Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Mansion Keluarga Liu
Sejak kepergian Cat yang tanpa kabar, suasana mansion keluarga Liu berubah muram. Wajah Liu Zhen tegang, Fanny terus menggerutu, sementara Flora menyimpan rasa iri yang bercampur kepuasan kecil melihat masalah itu terjadi. Namun satu hal jelas: mereka kini harus mengumpulkan kembali seluruh mas kawin yang sudah dipakai.
Charles tiba dengan langkah tegas, diikuti beberapa anggota. Tatapannya dingin, membawa aura tekanan yang membuat pembantu hingga keluarga Liu sendiri tak berani banyak bicara.
"Tuan, semua yang kami gunakan sudah kami kumpulkan kembali," kata Liu Zhen dengan suara berat. Wajahnya memerah, menahan rasa malu dan amarah yang bercampur.
Flora melirik Charles, lalu dengan nada licik ia menambahkan, "Cat yang melakukan kesalahan, kenapa kalian tidak mencarinya dan meminta dia tanggung jawab? Dia sudah mempermalukan Tuan Zhang." Kata-kata itu terdengar seakan menyudutkan Cat, tapi sebenarnya Flora ingin membakar emosi Maximilian melalui utusannya.
Charles menatapnya dingin. "Masalah ini adalah urusan kami. Mas kawin kami bawa." Tanpa basa-basi, ia memberi perintah kepada anggotanya. Mereka segera mengangkat peti-peti berisi emas, perhiasan, dan barang berharga lain yang dikembalikan dengan terpaksa.
"Tuan Shu, apakah masih belum ada informasi tentang Cat?" tanya Liu Zhen, berharap ada sedikit kabar.
Charles tidak menjawab. Ia hanya menatap sebentar, lalu berbalik dan pergi dengan langkah berat.
"Keterlaluan!" teriak Fanny dengan wajah merah padam. "Kalau bukan karena anak sialan itu, kita tidak akan menjual sebagian aset kita. Setelah menjebak kita, dia pergi begitu saja!"
Liu Zhen mengepalkan tinjunya, urat di lehernya menonjol. "Kalau aku menemukan dia, aku akan mematahkan kakinya!"
Flora tersenyum tipis, penuh kepuasan yang samar. "Kali ini dia telah menyinggung seorang mafia. Dengan anggotanya yang banyak, tidak mungkin dia bisa lolos. Kalau ditemukan, aku yakin dia akan disiksa."
"Apa pun yang terjadi padanya, aku tidak akan ikut campur," potong Liu Zhen dengan dingin. Kata-kata itu bagai vonis, menegaskan bahwa bagi mereka, Cat bukan lagi bagian dari keluarga.
Perusahaan Keluarga Zhang
Asap rokok mengepul tipis di ruang kerja Maximilian. Ia duduk di kursi kulit hitam besar, satu tangan memegang rokok, satu lagi menopang dagunya. Di hadapannya, mas kawin yang baru saja kembali memenuhi meja. Barang-barang berkilau itu tampak mewah, namun di mata Maximilian, semuanya hanyalah pengingat penghinaan yang ia terima.
Matanya menyipit, penuh ketidakpuasan. Asap rokok perlahan menyelimuti wajahnya yang tampak keras dan penuh dendam.
"Bos, semuanya lengkap. Mereka bahkan harus menjual sebagian properti untuk mengumpulkan kembali apa yang sudah mereka gunakan sebelumnya," kata Charles dengan nada tenang, namun penuh rasa hormat.
Maximilian menghembuskan asap rokoknya dengan kasar. "Gadis itu... sengaja menjebak keluarganya agar aku membalas mereka. Dia menggunakan aku sebagai alat balas dendam." Suaranya rendah, namun penuh kemarahan yang terpendam.
Charles menunduk sedikit, lalu berkata, "Bos, keluarga Liu memang terkenal dengan keserakahannya. Saat mas kawin diantar ke sana, mereka langsung tergiur. Mungkin saja Nona Cat sengaja membuat mereka bangkrut. Kondisi keuangan mereka saat ini sangat kritis."
Maximilian mengetukkan jarinya ke meja, tatapannya tajam menusuk ke arah barang-barang di depannya. "Belum ada informasi tentang dia?"
"Belum, Bos," jawab Charles singkat, menahan napas melihat aura sang penguasa yang semakin menekan.
Rahang Maximilian mengeras. Ia berdiri, lalu menatap keluar jendela besar kantornya, menyaksikan gemerlap lampu kota Guang Zhou yang kini terasa seperti medan perang baginya.
"Cari seluruh kota Guang Zhou dan tempat-tempat yang pernah dia tinggali dulu. Harus menemukan dia." Suaranya tegas, bergema dalam ruangan. "Dan sebarkan fotonya ke media. Aku ingin wajahnya muncul di semua surat kabar, televisi, dan layar iklan. Jadikan berita utama selama dua bulan!"
Charles menunduk, wajahnya serius. "Baik, Bos."
Maximilian menghisap rokoknya sekali lagi, lalu mematikan bara itu di asbak dengan tekanan kuat. Di matanya hanya ada satu tujuan: menemukan Cat Liu, bagaimanapun caranya, meski seluruh kota harus diguncang.
Stasiun Kereta Api Bawah Tanah – Malam Hari
Kerumunan orang berlalu-lalang dengan wajah lelah setelah seharian bekerja. Suara roda kereta bergesekan dengan rel bergema, bercampur pengumuman stasiun yang monoton. Anggota-anggota Maximilian berpencar, menyebar di antara orang banyak dengan tatapan tajam, memperhatikan setiap penumpang yang duduk, berdiri, bahkan yang hanya lewat sebentar.
Mata mereka menyapu bangku panjang satu per satu. Beberapa penumpang mulai merasa resah, merasa diawasi. Namun tidak ada tanda-tanda gadis yang mereka cari.
Di saat itu, seorang gadis remaja dengan jaket longgar melintas santai. Ia mengunyah permen karet sambil memainkan rambutnya. Sekilas, ia tampak seperti siswi biasa yang pulang terlalu malam. Ia berjalan berpapasan dengan anggota Maximilian, lalu melangkah menuju toilet.
Setelah pintu terkunci rapat, gadis itu menghela napas panjang. Di depan cermin besar, ia perlahan menyibak tudung jaketnya. Senyum tipis muncul di wajah cantik yang tersembunyi di balik penyamaran.
“Cukup cantik,” bisiknya pada pantulan dirinya sendiri. Jemarinya menyentuh kulit wajah yang ia lapisi dengan tipis masker penyamaran buatan tangannya. “Wajah ini bisa mengelabui semua anggota Maximilian Zhang. Luar biasa. Maximilian… kau hanya mengenalku sebagai tabib, tapi satu hal yang tidak kau tahu tentangku—aku juga ahli menyamar.”
Ia tertawa kecil, ringan namun penuh kepuasan. “Kulit wajah palsu, potongan rambut berbeda, sikap yang berubah—lihat saja, semua anggotamu tidak ada yang mengenaliku, walau aku berdiri di depan mata mereka. Foto-fotoku sudah tersebar luas, aku bahkan jadi berita utama hanya dalam beberapa hari… tapi tetap saja tidak ada yang menyadari. Kau benar-benar mencariku sampai harus menggunakan media.”
Matanya berkilat penuh tekad. “Sepertinya aku harus menggunakan wajah ini dulu, sampai situasi reda. Lalu aku akan tinggalkan Guang Zhou. Maximilian, kau salah orang… kau ingin mempermainkanku, tapi aku bukan gadis yang bisa dipermainkan.”
Ia tersenyum puas, lalu menarik tudung jaketnya kembali. Dengan langkah mantap, ia membuka pintu toilet. Namun begitu keluar, langkahnya terhenti. Charles berdiri tepat di depannya, sorot matanya tajam penuh kecurigaan.
Cat berusaha tetap santai, menegakkan tubuhnya, menahan napas agar tidak goyah. “Mereka bahkan tidak melewatkan toilet wanita…” batinnya, jantungnya berdetak cepat.
Charles mempersempit matanya, menatap Cat dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Instingnya sebagai tangan kanan Maximilian tidak pernah salah—ada sesuatu yang aneh pada gadis ini.
“Nona,” ucapnya tegas, suaranya dingin menusuk. “Tunjukkan identitasmu!”
Suasana stasiun seakan membeku. Cat berdiri di sana, berpura-pura tenang, sementara dalam dirinya badai rasa was-was mulai bergolak.
Tidak tahu apakah ia bisa mengelabui Charles, anggota kepercayaan Maximilian?"
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni