Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~18
"Setiap pagi kamu harus membersihkan ruangan ini Sofia meski CEO tak hadir sekalipun, jangan sampai ada debu atau kotoran yang tertinggal sedikitpun. CEO juga tidak suka barang-barangnya berpindah tempat jadi sebisa mungkin jangan pernah memindahkan barang-barangnya yang ada di sini." terang Lucy saat mengajari Sofia.
"Apa sebegitu perfectnya beliau ?" timpal Sofia ingin tahu.
"Tentu saja, beliau sudah kaya raya sejak lahir jadi ku rasa hal seperti itu sudah sewajarnya." sahut Lucy.
"Waktu kecil aku suka bermain tanah dan ayahku tak pernah melarang." celetuk Sofia mengingat masa kecilnya yang sangat membahagiakan bersama sang ayah, tak ada aturan yang membuatnya untuk berhenti berkreasi.
"Kita dan beliau hidup di dunia yang berbeda Sofia, jadi jangan samakan hal itu." sela Lucy mengingatkan.
"Oh ya satu lagi." imbuhnya dan itu membuat Sofia langsung menoleh padanya.
"Ada lagi? astaga sepertinya sangat membosankan sekali hidup CEO kita ini." ucapnya menimpali.
"Di sini ada cctv yang tersambung langsung ke ruangan kepala keamanan jadi berhati-hatilah saat berbicara dan melakukan apapun." bisik Lucy dan itu membuat Sofia nampak menelan ludahnya.
"Jadi peraturan apalagi yang harus ku ketahui, Luc ?" tanyanya ingin tahu lebih jauh.
"Kamu tahukan CEO kita sangat alergi dengan kotor dan kamu juga tahu pekerjaan kita seperti apa, jadi jangan pernah menampakkan dirimu padanya." terang Lucy namun sepertinya Sofia kurang mengerti.
"Aku tidak mengerti maksudmu." timpalnya menanggapi.
"CEO tidak suka melihat kehadiran office girl atau office boy di kantornya, karena menurut beliau kita ini kotor dan berkeringat." ucap Lucy dan sontak membuat Sofia menggelengkan kepalanya.
"Dia benar-benar tak menghargai orang lain, aku penasaran seperti apa tampang CEO itu." timpalnya sedikit kesal.
"Tentu saja dia sangat tampan Sofia tapi gadis seperti kita hanya bisa bermimpi untuk mendapatkannya, jangankan bermimpi mendapatkannya bermimpi di sapa pun rasanya itu sangat mustahil." raut wajah Lucy berubah kecewa dan itu membuat Sofia langsung mengernyit.
"Jadi selama ini kamu belum pernah di sapa oleh CEO itu ?" tanyanya penasaran.
"Tentu saja belum." sahut Lucy.
"Memang baiknya seperti itu, aku juga tidak sudi bertemu dengan pria arogan macam dia." ucap Sofia menanggapi.
"Tapi dia tuan muda yang sangat tampan, Sofia. Dia seperti seorang pangeran di cerita dongeng." Lucy nampak membayangkan dengan senyum-senyum sendiri dan itu membuat Sofia langsung menggelengkan kepalanya.
"Segera bangun dari hayalanmu Lucy, bukankah kita harus segera membersihkan ruangan ini ?" ucapnya membuyarkan lamunan gadis itu.
"Ck, kau mengganggu saja." gerutu Lucy, kemudian mereka segera membersihkan ruangan tersebut sampai tak ada sedikit pun debu yang menempel.
Sofia yang sedari tadi bersikap tak perduli pun rupanya penasaran juga dengan tampang CEO tersebut, karena di sana tak ada satupun foto wajah pria itu yang terpampang.
"Ah bodoh amat aku tak peduli dia pria dari planet mana, aku harus fokus bekerja dan terima gaji." gumamnya kemudian.
Sore harinya seperti biasa Sofia selalu pulang lebih cepat karena harus mengejar jam kuliahnya, beruntung ia mempunyai HRD yang mengerti akan hal itu meskipun kepala bagian kebersihan selalu menggerutu setiap kali ia pulang duluan.
"Sofia, kamu yakin tak menunggu CEO datang lebih dahulu." bisik Lucy saat gadis itu bersiap-siap untuk pulang.
"Tidak, aku ada kuliah sore ini dan sebelum jam 3 aku sudah harus sampai di kampus." sahut Sofia.
"Tapi nanti kamu akan menyesal Sofia, jarang-jarang loh CEO berkunjung ke sini." bujuk Lucy lagi.
"Tidak Lucy, lagipula kita tidak boleh menampakkan diri juga kan jadi untuk apa aku harus buang-buang waktu menunggunya." tolak Sofia.
"Tapi kita bisa mengintipnya Sofia, CEO benar-benar seperti pangeran kuda putih." bujuk Lucy tak menyerah.
"Aku tidak peduli Luc, dia mau seperti pangeran kuda putih atau kuda hitam sekalipun dan sepertinya kau memang butuh seorang spikiater." timpal Sofia lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
"Enak saja kamu pikir aku gila." gerutu Lucy seraya mengikuti kepergian sahabat barunya itu.
Setelah itu Sofia nampak meninggalkan kantor tempatnya bekerja itu dengan terburu-buru, ia harus berjalan kaki beberapa menit untuk sampai di stasiun.
"Astaga sepertinya aku akan ketinggalan kereta, ini gara-gara Lucy tak berhenti mengajakku bicara." gerutunya seraya berlari kecil menyusuri jalanan.
Sesampainya di simpang jalan Sofia segera belok ke arah kiri dan bersamaan itu nampak sebuah mobil dari arah kanan masuk ke jalanan arah kantornya berada.
Seorang pemuda yang sedang duduk anteng di dalam mobil pun terlihat mengalihkan pandangannya saat tak sengaja melihat seorang gadis berambut keemasan yang terlihat berlarian kecil ke jalanan lainnya.
"Apa ada masalah, tuan ?" ucap seorang pria yang duduk di balik kemudi saat melirik tuan mudanya itu nampak menoleh ke belakang.
"Tidak, tidak ada." ucap pria tersebut.
Beberapa saat kemudian mobil yang membawanya nampak masuk ke sebuah gedung perkantoran.
Sudah lama sekali pria itu tak datang ke sini, tepatnya sebulan yang lalu ia datang saat baru pulang dari kuliahnya di luar negeri.
Meski ia di berikan tanggung jawab oleh sang ayah untuk mengurus cabang perusahaannya tersebut, namun pemuda itu lebih menyukai memantaunya dari kantor pusat yang terletak di keramaian tengah kota.
"Selamat sore, tuan." sapa seorang direktur perusahaan tersebut yang menjadi penanggung jawab di kantor itu.
"Hm, bawakan laporan keuangan ke ruangankku !!" perintah pria itu dengan nada tegas lantas berlalu dari sana tak peduli berapa karyawan telah berbaris menyambutnya.
Tak ada senyuman maupun sapaan dari bibir pria itu, benar-benar arogan seperti rumor yang beredar selama ini.
"Sofia pasti akan menyesal karena melewatkan hal ini, tuan muda Ariel benar-benar sangat tampan." Lucy yang mengintip dari balik pilar pun nampak senyum-senyum sendiri.
Sesampainya di lantai teratas pemuda itu langsung di sambut senyuman manis sang sekretaris. "Selamat datang kembali di kantor, tuan Ariel." ucapnya.
Ya pemuda itu adalah Ariel Smith putra dari William Smith mantan seorang Mafia kaya raya.
Tanpa membalas sapaan sang sekretaris, Ariel segera berlalu ke dalam ruangannya. Pria itu nampak mengedarkan pandangannya dan memperhatikan setiap detil ruangan tersebut.
Kemudian segera melangkahkan kakinya saat merasakan tempat tersebut sudah bersih dan aman ia tempati.
"Tuan, ini laporan keuangan yang anda minta." ucap sang direktur menyerahkan laporan keuangan yang di minta oleh CEOnya tersebut.
Ariel segera mengeceknya lantas menelitinya satu persatu anggaran di tangannya tersebut, pemuda itu tak ingin ada sedikitpun kecurangan di kantor cabangnya meskipun ia jarang sekali hadir.
Tak ada ampun bagi penyelewengan dan ia pasti akan memecatnya tanpa ampun.
"Kau boleh pergi, aku ingin sendiri !!" perintahnya kemudian.
"Baik tuan."
Sang direktur dan sekretarisnya segera berlalu dari ruangan tersebut, meskipun baru berusia 25 tahun tapi Ariel mempunyai jika kepemimpinan seperti sang ayah hingga membuat seluruh karyawannya hormat terhadapnya.
Setelah di rasa tak ada yang aneh dari laporan keuangan perusahaannya tersebut, pemuda itu segera membubuhkan tanda tangannya lalu menutup dokumen itu.
Ketika hendak beranjak dari duduknya tiba-tiba matanya memicing saat tak sengaja menemukan sesuatu di tepi meja kerjanya.
"Rambut siapa ini ?" gumamnya seraya mengambil sehelai rambut ikal, panjang, dengan warna keemasan tersebut menggunakan sebuah tisu.