Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendatangi Club.
Keesokan harinya Gracia kembali bekerja seperti biasa, sebagai OG (Office Girl) di perusahaan Handoyo Group, perusahaan di mana Gilang menduduki posisi sebagai CEO. Akhir-akhir ini Gilang lebih fokus di perusahaan Handoyo Group, dan untuk perusahaannya game yang didirikannya dengan jerih payah sendiri tetap berjalan dan dikendalikan oleh Gilang dengan dibantu oleh asisten Tiko tentunya, asisten pribadi yang selalu bisa diandalkan dalam berbagai macam situasi dan kondisi.
"Gra, apa benar kamu sudah tidak tinggal di rumah itu lagi?." Ola memutuskan menemui Gra pada saat jam istirahat, untuk menanyakan tentang kebenarannya.
Dengan pandangan tertunduk, Gra mengangguk pelan.
"Lalu, kamu tinggal di mana sekarang? Kemarin mas Rafa datang ke kontrakan aku, menanyakan alamat tempat tinggal kamu. Mas Rafa berpikir aku mengetahui alamat tempat tinggal kamu yang baru, padahal aku pun baru tahu kalau kamu sudah tidak tinggal di rumah itu darinya kemarin."
"Sebenarnya kamu tinggal di mana sekarang Gra? Dan apa yang terjadi pada hubunganmu dan mas Rafa, Apa kalian bertengkar? Karena mas Rafa bilang kamu memblokir nomor kontaknya."
"Ceritanya panjang La, nanti akan aku ceritakan." balas Gracia dan Ola mengangguk mengiyakan.
Obrolan di antara Gra dan Ola berakhir ketika menyadari kedatangan dari salah seorang rekan kerja mereka.
"Gra...Ola....aku ingin menyampaikan pada kalian kalau malam nanti Winda akan mentraktir kita semua, katanya sih mau merayakan hari ulang tahunnya." Kata salah seorang rekan sesama OG tersebut kepada Ola dan juga Gracia. Sedangkan Winda sendiri adalah salah satu gadis yang juga bekerja sebagai OG di perusahaan tersebut.
"Pesan Winda, jangan sampai nggak datang ya...."
Setelahnya, gadis yang usianya hampir sebaya dengan Gra tersebut pun pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan area lobby.
"Kayaknya aku nggak bisa ikutan deh, La." Gilang pasti tidak akan mengizinkan ia pergi ke acara begituan, maka sebaiknya tidak perlu bergabung agar terhindar dari kemarahan Gilang, begitu putus Gracia.
"Apa salahnya datang Gra, anggap saja menghargai ajakan teman kerja. Takutnya kalau kita nggak datang malah di sangka sombong lagi, mana kita pegawai baru di sini." Ola yang paling enggak enakan mencoba merayu Gracia agar bersedia datang ke acara tersebut.
Di satu sisi Gracia takut pergi tanpa izin dari Gilang, tapi di sisi lain Gracia juga membenarkan perkataan Ola. Tidak enak jika diundang kemudian sengaja tidak datang.
"Baiklah." setelah berpikir cukup lama akhirnya Gra bersedia datang.
Waktu terus bergulir, cahaya matahari pun telah tergantikan oleh sinar rembulan. Gra yang sengaja tidak pulang ke apartemen lebih dulu, sengaja menunggu di kontrakan Ola sebelum berangkat ke alamat cafe yang diberikan oleh rekannya siang tadi. Gra sengaja menonaktifkan ponselnya agar Gilang tidak bisa melacak keberadaannya. Bukan apa-apa, kalau sampai Gilang melacak keberadaannya melalui GPS ponselnya, tidak menutup kemungkinan pria itu akan menyeretnya pulang dengan kasar, begitu ketakutan yang menghantui perasaan Gracia saat ini. Kalau sudah di apartemen nanti, biarlah Gilang menghukumnya yang penting tidak sampai terlihat oleh orang lain jika ia disiksa sekalipun oleh pria itu, begitu pikir Gracia.
"Mana cafenya?." Tanya Gra, karena faktanya tidak ada cafe di alamat yang diberikan oleh rekannya tadi, yang ada hanyalah sebuah bangunan club malam.
"Apa kamu nggak salah, Ola?." imbuh Gracia. bisa jadi Ola salah bukan.
"Enggak salah Gra, share location nya sudah benar, alamatnya menunjukkan area sini." jawab Ola seraya turun dari motor Gracia, sedangkan Gra masih stay di atas motornya.
"Kalau begini mending kita pulang saja, Ola! Aku belum pernah datang ke tempat seperti ini." Gracia jadi ngeri sendiri membayangkan seperti apa suasana di dalam bangunan tersebut, pasti banyak orang ma-buk di dalam sana. Gra berpikir demikian karena Yogi sering pergi ke tempat seperti itu dan ketika kembali ke rumah Yogi pasti mabuk berat.
Ola pun setuju untuk segera berlalu meninggalkan tempat itu. Namun baru saja Ola hendak naik kembali ke motor Gracia, terdengar suara Winda dari arah belakang mereka.
"Kalian mau ke mana? Ayo masuk!." Winda mematikan mesin motor Gracia dan mengambil kuncinya, hingga mau tak mau Ola dan Gracia mendorong motornya masuk ke area parkiran club, setelah melewati drama panjang dengan Winda.
"Kalian tenang saja, kita di sini hanya untuk menghibur diri, menikmati irama musik, bukannya mau ma-buk-mabu-kan. itukan yang kalian takutkan? Sudahlah....kalian jangan takut, itu tidak akan terjadi karena kita tidak akan melakukannya." Kata Winda berusaha meyakinkan Gracia dan Juga Ola, hingga pada akhirnya dengan berat hati Gracia dan Ola mengayunkan langkah memasuki club malam tersebut.
Kedatangan mereka di sambut dengan suara dentuman musik yang memekakkan telinga. Sungguh, Gra ingin segera pergi dari tempat itu, tapi kunci motornya ada bersama Winda.
"Kalau mas Gilang tahu aku pergi ke tempat beginian, bisa di peng-gal aku." batin Gracia semakin gelisah.
Di saat Gracia sedang berusaha meminta Winda untuk mengembalikan kunci motornya, di apartemen Gilang sedang gelisah karena Gra tak kunjung kembali. Yang semakin membuat Gilang gelisah dan juga cemas karena ponsel Gra tidak dapat dihubungi.
"Kemana Gracia, kenapa jam segini dia belum pulang juga?." Gilang nampak mondar-mandir di depan pintu apartemen, berharap pintu itu segera terbuka dan Gracia muncul dari baliknya. Tapi, hingga pukul sepuluh malam Gra tetap tak kunjung kembali.
"Sepertinya kamu sudah bosan bekerja, Gracia Kanaya." Gilang mengoceh demi menekan perasaan cemas dan gelisah di dalam hatinya.
Dret.....dret.....dret......
Tiba-tiba ponsel digenggaman tangan Gilang bergetar. Gegas pria itu melihat siapa yang melakukan panggilan. Dan benar saja, nomor kontak Gracia yang sedang melakukan panggilan.
"Kamu di mana seka_." Gilang tidak menuntaskan kalimatnya saat mendengar suara diseberang sana bukanlah suara Gracia, melainkan suara orang lain.
"Maaf mas, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saat ini Gracia sedang mabuk. Tadi secara_."
"Share location! Saya ke sana sekarang!." potong Gilang sehingga seseorang yang ada di seberang telepon tak sempat menuntaskan kalimatnya.
Gilang beranjak ke kamar untuk mengambil kunci mobilnya dan tanpa membuang waktu pria itu segera berlalu ke alamat yang baru saja di kirimkan dari nomor kontak Gracia.
Gilang mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata sehingga dalam kurun waktu dua puluh menit mobil pria itu telah tiba di lokasi tujuan. Dari balik kaca mobil, Gilang dapat menyaksikan Gracia yang berjalan sempoyongan di papah oleh seorang gadis yang diketahui Gilang sebagai sahabat baik Gracia, dan kebetulan gadis itu juga bekerja sebagai OG di perusahaan ayahnya. Gegas Gilang turun dari mobil.
Ola yang menyadari keberadaan CEO di perusahaan tempatnya bekerja tersebut tentu saja kaget setengah mati, apalagi setelah mengetahui ternyata seseorang yang berbicara dengannya ditelepon tadi adalah tuan Gilang Wardana. Tadinya Ola berpikir nomor kontak tersebut adalah nomor kontak Rafa, mengingat nomor kontak itu tersimpan dengan nama My Love. Tentunya itu merupakan kerjaan Gilang yang menyimpan nomor kontaknya dengan menamainya my love di ponsel Gracia.
biar si Yogi dan Mak nya menderita jadi gembel lagi
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆