Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengurai masalah
Kinara menghentikan kunyahannya, menatap Aldo. Ia bingung harus berkata apa, "Aku suka kamu seperti halnya perempuan yang menggemari mu," jawabnya santai." Hanya itu? Tidak ada perasaan berbeda? Yang lebih spesial?" Aldo bertubi-tubi bertanya, "Lalu kenapa kamu begitu peduli merawatku saat sakit? kenapa kamu sampai mau aku jadikan alat menolak tawaran-tawaran itu?" tanya Aldo lagi. "Tentu saja aku
harus menolong teman serumah, kalau ada apa-apa denganmu aku juga yang akan dinilai buruk tetangga. Soal yang lain, itu juga karena kamu paksa kan?" jawab Kinara cuek. 'Dia benar-benar tidak ada perasaan sedikit pun dengan ku?' Aldo tercengang mendengar jawaban Kinara. Dia sedikit kecewa.
"Baiklah aku akan bantu kamu menghadapi paman mu. Anggap saja aku sudah membayar utang budi ku." jawab Aldo dingin. Dia membawa piring makannya ke kamar dan meninggalkan Kinara begitu saja. 'Kenapa dia jadi marah?' batin Kinara. Ia makan malam dengan santai. Saat didalam Aldo meletakkan piring diatas meja samping ranjangnya. Ia jadi tak berselera, "Apa aku tidak begitu menarik? Atau dia yang terlalu insecure?" gumamnya. Aldo merogoh sakunya mengambil handphone dan menelpon Bastian. "Halo Bas, apa kamu bersama Sheila?" tanya Aldo "Aku sedang dirumah, kenapa memangnya?" Aldo menghela nafas, "Aku rasa Kinara benar -benar tidak tertarik padaku?" Bastian nampak bingung, "Dari mana kamu tahu?" tanyanya.
" Aku menanyakan maksud dia merawatku saat sakit dan mau membantuku menghindari tawaran kencan , apakah ada perasaan istimewa kepadaku? Dan dia bilang sudah seharusnya dia membantu, dia hanya suka selayaknya penggemar yang lain. Aku merasa perasaan ku bertepuk sebelah tangan." Bastian tertawa, "Aldo...Aldo..terus kamu mau menyerah begitu saja?bukannya kamu mau mendapatkannya. Sudah seharusnya kamu berjuang meluluhkan hatinya. Wajar dia bersikap seperti itu, sejak awal dia sudah insecure dengan dirinya sendiri pasti dia tak ingin berharap lebih punya hubungan spesial denganmu." Aldo tertegun. Ia baru tersadar perjuangannya membujuk Sheila supaya mau memberikan dia masukan. Kenapa dia tiba-tiba ingin menyerah hanya karena mendengar perkataan apa adanya dari Kinara?
" Baiklah aku mengerti," jawab Aldo. "Aldo, kamu bersikap saja seperti dirimu sendiri, biarkan rasa cintamu itu yang akan membantu menarik simpatinya. Tidak perlu terlalu effort, kalau aku lihat saat kamu makin effort dia akan semakin menjauh. Ya sudah aku tutup dulu, semoga lancar." Bastian menutup telponnya sambil terkekeh. Ini memang pengalaman pertama Aldo mengejar perempuan dengan sungguh-sungguh biasanya dia yang selalu dikejar-kejar.
Aldo berdiri membawa piringnya keluar dari kamar. Kinara yang masih makan dengan santai, terkejut melihat Aldo keluar lagi dari kamar dan makan di sampingnya. 'hmph..tidak jadi marah?' batin Kinara. "Ngomong -ngomong apa Tante mu belum menceritakan soal kita yang tinggal serumah ke mamamu? " Aldo mengangguk, "Sudah. mamaku terkejut tapi ga marah." Kinara tertegun, ' Apa mungkin keluarga nya menganggap itu hal biasa?' benaknya. "Apa tidak membahas soal Mita perempuan yang dibawa tantemu itu?" Aldo menatap Kinara, " Memangnya kenapa?" Kinara nampak Kikuk, "ya..siapa tahu mamamu membujuk kamu untuk menerima Mita" Aldo menyeringai, "apa kamu cemburu?" Kinara makin salah tingkah, "Bukan, siapa yang cemburu? Ya kalau memang benar, coba saja kamu ikut saran mamamu."
Aldo mendadak cemberut, "Kenapa harus begitu?" Kinara mengambil piring kotor dari depan Aldo. "Karena orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya," ujarnya sambil berlalu ke dapur. "Bagaimana kalau aku terima permintaan mamaku tapi hanya untuk percobaan 1 bulan. Kalau dia berhasil, aku pacaran dengannya seperti saranmu. Tapi kalau dia ga berhasil meluluhkan aku, kamu harus jadi pacarku." Kinara yang sedang membersihan meja didepan Aldo terdiam, "Tunggu kenapa aku yang jadi taruhannya?" Aldo meninggalkan Kinara ke kamarnya, padahal Kinara masih menunggu jawaban. Dengan kesal ia ke dapur menyuci peralatan makan yang kotor. Aldo tersenyum didalam kamar, dia berhasil menjebak Kinara. 'Tidak ada salahnya aku memaksa dia sedikit sembari membuktikan ketulusanku,' benaknya.
Kinara ke kamar karena handphonenya berdering. "Ya Bu," sapanya. "Kinara, Ibu sudah menelpon paman tua, paman tua bersedia menemuimu ke Jayra bersama Haris, Ibu minta alamatmu ya nanti Ibu kirimkan ke paman tua. Nanti biar paman tua menghubungimu lagi," minta Helen. "Bu, atau begini saja. Kirimkan nomer paman tua padaku. Biar aku coba bicarakan dulu melalui telpon. Siapa tahu paman bisa menerima penjelasan ku tanpa harus bertemu. Perjalanan ke Jayra lumayan jauh kasihan paman."
Kinara merasa tidak enak karena dia berniat menolak paman dan keponakannya Haris. Kalau sudah jauh-jauh ke sini akhirnya Pasti ditolak paman pasti akan marah dan tersinggung. "Baiklah nanti ibu kirim nomer pamanmu, ibu tutup dulu ya," ujar Helen. "Bu, jangan lupa sampaikan pada bapak untuk banyak istirahat dan tidak terlalu memikirkan itu." Helen mengerti dan menutup telponnya. "Kalau bisa dibujuk dulu sebelum bertemu jauh lebih baik, sebisa mungkin tidak melibatkan Aldo dulu, kecuali situasinya kepepet. Kalau paman tahu aku tinggal serumah dengan Aldo bisa jadi masalah baru untk bapak dan ibu," gumam Kinara.
Handphonenya berdering lagi, "Halo yu," sapanya. " Kinara, Arya baru saja menelponku dan menceritakan semuanya. Apa kamu marah denganku?" Kinara baru teringat soal Arya lagi. "Ga apa yu, aku pikir mungkin kamu ga mau bikin aku tambah pusing. Aku cuma masih memikirkan caranya membantu arya melepas dirinya dari ancaman Kamelia." Ayu bernafas lega, "Syukurlah, aku jadi ga enak sama kamu. Harusnya aku menyuruh Arya menghapus video itu saat pertama kali dia cerita. Aku benar-benar ga menyangka Kamelia tahu soal rekaman itu." Kinara menghela nafas, "Sudah ga apa Yu, semua sudah terjadi aku ga apa-apa kok. Aldo juga sudah berusaha semaksimal mungkin meredam beritanya," jelas Kinara.
"Jadi besok apa yang akan kamu lakukan?" Kinara diam nampak berpikir, "Aku akan bawa video ancaman Kamelia itu pada pak Lukman, biar nanti pak Lukman yang menemaniku ketemu pak Lucky. Aku tidak peduli apa yang akan dilakukan pak Lucky pada Kamelia, yang penting Arya aman tidak diganggu dan masih bisa bekerja di kantor. Selebihnya nanti aku sambil pikirkan lagi." Ayu merasa lebih baik, "Baiklah. Kalau kamu butuh aku atau Arya menemanimu bertemu pak Lukman besok aku siap, bilang saja ya." Ayu lalu mengakhiri telponnya. Kinara merebahkan tubuhnya diatas kasur. Pikirannya penuh sesak, ia lelah begitu lelah sampai tak mampu membuka laptop lagi. Ia akhirnya menarik selimut dan mencoba tidur. Berharap besok dapat solusi lain untuk masalah-masalah yang dihadapi nya saat ini.
Aldo membuka saluran pencarian di situs berita Jayra Utama. Ia mencari Kolom sidak sosial yang dikelola oleh Kinara, kolom berita ini selalu menarik perhatian Aldo. Itulah awal pertemuannya dengan Kinara. Saat Kinara ke lapangan untuk melakukan wawancara dan terjadi insiden kecil di pasar saat itu. Kinara pasang badan membela pedagang kecil yang diserang oleh tengkulak. Aldo yang saat itu juga sedang melakukan kunjungan untuk memberikan semangat pada para pengusaha muda di pasar melihat langsung bagaimana adu mulut antara Kinara dengan tengkulak itu. Ketegasan Kinara membela orang lemah membuat Aldo merasa tersentuh, itulah kenapa dia sangat senang saat tahu bahwa Kinara yang akan mewawancarai nya di kafe Whiz, ia berdandan rapi untuk memberikan kesan pertama yang baik saat bertemu langsung dengan Kinara. Bahkan saat Kinara menghubungi nya langsung untuk menjadwalkan wawancara lagi, Aldo tak pikir panjang untuk mengiyakan. Padahal biasanya dia sangat benci kelalaian sekecil apapun, tapi tidak masalah jika itu ada kaitannya dengan Kinara.
Aldo tersenyum dan merasa menang dengan ide spontannya tadi. Ia membuka aplikasi pesan,