster-monsternya cuman kayak pingsan doang," batin Luna.

Matanya kemudian melirik ke arah Riven. "Sementara itu, My suami membunuh dengan sangat estetik. Keren! Bersih, efisien, dan dingin. Benar-benar tipeku!"

​Melihat reaksi Luna, Haris langsung panik. "Tuan Putri! Anda tidak apa-apa? Maafkan saya! Pemandangan barbar ini pasti mengganggu mata Anda!"

1
aku
TIDAK. mak jlebb 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!