NovelToon NovelToon
Celine Juga Ingin Bahagia

Celine Juga Ingin Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:744
Nilai: 5
Nama Author: *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*

Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ya, tidak apa-apa

Celine berjalan masuk ke halaman sekolah nya, hampir tak ada lagi anak-anak yang ada di lapangan, semua sudah masuk ke kelasnya masing-masing.

Celine pun bergegas juga masuk ke kelasnya, takut dia ketinggalan dan akan kena hukuman nanti di kelas.

Kelasnya ada di lantai dua, jadi dia harus menaiki anak tangga untuk bisa masuk ke kelasnya. Langkahnya cepat, dia tak mempedulikan sekitarnya lagi dan terus berjalan.

Sampai akhirnya, dia ada di depan pintu kelasnya, bernafas lega. Guru belum masuk ke kelasnya, jadi dia bisa duduk dengan tenang.

"Kenapa kamu terlambat, Celine?" tanya Mia teman sebangkunya.

"Aku...aku terlambat bangun, dan papa meninggalkan aku" ujarnya ketika dia menarik kursinya untuk duduk.

"Ternyata seperti itu, ya sudah yang penting kamu sampai dengan selamat" Mia tersenyum padanya yang di balas oleh Celine.

Celine pun duduk di kursinya, tangannya terlipat di atas meja dan kepalanya bersandar di atasnya, masih mengantuk.

Tak lama guru masuk ke kelasnya dan semua orang bersiap memberikan salam. Celine pun berdiri dengan menguap, memandang jendela luar kelas berharap hari ini selesai dengan baik.

"Selamat pagi, Bu!!" seru para anak murid serentak di kelas saat memberikan salam kepada gurunya.

...*****...

Pukul 12.00

"Aku di jemput siapa ya?" matanya melirik ke kanan dan kiri jalanan, mencari-cari orang yang akan menjemput nya sekolah.

Celine biasanya akan pergi dengan mobil papa nya di pagi hari, sedangkan ketika pulang sekolah, akan ada rekan kerja papa nya yang menjemput. Entah itu ayahnya yang menyuruh atau tidak, dia tidak peduli yang penting dia sampai ke rumah dengan selamat.

Dan Anastasya...

Tentu saja...dengan papanya, akan di jemput dari sekolah.

"Kamu di jemput siapa, Celine?" tiba-tiba saja Claudia mengejutkan nya dari belakang.

"Ah, ibu guru!" serunya "Celine...tidak tahu" nadanya langsung berubah lesu. "Biasanya teman papa yang akan jemput dengan mobilnya, tapi kali ini Celine tidak yakin akan di jemput." ujarnya sambil memperhatikan jalanan yang ramai dengan kendaraan.

"Kenapa seperti itu?" tanya Claudia penasaran.

"Karena...tadi pagi saja Celine di tinggalkan oleh papa, karena Celine terlambat bangun" gumamnya terdengar sedih.

"Ya sudah, kalau begitu dengan ibu guru saja, mau?" Claudia menawarkan tumpangan pada gadis kecil itu sambil menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir.

"Kalau ibu guru bilang seperti itu...ya sudah Celine ikut ibu guru saja" ucapnya pelan, sambil langkah nya mengikuti Claudia dari belakang.

"Kalau papa tidak jemput Celine, biasanya papa akan kemana?" Dia bertanya seperti itu bukan tanpa sebab, tapi karena dia tahu jam dua belas siang adalah jam istirahat. Jadi, tidak mungkin papanya tidak bisa menjemput dia dari sekolahnya.

"Itu...Celine tidak tahu, Bu guru" dia menundukkan kepalanya. Sampai mereka akhirnya tiba di mobil Claudia dan masuk ke dalam.

"Kenapa tidak tahu? Bukannya Celine dekat dengan papa, ya?" dia melirik anak kecil itu, mencoba melihat seberapa jujur dia bicara.

"Itu...papa..."

"Hm? papa kenapa sayang?"

"Papa...akan jemput Anastasya ke sekolahnya" gumamnya pelan, terdengar...tak bersemangat sama sekali.

"Anastasya itu...siapa, Celine?" dia menghidupkan mobilnya, kendaraan itu pun perlahan bergerak meninggalkan tempat parkiran yang ada di halaman depan sekolah. Dengan hati-hati Claudia mengeluarkan nya, takut-takut ada orang yang lewat dari jalan besar dan malah menabrak mereka.

"Anastasya...saudara tiri Celine" gumamnya sambil menundukkan kepalanya, jari-jarinya bermain satu sama lain, seperti dia merasa takut untuk mengatakan yang sejujurnya.

"Oh, begitu ya" dia mengangguk "Ibu guru mengerti sekarang." ucapnya, kini menatap anak itu dengan jelas.

"Iya Bu guru" ucap Celine yang kini menatap keluar jendela, tapi tangannya terus bermain tampak tak tenang.

"Celine...tidak apa-apa?" suaranya kini semakin lembut terdengar.

"Tidak, apa-apa...tidak apa-apa Bu" jawabnya lagi, tak berani menatap Claudia meskipun Claudia sudah menatapnya.

"Maksud Bu guru, Celine tidak apa-apa jika tidak di jemput oleh papa Celine?."

Dadanya tiba-tiba saja terasa sakit, seperti ada sesuatu yang seharusnya tidak dikatakan dengan jelas.

Bayang-bayang yang samar pun kembali terlintas di pikirannya. Mengingatkan nya pada sesuatu yang...tak akan pernah dia bisa rasakan lagi bagaimana hal seperti itu terjadi.

"Papa!"

"Celine!"

"Papa jemput Celine cepat sekali, papa menunggu lama, ya?"

"Tidak, tidak terlalu. Lagipula, untuk putri papa, papa rela menunggu berlama-lama"

Dia diam, tak bisa menjawab atau mengatakan apapun. Takut menangis dan malah membuat ibu gurunya khawatir padanya.

Claudia menghela nafas singkat, kembali fokus ke jalanan, tahu betul apa yang ada dipikiran anak kecil itu. Jadi, dia memutuskan untuk tidak menanyakan hal yang sama lagi padanya.

Keheningan pun terasa di mobil itu ketika mereka tak ada lagi yang berbicara. Senyap yang memekakkan telinga yang tersisa.

"Tidak apa-apa, Bu" jawabnya pelan dan singkat, jawaban dari pertanyaan Claudia sebelumnya di balas lima belas menit kemudian.

Claudia hanya mengangguk pelan "Baiklah kalau begitu, ibu guru mengerti sekarang".

Tak lama, akhirnya mereka tiba dirumah Celine, halamannya yang cukup luas untuk parkiran mobil.

"Ibu guru...kenapa memasukkan mobil ibu ke dalam?" tanya Celine sedikit heran saat mobilnya perlahan memasuki halaman rumahnya.

"Ibu guru mau datang ke rumah Celine, main-main sekali kan tidak apa-apa" jelasnya ketika mematikan mobil dan turun, begitu juga dengan Celine.

"Baiklah kalau Bu guru berkata seperti itu". Belum lama setelahnya tiba-tiba saja Valora keluar dari rumah. Dengan gaya sok akrabnya mengundang Claudia masuk ke dalam.

"Bu guru Celine ya, ayo bu guru masuk dulu ke dalam." ucapnya dengan cukup...ramah.

Celine tak heran melihat tingkahnya, dia hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu masuk ke rumah dengan langkah berat.

Di dalam sudah lengkap keluarganya, ada papa nya, kakak nya Michael, dan saudari tirinya Anastasya.

Valora mengajak Claudia untuk duduk di sofa agar pembicaraan mereka bisa nyaman. "Jadi, kenapa ibu guru mengantarkan Celine?" tanya nya pertama kali, pertanyaan yang tak perlu di pertanyakan.

"Karena, Celine sendirian di sana tak ada teman, jadi dia saya antarkan kerumah." dia menatap Valora dengan tatapan ramah tapi tajam dalam ucapannya. "Dan saya tanya balik, kenapa anda tak bisa menjemput anak anda padahal ada mobil mewah terparkir di depan halaman anda?." Claudia menunggu jawaban nya.

Celine yang mendengar percakapan itu sedikit takut, dia memutuskan untuk naik ke atas tapi, tiba-tiba saja tangan kakaknya menghentikan dia. "Kamu tunggu di sini" bisiknya dengan sedikit nada kesal yang jelas.

Celine hanya bisa mengangguk, tak bisa melawan kakanya itu. Dan mereka berdua pun berdiri di sana hanya untuk mendengarkan perdebatan keduanya.

Valora terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawabnya "Bukankah Celine sudah di jemput?"

"Dengan siapa? Anak itu sendirian di sana" Claudia hampir habis kesabaran. Bahkan untuk melihat orang itu pun rasanya sudah muak.

"Dengan..." dia ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab "Dengan teman papanya" jawabnya.

"Oh, begitu? Kenapa tidak papa nya saja yang menjemput dia? Kenapa harus orang lain?, apa kalian tidak curiga dengan orang asing? Apakah orang itu benar-benar bisa melakukan tugasnya tanpa melakukan kesalahan?. Bagaimana kalau orang yang kalian suruh malah menyakiti anak kalian? Bisa saja terjadi pemerkosaan karena kalian yang tak hati-hati."

Damian datang dari ruang kerjanya ketika mendengar perkataan Claudia, suaranya sampai ke dalam dan membuat nya tak bisa diam. Tak perlu duduk dia hanya berdiri di sana. "Anda terlalu khawatir, kami sudah melakukan yang terbaik untuk nya. Jadi, sekarang karena anda telah mengantarkan nya kami ucapkan terimakasih dan anda bisa pulang sekarang." ucap Damian untuk mengakhiri perbincangan yang panas itu.

Mendengar itu Claudia hanya bisa menarik nafas lalu menggelengkan kepalanya pelan. Matanya tertuju pada Anastasya si anak 'emas' yang sedang di gendong oleh asistennya.

Claudia bangkit berdiri, berjalan ke arah Celine yang berdiri dengan kakaknya. "Ibu pulang dulu ya, Celine. Kalau ada apa-apa bisa katakan pada ibu" dia tersenyum padanya yang diikuti anggukan Celine. Sementara Michael menatapnya dengan jijik.

Dan dengan itu, akhirnya Claudia pulang dan Celine bisa naik ke kamarnya, dia hanya menunggu konsekuensinya. karena dia tahu, papa marah karena hal ini.

1
Musri
baru awal aja dh suka,mudah2n alur ceritanya bagus GK berbelat Belit...semangat Thur💪🫰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!