Gwen si buruk rupa merasa putus asa dengan jalan hidupnya saat dia ingin mengakhiri semuanya justru Gwen dipertemukan dengan boss mafia.
Gwen menjadi gadis buruk rupa kesayangan boss mafia dan berusaha menuntut balas pada orang yang menindasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat Tinggal Baru
Gwen harus bersikap tegas menghadapi lelaki macam Trevor atau lelaki itu akan terus-terusan melecehkannya. Dia tidak mau dianggap wanita murahan seperti wanita yang sering menghangatkan ranjang boss mafia itu.
"Aku bukan gadis bodoh!" gerutu Gwen sambil menyiapkan makan malam hari ini.
Dia sudah biasa melakukan hal itu, para anggota di markas utama tidak ada yang bisa memasak. Mereka akan membeli makanan fast food atau menculik koki untuk memasak.
Karena tidak ingin melihat orang tidak berdosa menjadi korban akhirnya Gwen mengalah memasak untuk mereka.
"Makanan sudah siap, tolong panggilkan anggota yang lain, Zack," pinta Gwen pada lelaki itu. Zack memang sering membantu Gwen untuk menyusun makanan.
"Kau tidak ikut makan?" tanya Zack yang melihat Gwen bersiap pergi meninggalkan dapur utama. Biasanya mereka makan terlebih dahulu daripada anggota lainnya.
"Aku tidak berselera makan, aku ingin menemui Dozer," jawab Gwen. Gadis itu yakin Dozer tahu sesuatu.
"Dozer berada di Pulau Biru, bos Noah memanggilnya ke sana," balas Zack memberi informasi di mana rekannya berada.
"Benarkah?" Gwen langsung memasang wajah lesu. "Yang kau sebut bos Noah itu ayah dari Trevor, 'kan?" tanya Gwen yang beberapa kali mendengar nama itu.
Zack mengangguk. "Bos Noah yang membesarkan klan kita dan diwariskan pada bos Trevor. Bos Noah lebih suka menjalankan bisnis dengan bertransaksi ilegal dan menguasai pasar gelap. Bos Noah juga membuka beberapa bisnis kasino, bisnis perjudian. Tapi lain hal dengan bos Trevor yang sedikit berbeda..."
Kalimat Zack terjeda karena lelaki itu menyalakan rokoknya dan menyesapnya beberapa kali sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Bos Trevor lebih suka mencuri dan merampok!"
"Dia memang aneh," Gwen memberikan komentarnya.
"Tapi menyenangkan bukan?" tanya Zack sambil terkekeh melihat wajah Gwen. "Kau sudah melihat berita hari ini? Madania bank jadi berita utama!"
"Bagaimana keadaan pak tua itu?" Gwen justru bertanya keadaan Samuel. Dia masih merasa takut kerena telah melakukan hal begitu keji pada lelaki itu.
"Dia masih hidup, Gwen. Kau kenapa?" tanya Zack penuh selidik.
"Aku masih tidak terbiasa menjalani hidup menjadi penjahat seperti ini," keluh Gwen tertunduk. "Setelah membalaskan dendamku, apakah aku bisa keluar dari sini?"
Belum sempat Zack menjawab, tiba-tiba sebuah suara dengan nada lantang dan tampak mengerikan terdengar di dapur umum itu.
"Tentu saja kau bisa keluar tapi dengan menyeret tubuhmu karena kakimu akan aku tebas saat itu juga!"
Gwen melihat Trevor sudah berdiri beberapa meter darinya. Kemungkinan lelaki itu mendengar semuanya padahal baru tadi malam Trevor memberi peringatan jika Gwen harus mengabdi sampai mati.
"Jadi masih mau keluar dari sini?" tanya Trevor penuh penekanan.
Gwen menggeleng. "Tidak, aku hanya..."
"Ikut denganku sekarang juga!" potong Trevor kemudian lelaki itu melangkah meninggalkan dapur utama.
Zack menyenggol lengan Gwen. "Cepat ikuti sana!"
"Dia tidak akan menebas kakiku, 'kan?" tanya Gwen cemas.
"Tidak akan!"
Gwen akhirnya mengikuti Trevor dari belakang sampai lelaki itu berhenti di garasi dan memilih salah satu mobil sportnya.
"Masuklah!" perintah Trevor yang diangguki oleh Gwen.
Gwen masuk ke dalam mobil sport itu kemudian Trevor melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata meninggalkan markas utama.
"Kita mau kemana?" tanya Gwen saat beberapa menit berlalu.
Trevor tidak menjawab sepanjang perjalanan tapi dia mencoba menghubungi Neil yang sudah dia tugaskan sebelumnya.
"Bagaimana?" tanya Trevor saat panggilannya sudah tersambung.
"Sudah beres, Bos!" lapor Neil yang menunggu kedatangan Gwen dan Trevor di sebuah apartemen mewah.
Saat mereka sampai, Gwen menatap bangunan itu tanpa berkedip lalu dia menatap Trevor dengan wajah bingungnya.
"Tempat tinggal barumu," ucap Trevor singkat jelas padat.