Azzura: The Fight Of The Tough Lady

"Jangan mendekat!" Azzura memekik membuat Aaron yang akan berjongkok di dekatnya diam mematung bak lilin di kuil.

"Jangan mendekat Tuan. Aku sedang tidak baik-baik saja."

Aaron menghembuskan napas kasar. Dia kembali berjalan dan meraba lantai, saat tangannya berhasil menemukan titik tumpu, Aaron dengan mudahnya mengangkat Azzura dan melempar gadis itu ke atas ranjang.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Lupakan saja apa yang terjadi tadi malam. Tapi karena kau sudah melakukan kesalahan, aku sudah memblack list nama mu dari dunia kerja. Mulai sekarang kau hanya akan jadi pelayan ku. Tidak ada bantahan dan apapun yang kau lakukan aku tidak akan pernah merubah keputusan ku."

Srakkkk!

Azzura membuka selimutnya kasar. Dia menatap Aaron dengan tatapan tajam. "Kenapa Tuan sangat egois, aku bekerja karena aku tidak ingin merepotkan siapapun. Kenapa Tuan malah membuat keputusan seenaknya seperti ini."

Azzura berbicara dengan suara menggebu-gebu. Wanita cantik itu tidak memperdulikan lagi apa status mereka. Yang terpenting sekarang adalah dia bisa melampiaskan segala kekesalan pada Aaron.

"Apa kau ingin kejadian semalam terulang kembali?"

Aaron berbisik di telinga Azzura yang mana itu berhasil membuat Azzura mematung dengan wajah cengo. Dia mengerejapkan matanya beberapa kali. "Terulang kembali!" gumam Azzura dalam hati. Buru-buru dia menggelengkan kepala.

"Mulai hari ini!" tegas Aaron membuat Azzura kembali tersadar, dia ingin berbicara kembali namun Aaron sudah keluar dari kamar itu.

"Arghhhhh!"

"Ini semua gara-gara kau Gardenia!"

Azzura mengacak rambutnya frustasi, Rubby tekiki geli melihat kebodohan Azzura, sebenarnya gelas yang sudah Azzura tukar semalam kembali di tukar olehnya, Rubby sudah berjanji kalau dia akan membuat hubungan Azzura dan Aaron semakin baik, Rubby tahu jika malam itu Aaron ada di sekitar bar, jadi Rubby sengaja menukar gelasnya agar Azzura dan Aaron bisa ....

"Yakkkkk!" Azzura berteriak di depan Rubby. "Hari ini kita harus membuat perhitungan dengan Gardenia."

Rubby mengangguk antusias. Memang dalang dari setiap masalah adalah Gardenia, jika wanita gila itu tidak menggangu Azzura hal-hal seperti ini tidak akan terjadi.

****

"Kau tahu kan dia di mana?" tanya Azzura pada Rubby.

Seketika panel bening dengan gambaran di mana keberadaan Gardenia muncul di depan Azzura. Wanita cantik itu tertawa terbahak-bahak. Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

30 menit kemudian Azzura ada di dekat salon yang menjadi langganan Gardenia. Dia melangkah menuju salon tersebut, namun saat mengingat sesuatu Azzura menghentikan niatnya, dia kembali mengambil ponsel dan melakukan panggilan.

"Bang, kirim aku anggota yang paling ganteng dong Bang! Nanti aku jelaskan untuk apa. Sekarang ya Bang! Aku lagi buru-buru nih!"

Azzura tersenyum saat Hugo mengiyakan apa yang dia minta, Azzura memutar-mutar toples kecil di tangannya, sesekali dia membuka toples itu dan bergidik ngeri. Kutu-kutu berambut yang dikumpulkan anak buah Hugo sangat banyak. Azzura tidak bisa membayangkan bagaimana jika kutu-kutu tersebut benar-benar bersarang di kepala manusia.

"Bos!"

Azzura menoleh saat mendengar orang memanggilnya. "Nama mu!"

"Aku Drake. Dan ini Emeli, kami di beri tugas untuk menemui Bos di sini."

Azzura mengangguk mantap. "Sekarang kalian masuk ke salon itu, nanti kalian lihat wanita ini!" Azzura menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya pada Drake dan Emeli.

"Kalian nanti tebar kutu-kutu ini di atas kepala Gardenia. Jangan sampai kalian gagal."

Drake dan Emeli mengerti, mereka hendak pergi namun Azzura menghentikan langkah mereka.

"Ini yang untuk kalian makan malam. Aku harus pulang dulu, aku ada urusan."

Azzura langsung berlari tanpa mendengarkan pendapat dari Drake dan Emeli. Mereka berdua hanya saling menatap lalu tersenyum. "Lumayan lah buat nambah-nambah!" ucap Emeli. Drake pun tersenyum.

Azzura sampai di rumahnya, lebih tepatnya rumah Aaron, dia masuk ke dalam rumah dengan langkah riang, namun saat melihat sesuatu di depan matanya, Azzura kembali tergagap. Aaron berdiri sembari membawa tongkat yang membantunya berjalan namun dia memegang tongkat itu seolah dia ingin memukul seseorang.

"Tuan!" ucap Azzura cengengesan. Azzura ingin pergi namun para maid sudah memegangi lengannya.

"Tuan apa yang kau lakukan!" Azzura menatap Aaron dengan mata membulat seperti akan keluar dari tempatnya.

1 jam kemudian, Azzura keluar dari kamar dengan langkah pelan, sangat pelan karena dia takut terjatuh. High heels yang dia kenakan ujungnya terlalu runcing, Azzura jadi kesulitan untuk menyeimbangkan langkahnya.

"Tuan aku sudah selesai!" ucapnya lagi.

Aaron diam di tempatnya dengan mata menatap Azzura kosong. Tatapan itu terlihat sangat mengunci namun Azzura tahu tatapannya tak berarti apa-apa karena Aaron tidak bisa melihatnya.

"Nyonya sangat cantik Tuan!"

Bisik Beck tepat di samping Aaron. Laki-laki itu kembali sadar, dia berjalan mendekati Azzura, Azzura pun berjalan untuk mendekati Aaron. Baru beberapa langkah, Azzura sudah kehilangan keseimbangan dan ....

"Ekh!"

Beck, Bert, dan beberapa Maid sudah sangat ketakutan kalau Azzura akan jatuh, namun saat Aaron menyentuh pinggang Azzura, mereka semua bernapas lega.

"Huhhh. Terima kasih Tuan!" gumam Azzura merasa lega. Wanita itu menyampaikan kedua tangannya di bahu Aaron. Tatapan mereka kembali bertemu. Azzura menatap mata Aaron lekat, begitupun dengan Aaron. Dia menunduk dan semakin lama kepala itu semakin rendah.

Azzura menggerakkan bola matanya gelisah, saat deru napas Aaron mulai terasa hangat, Azzura memejamkan mata. Dua sudut bibir Aaron tersungging tipis.

"Sebaiknya kita latihan berjalan dulu!" Satu kalimat di samping telinga Azzura mampu membuat pipi wanita itu memerah padam. Azzura pikir Aaron ingin menciumnya, namun ternya dia salah paham. Aaron hanya sedang mempermainkannya.

Langkah demi langkah Azzura lakukan dengan sangat hati-hati. Dia bisa melakukan itu dengan mudah karena ada Aaron di sampingnya, namun jika Aaron tidak ada, entah apa yang akan terjadi padanya, mungkin Azzura sudah tersungkur puluhan kali.

"Kau sudah lebih mahir, kita berangkat sekarang. Tante Arabela sama Papa pasti udah nunggu."

Azzura mengangguk mengiyakan. Hari ini memang ada pesta pernikahan orang tua Aaron, namun yang membuat Azzura tidak mengerti adalah, Aaron memangil tuan Robert dengan panggilan Papa sedangkan Arabela dia panggil nama, ini agak sedikit janggal.

"Kau ini sudah pikun atau bagaimana, suamimu memang memiliki ibu sambung!"

Azzura melotot saat mendengar penjelasan dari Rubby. Azzura baru ingat, ya, benar kata Rubby. Arabela adalah ibu sambung Aaron yang menikahi papanya setelah ibu kandung Aaron meninggal.

Semua mata tertuju pada sepasang sejoli yang baru memasuki ballroom hotel terbesar di Beijing. Azzura dan Aaron terlihat sangat serasi. Yang satu gagah dan tampan, sementara yang satu cantik dan sangat anggun.

"Apa kau gugup?" tanya Aaron merasakan tangan Azzura yang dingin dan berkeringat.

Azzura mengangguk kecil. Dia tentu saja sangat gugup karena menjadi pusat perhatian semua orang.

"Jangan gugup atau aku akan menghukum mu seperti kemarin malam!"