Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DETIK-DETIK MENUJU PEDANG PORA
Umi, Eirene udah di apartement.
Hanya itu, so simple saja kabar darinya tanpa ada basa-basi semprul sampai ngabisin layar hape. Jadi, apa kegunaan layar hapenya yang seableg-ableg kalau cuma kasih kabar 5 kata saja. Gadis itu minta dikirim kuah yang lebih pedas dari kemarin sepertinya.
"Ini bocah minta umi bom apartement dia apa gimana? Umi kan bilang kasih tau pas mau pulang bukan pas udah pulang! Ray, kamu tau Eirene pulang dari rumah sakit?" tanya nya dengan tangan yang sibuk membuat teh manis untuk Zaky.
"Tau. Semalem dia kasih kabar udah di apartement tapi baru kebaca barusan," Rayyan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku dengan santai, padahal hatinya pun sudah gemas kepengen ngantongin Eyi, usia yang berbeda sekitar 7 tahunan ini tak terlalu kentara saat Eirene memakai make-up. Jujur ia pun kecolongan dengan sikap Eirene.
Bohong jika Salwa dan Rayyan tidak kasihan pada Eirene, munafik jika mereka tak menaruh perhatian karena iba, setelah tau kisah Eirene pandangan mereka tak lagi sama. Ada rasa tanggung jawab di benak mereka untuk menjaga anak yatim.
Eirene dan honey masih terkantuk-kantuk saat disatroni calon suami dan ibu mertuanya pagi-pagi.
"Eirene!!! Buka pintunya!!!" teriak Salwa, Rayyan tertawa dengan kelakuan uminya. Diantara unit apartement mewah. Mungkin para penghuni griya tawang ini sedang lelap-lelapnya di jam segini, dan uminya lah makhluk yang paling berani mengganggu ketentraman mereka. Untung saja Rayyan memiliki kartu sakti jadi ia bisa masuk kesini saat bertemu security selain ia yang memang pernah kesini, security sudah tau jika Rayyan adalah tamu VIP Eirene.
"Redi!!!"
Eirene dan Honey memijit pelipis mendengar suara teriakan macam pak RT yang mau gerebek pasangan mesum, tak tau tetangga yang lagi kasih tau alarm kebakaran.
"Suara siapa sih tuh!" honey membuka matanya kepayahan lalu melirik jam di nakas.
"Baru juga jam 5.15," honey ingin meringsek begitupun Eirene yang tak peduli. Ia lelah, semalam baru saja pulang dari rumah sakit.
"Mi, kayanya Eirene masih tidur. Biar Ray telfon dulu," Rayyan mencoba merogoh ponselnya.
"Masa jam segini masih tidur?! Dia ngga solat apa gimana?! Nanti kalo sudah menikah, kamu jangan lupa bimbing dia,"
"Siappp nyonyahh!" Rayyan menghormat. Memang anak minus akhlak.
"Eireneeee!" teriakan umi bukan cuma membuat Eirene dan honey tergelonjak bangun, tapi pun semua penghuni satu lantai.
"Umi!!!" Eirene dan honey langsung melotot selebar daun pintu. Eirene bahkan sampai kejedot bingkai pintu kamar saking limbungnya ia.
Dughhh!
"Aww!"
"Iya umiii! Sebentar!" teriaknya.
Gadis dengan penutup mata yang disingkapkan di atas jidatnya dan clay mask di hidung itu mengerutkan dahi, alisnya mengernyit membaca sederet kalimat panjang persyaratan pengajuan pernikahan kompi. Honey saja yang masih menyisakkan jejak-jejak ilernya di sekitar mulut mengerutkan dahi sampai sekisut mungkin demi mendalami satu persatu syarat nikah kompi.
"Ini persyaratan nikah atau naskah dialog iklan, panjang amat? Ngga kurang banyak?" jemari lentik dengan nail art bunga sakura Eyi mengibas-ngibaskan dua lembar kertas putih dengan sederet tulisan dari batalyon militer yang mirip pasukan semut.
"Itu persyaratan negara yang harus kamu penuhi dek, mau lebih panjang lagi? Biar nanti bang Ray yang tambahin," alisnya naik turun.
"Ngga ada syarat yang lebih bikin honey susah lagi gitu?" tanya Eirene, sontak saja pria gemulai di sampingnya mendorong kepala Eyi.
"Iya! Loe yang kawin, gue yang stress!" hardiknya nyinyir, karena sudah pasti honey lah orang yang paling sibuk menyiapkan semua persyaratan itu.
"Biar dibantu yah bit," jawab Rayyan merujuk pada Afrian.
"Yah siapa?" tanya Eyi.
"Om Afrian, kewarganegaraan kamu dimana? Perancis kah, tanah air, atau singa putih?" tanya Rayyan.
"Sebenernya Eyi masih warga negara tanah air, di Paris dia cuma numpang idup sama numpang bok3r!" tawa honey.
"Si@*lan!" desis Eirene.
"Biar nanti abang bantu untuk urusan dokumen dari koramilnya," balas Rayyan.
Eirene meminta waktu pada Rayyan dan umi Salwa untuk menuntaskan semua pekerjaan yang terlanjur ia tanda tangani kontraknya.
Rayyan sengaja menjemput Eirene di jam istirahatnya, ia gunakan mobil kesatuan untuk membawa Eirene ke batalyon, tanpa honey. Pria itu sedang sibuk mengurus sisa pekerjaan.
"Semalam umi bilang ngga sempet hubungin kamu, kak Fara melahirkan jadi umi sama abi terbang ke timur bareng Zahra dan ibunya kak Fara," ujar Rayyan memutar kemudi mobil.
"Iya ngga apa-apa, nanti disana aku bakalan ditanyain yang macem-macem engga?" tanya Eirene.
Rayyan mengangkat alisnya sebelah, "seputar kenegaraan, kamu udah ngafalin kan hal basic kenegaraan?" tanya Rayyan.
"Udah, warna negara, lambang, 5 sila, Pembukaan UUD, presiden, apalagi yang kurang?" tanya Eirene di bangku samping pengemudi sambil memegang ponsel dengan layar yang membuka situs informasi dasar kenegaraan.
"Palingan juga ditanya, kenapa kamu bisa pilih kapten Rayyan--apa karena dia ganteng, baik, sholeh, atau karena pesonanya," jawab Rayyan.
Eirene mencebik saat Rayyan tiba-tiba terkekeh, "itu mah pertanyaan dari kamu!"
Mobil sampai di markas besar daerah ibukota. Sebenarnya markas ini cukup besar, karena memang menampung pasukan brigade Pasukan militer, terdiri dari beberapa resimen yang terususun dari sekitar puluhan batalyon.
"Hari ini tes pertama sama kesehatan, paling cuma tes kenegaraan sama cek kesehatan. Udah fit kan?" tanya Ray memastikan.
"Udah, kalo aku ngga lulus gimana ada remedial ngga?" tanya Eirene, Rayyan tertawa, "mau berapa puluh kali pun aku bakal ajuin!"
"Ck, gombal terus! Buat apa, kan udah mau nikah juga,"
"Emangnya kalo udah mau nikah dilarang gombal gitu? Justru kalo udah nikah itu harus lebih gencar gombalin kamu,"
"Biar apa? Biar Eyi eneg gitu?" sengak gadis itu.
"Biar---dapet pahala sama bonus!" kekehnya.
Sejauh mata memandang yang ia lihat adalah biru! Kayanya mereka semua sodaraan sama smurf, pikir Eirene.
"Ini semua rumahnya warna biru, apa rumah dinas kamu juga biru?" tanya Eirene memandang kembali mengedipkan matanya demi menjernihkan mata indahnya, tapi tetap saja biru itu tak berubah jadi pink.
"Iya, apa ada masalah dengan warna biru?" tanya Rayyan.
"Engga sih, tapi kalo nanti aku ganti cat rumah pake pink bisa ngga sih atau polkadot? Kok kayanya samaan gitu ngga ada yang unik buat bedain," jawabnya.
Rayyan menggaruk tengkuknya tak gatal. Masa iya pasukan siluman identik dengan birunya laut, harus berubah jadi pasukan strawberry shortcake, apa kata pak polisi?!
Eirene turun dengan wedgesnya, kemeja putih sopan dan celana bahan layaknya orang mau lamaran kerja. Meskipun begitu ia terlihat begitu modis.
Rayyan membawa tangan gadis ini ke dalam genggamannya, "masuk."
"Tunggu dulu!" tahannya, ia menatap ke arah gedung kantor dengan maskot ciri khasnya.
"Di dalem ngga akan diapa-apain kan? Ngga akan disuruh push up atau kaya pelatihan om-om tentara gitu?" tanya nya lagi.
"Engga Eyi, lama-lama abang kekepin juga nih di rumah!" gemasnya.
"Waduhhh calon manten udah maen kekep-kekep aja! Belum halal bang bro!" Langit dan Pramudya datang menghampiri.
"Awas Eirene, orang yang di samping kamu justru lebih bahaya!" ujar Langit.
"Predator!" Pramudya menggeram.
"Predator apa?" tanya Eirene.
"Predator cewek-cewek cantik," Pramudya dan Langit bertos ria.
"Kamvrettt!" kakinya sudah ia layangkan mencoba menendang kaki Langit dan Pramudya.
"Lettu Diana sekarang staf administratif kantor Eyi, pasti kamu di cecar abis-abisan!"
"Siapa?" tanya Eirene, ia melirikkan wajahnya pada Rayyan yang sudah siap melayangkan kepalan pada teman-temannya.
"Lettu Diana, mantan terindah Kapten Mar. Teuku Al Rayyan Ananta, kaborrrrr!" jawab Langit berlari.
"Si@lan!" desis Rayyan.
"Hm, mantan ya. Siapa takut!" gumam Eirene bergidik acuh.
.
.
.
Note :
* yah bit (ayah ubit) : ayah kecil.