Cinta Tulus Seorang Mafia

Jared segera berlari menghampiri panggung. Keadaan benar-benar heboh. Para penari tampak panik dan mereka mengelilingi Lucy yang tertimpa lampu sorot.

“Menyingkir!” Jared  berteriak, meminta mereka untuk segera menyingkir dari jalannya.

“Siapa kau?” sang pelatih yang ada di sana berusaha mencegah Jared karena dia pria asing yang tidak mereka kenal.

“Menyingkir, apa kau tidak mendengar!” Jared terlihat menakutkan. Mau tidak mau mereka segera menyingkir untuk memberikan jalan kepada Jared.

Lucy terbaring di atas lantai. Dia tampak tak sadarkan diri. Darah segar mengalir dan lampu itu tampak menimpa kedua kakinya.

“Lucy!” Jared berlari menghampirinya. Dia berusaha mengangkat lampu sorot itu dari kaki Lucy.

“Tuan, biarkan pihak berwajib yang menangani masalah ini!” dia berusaha dicegah agar tidak sembarangan bertindak.

“Diam” Jared memandangi mereka  semua dengan amarah tertahan.

“Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Saat aku tahu siapa yang melakukannya maka bersiaplah untuk kehilangan kedua kakinya!” ancamannya itu tidak terdengar main-main.

Dia kembali mengangkat lampu sorot yang lumayan berat dan setelah berhasil, Jared menggendong Lucy dan membawanya pergi. Meskipun dia dicegah untuk melakukan hal itu, dia tak peduli sama sekali.

Para penari saling pandang. Mereka tidak pernah melihat pria itu sebelumnya tapi tidak dengan Ana yang pernah melihat Jared  bersama Lucy. Siapa sebenarnya pria itu?

“Bagaimana sekarang?” Kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba membuat pertunjukan mereka terhenti.

 Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meminta maaf dan menghentikan pertunjukan itu.

Jared membawa Lucy ke rumah sakit. Dia tidak akan tinggal diam. Dia tahu kejadian itu bukanlah sebuah kecelakaan biasa. Dia menaruh curiga pada rekan Lucy.

“Sebar yang lain dan cari tahu siapa yang melakukan hal ini. Ikuti wanita itu, aku yakin dia ada hubungannya!” Jared memberikan perintah kepada anak buahnya yang masih berada di gedung pertunjukan.

 Jangan kira pelakunya akan lolos. Selama dia peduli dengan Lucy maka semua itu akan dia perhitungkan dan dia tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti Lucy.

Jared memeluknya erat selama membawa Lucy ke rumah sakit. Luka yang dia dapatkan tidak begitu serius. Akan tetapi, yang paling serius adalah bagian kakinya. Pelaku pasti sudah menargetkan kedua kaki Lucy dan dia yakin orang yang melakukan itu adalah orang yang sama dengan waktu itu.

Aroma persaingan tercium. Dia yakin orang itu ingin menghancurkan Karier Lucy dengan mematahkan kedua kakinya. Malam ini dia lengah. Seharusnya dia menyebar lebih banyak anak buah untuk mengawasi tempat pertunjukan itu.

“Da-Daniel,” Lucy mulai sedikit mendapatkan kesadarannya.

“Aku bukan Daniel!”

“Daniel. Aku akan segera menyusulmu jadi tunggulah aku,” Dia mulai mengigau di tengah kesadaran yang sedikit dia dapatkan.

“Kau tidak akan  menyusul Daniel karena kau tidak akan mati!”

“Aku akan segera datang, Daniel. Kita berdua akan bersama lagi dan kau harus membebaskan Jared dari Sumpah yang diucapkan padamu. Aku akan datang, tunggulah!”

Jared mengerutkan dahi. Apa maksud perkataan Lucy? Dia curiga, jangan-jangan tebakannya bahwa Lucy akan mengakhiri hidupnya adalah benar. Jika memang begitu, bukankah Lucy begitu bodoh?

“Kurang ajar kau Daniel. Kau benar-benar kurang ajar!” Jared kembali mendekap Lucy dengan erat. Semua gara-gara Daniel dan tidak seharusnya dia peduli dengan Lucy.

“Jangan kau pikir kau bisa mati dengan mudah, Lucy. Aku tidak akan membiarkan kau mati sekalipun kau ingin. Kau sudah terlibat denganku maka kau tidak akan bisa lepas dariku kecuali aku yang melepaskan dirimu!” Mungkin dia akan dianggap bodoh tapi dia tak peduli dengan semua itu.

Memang sejak awal tidak seharusnya dia bermain-main dengan perasaan tapi sekarang dia sudah terjerumus. Niatnya mendekati Lucy untuk melepaskan diri dari pesona Mikael tapi kini jadi sesuatu yang berbeda.

Lucy merintih kesakitan. Tidak saja seluruh tubuhnya tapi yang paling sakit adalah kedua kakinya dan kemungkinan besar dia tak dapat lagi dia gunakan.

Jared berusaha menenangkan tapi rasa sakit itu tak tertahankan. Kurang ajar,  lagi-lagi Dia berkata demikian. Pelaku yang melakukan hal itu benar-benar kurang ajar. Tidak seharusnya pelaku itu menargetkan kaki Lucy tapi sebentar lagi pelaku itu akan merasakan apa yang Lucy rasakan.

Ana yang sangat puas karena rencananya berjalan dengan begitu sempurna segera mencari orang yang dia perintahkan untuk menjatuhkan lampu sorot itu. Dia harus segera membayar lalu memerintahkan orang itu pergi supaya tidak ada yang tahu jika dialah pelakunya.

Dia menemui orang itu di sebuah gang yang sepi. Kali ini uang yang dia keluarkan tidak sia-sia karena usahanya berhasil.

“Berikan uangnya sekarang juga!” dia langsung ditagih begitu mereka bertemu.

“Tidak perlu khawatir. Aku pasti akan membayarkanmu karena kau telah berhasil melakukan tugasmu!”

“Cepat. Aku tidak memiliki banyak waktu!” Sesungguhnya dia merasa ada yang mengikuti tapi dia tidak yakin.

Ana mengeluarkan uang dari dalam tas lalu memberikan uang itu, “Ingat, tidak ada yang boleh tahu jika akulah yang telah membayarmu. Jika suatu saat nanti kau tertangkap, kau tidak boleh menyebut namaku!” dia harus mewaspadai hal ini.

“Jangan banyak bicara. Berikan uangnya sekarang juga!”

“Segera pergi!” Ana memberikan uang itu. Dia benar-benar puas. Senyum kemenangan terukir di wajahnya. Setelah ini dia yang akan menjadi pemeran utamanya.

Ana tertawa di lorong itu. Dia menari dan berputar untuk merayakan kemenangannya. Setelah ini, Lucy  tidak akan pernah menjadi penghalang baginya untuk bersinar.

“Aku yang menang, Lucy. Akulah yang menang!” Dia benar-benar terlihat puas.

Sebaiknya dia segera pulang untuk merayakan keberhasilannya itu. Ana melangkah dengan senyum lebar. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika sekelompok orang berdiri di ujung lorong.

“Apalagi maumu?” Dia kira orang-orang itu adalah pria yang dia bayar tadi.

Orang-orang itu hanya diam, memperhatikan dirinya.

“Aku sudah membayar dirimu, jadi pergi!”  Dia kembali  mengusir. Akan tetapi, orang-orang itu justru melangkah maju yang membuat Ana mulai ketakutan.

Dia mulai menyadari jika orang-orang itu bukanlah pria yang dia bayar tadi. Kini dia mulai merasakan adanya ancaman. Ana berusaha melarikan diri tapi naas, dia tertangkap dengan mudah dan dia langsung dibawa pergi dalam keadaan tak sadarkan diri.