Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabrak lari
Di asrama, Melisa sudah bersiap-siap hendak ke kampus, karena ia ada final hari ini di kampus.
Drrrttt....drrrttt...
"Assalamualaikum" ucap Melisa sembari mengambil tasnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" jawab Siska.
"Ada apa?" tanya Melisa beranjak pergi dari kamarnya.
"Dompet gue ketinggalan di kamar, tolong lo ambil dan bawa ke cafe bintang ya!" titah Siska penuh harapan.
"Ok" ucap Melisa balik lagi ke kamar dan mengambil dompet Siska.
"Ini dompetnya udah ada sama aku. Kamu tunggu di depan cafe aja ya" ucap Melisa.
"Ok. Thank you banget" ucap Siska tersenyum bahagia.
"Iya"
Melisa mengakhiri panggilannya dan pergi ke cafe bintang.
Saat hendak menyebrang, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat ke arah Melisa.
"Aaaaa..." teriak Melisa saat mobil melaju ke arahnya
brakkkk
Melisa terpental dengan lumuran darah di kepalanya.
Mobil yang menabrak Melisa langsung kabur.
"Ada orang tabrak lari" jerit warga dengan secepat mungkin mereka berlari dan mengerumi Melisa.
Siska baru saja keluar dari toilet dan keluar dari cafe untuk menunggu Melisa.
"Ada apa ya rame-rame?" Siska bingung melihat kerumunan orang-orang di seberang jalan.
"Si Melisa mana sih dia?" Siska mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Melisa.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif" ucap operator.
"Loh kok malah gak aktif sih?" gerutu Melisa.
Orang-orang pada berlari melihat kerumunan orang di sebarang jalan membuat Siska bingung dan penasaran.
"Ada apa sih Pak disana?" tanya Siska penasaran.
"Ada korban tabrak lari neng" ucap warga kembali berjalan meninggalkan Siska.
"Tabrak lari?" Siska penasaran akhirnya ia memutuskan untuk melihatnya.
"Permisi pak, bu" ucap Siska hendak melihat korban tabrak lari.
"Melisa!" pekik Siska tersentak kaget.
"Ya Allah Melisa" Siska terisak tangis semnari memegang tubuh Melisa yang berlumuran darah.
"Pak pak pak ini teman saya tolongin dia" ucap Siska histeris dengan air mata terus membasahi pipinya.
"Ayo ayo kita bantu" sahut warga tersebut.
Sesaat kemudian ambulance datang, dan warga langsung mengangkat Melisa ke atas bangkar dan di masukkan ke dalam mobil ambulance. Siska terus menemani Melisa di sampingnya.
"Sebaiknya mbak hubungi keluarganya" titah suster.
Siska menganggukkan kepala sembari mengambil ponsel Melisa untuk menghubungi orangtuanya, namun ponsel Melisa mati.
"Ya Allah bagaimana ini? Kemana aku harus hubungi keluarganya?" batin Siska pikirannya menjadi buntu.
"Oh ya kemarin Lisa sempat pakai ponsel aku untuk menghubungi kakaknya, semoga saja nomornya masih ada di panggilan keluar" ucap Siska mengecek panggilan keluar pada ponselnya.
"Ketemu" Siska merasa lega dan segera menghubungi Reno.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah"
"Kak! Melisa.. Melisa kecelakaan" ucap Siska terbata-bata.
"Apa? Lisa kecelakaan? Dimana?" tanya Reno syok dengan air mata jatuh membasahi pipinya.
"Ini kami sedang menuju ke rumah sakit Jakarta medica, kakak cepat kesini" ucap Siska pilu.
"Iya kakak segera kesana" ucap Reno bergegas pergi menemui orangtuanya.
Reno memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya dan ia berusaha menenangkan dirinya, setelah itu ia mulai berbicara kepada orangtuanya.
"Kamu kenapa?" tanya Roni bingung melihat wajah Reno yang basah dengan air mata.
"Pa! Ma! Lisa kecelakaan" ucap Reno tidak sanggup membendung air matanya.
"Apa? Lisa kecelakaan?" pekik Maya dan Roni.
Roni memegang jantungnya karena syok mendengar berita kecelakaan Melisa.
"Papa! Papa kenapa?" tanya Reno khawatir.
"Papa gak kenapa-kenapa, kita harus segera ke Jakarta" sahut Roni menahan sakitnya.
"Baik Pa" Reno mempersiapkan mobilnya dan pergi ke Jakarta bersama dengan kedua orangtuanya.
Hati mereka menjadi remuk saat mendengar berita kecelakaan Melisa, tapi Reno tetap fokus menyetir agar sampai ke Jakarta dengan selamat.
Setelah dua jam lebih perjalanan ke Jakarta, kini Reno dan kedua orangtuanya tiba di rumah sakit.
"Dimana Lisa?" tanya Reno menghampiri Siska.
"Li..Lisa di ruang operasi kak" lirih Siska pilu.
"Anakku!" jerit Maya histeris.
"Sebaiknya kita menunggu di depan ruang operasi" ucap Siska menatap mereka semua.
Mereka semua menganggukkan kepala dan pergi ke ruang operasi.
"Siska! Berapa lama Lisa di dalam ruang operasi? Kenapa sampai sekarang belum selesai juga?" tanya Reno khawatir.
"Sudah satu jam lebih kak" lirih Siska.
"Ya Allah kenapa lama banget?" ucap Reno mengacak rambutnya.
Klek..
Suster dan Dokter keluar dari ruang operasi dengan membawa Melisa menuju ke ruang ICU.
Mereka semua pergi mengikuti dokter, suster dan Melisa ke ruang ICU.
Disana mereka harus menunggu di luar lagi karena dokter dan suster harus memasangkan alat bantu pada tubuh Melisa. Setelah itu mereka keluar untuk menemui keluarga pasien.
"Dok! Bagaimana kabar anak saya?" tanya Roni dengan serius.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, kita tunggu beberapa hari Insyaa Allah ia akan sadar kembali" sahut dokter dengan lembut.
"Alhamdulillah" ucap Mereka semua dengan rasa syukurnya.
"Dok apa yang terjadi dengan adik saya? Kenapa harus dioperasi?" tanya Reno penasaran.
"Pasien mengalami hematoma pada otaknya atau nama lain pembekuan darah pada otak, jadi kami harus melakukan tindakan operasi untuk menghilangkan hematoma pada otaknya. Tapi tidak apa-apa semuanya berjalan dengan lancar" jelas dokter.
"Terimakasih dok" ucap Reno
"Sama-sama. Sekarang kalian bisa menjenguknya di dalam, tapi hanya bisa masuk 2 orang saja" sahut dokter.
"Baik dok" ucap Reno menganggukkan kepalanya.
"Sebaiknya papa dan mama masuk duluan" ucap Reno menatap Maya dan Roni.
"Ayo Pa kita masuk" ucap Maya memegang lengan Roni.
Mereka memakai pakaian yang di siapkan pihak rumah sakit, kemudian ia masuk dan menemui Melisa.
Betapa remuk dan pilunya hati Roni dan Maya saat melihat Melisa yang terbaring di atas bangkar dengan alat bantu pernapasan, infus di tangannya, kateter dan defribrilator. Kepalanya diperban, bahkan rambutnya digunduli hanya demi melancarkan operasinya.
"Melisa sayang! Anak mama!" ucap Maya berjalan menghampiri Melisa, dengan setika Maya pingsan
"Ma!" ucap Roni memapah Maya keluar dari ruangan ICU.
"Reno! Mama pingsan" ucap Roni menatap Reno.
"Mama!" Reno langsung membopong Maya dan membawanya ke ruang UGD.
"Dok! Mama saya pingsan" ucap Reno menatap dokter.
"Baringkan disini" titah dokter.
Reno menganggukkan kepalanya dan membaringkan Maya di atas bangkar.
Dokter dengan segera memeriksa Maya.
"Bagaimana kondisi mama saya, dok?" tanya Reno khawatir.
"Ibu anda baik-baik saja, beliau cuma syok saja" jelas dokter dengan lembut.
"Lisa.. Lisa.. Lisa anak mama" lirih Maya sembari membuka matanya.
"Mama! Mama sudah sadar?" tanya Reno merasa senang melihat Maya membuka matanya.
"Mama harus ketemu Lisa" ucap Maya beranjak bangun
"Dok bagaimana ini?" tanya Reno menatap dokter dengan serius.
"Gak apa-apa, biarkan ibu anda pergi melihat anaknya" sahut dokter.
Reno memapah Maya dan membawanya kembali ke ruang ICU.
"Mama gak apa-apa?" tanya Roni menghampiri Maya dan Reno.
"Tante gimana kondisinya?" tanya Siska khawatir.
"Gak apa-apa. Reno antarkan mama jenguk adikmu!" titah Maya menatap Reno.
Reno menganggukkan kepalanya dan menuntun Maya masuk ke ruangan ICU.
"Lisa! Anak mama! Kenapa kamu seperti ini? Ya Allah, kenapa kamu di beri ujian dengan berat seperti ini nak?" ucap Maya dengan pilu.
Reno tidak bisa lagi berkata-katanya, hatinya benar-benar remuk dan hancur melihat adik kesayangannya itu terbaring tak berdaya di atas bangkar.
"Ma! Sebaiknya kita keluar dan berikan kesempatan Siska masuk dan menjenguk adik" sahut Reno mengusap punggung Maya.
"Kamu saja yang keluar, biar mama tinggal disini sebentar" ucap Maya tidak ingin meninggalkan anaknya itu.
Reno menganggukkan kepalanya dan keluar dari ICU.
"Kamu ingin masuk, masuklah!" ucap Reno menatap Melisa.
Siska menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam ICU.
"Lisa" lirih Siska tak kuasa menahan air matanya.
Siska berjalan perlahan-lahan dan menghampiri Melisa.
"Ya Allah Lisa! Ini semua karena gue, kalau saja gue gak minta tolong lo untuk antar dompet gue ke cafe bintang, lo gak akan seperti ini" lirih Siska tak kuasa menahan tangisnya.
"Ini bukan kesalahan kamu. Ini kehendak Allah, kamu jangan menyalahkan dirimu" sahut Maya menatap Siska.
"Maafin aku tante" Siska langsung memeluk tubuh Maya.
"Kamu gak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu" sahut Maya berusaha tegar atas kejadian yang menimpa anaknya itu.
Siska menganggukkan kepala sembari melepaskan pelukannya.
"Sebaiknya kita keluar, biarkan Lisa beristirahat" ucap Maya menatap Siska.
Siska menganggukkan kepalanya dan ikut keluar dari ruangan ICU bersama dengan Maya.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka