Berkorban Demi Cinta

Sementara Morgan berlari keluar dari rumah sakit, napasnya tersengal-sengal, matanya terus mencari-cari sosok Kelly yang sudah cukup jauh di depannya. Tanpa berpikir panjang, dia segera mempercepat langkahnya, mengejar Kelly dengan tekad yang membara.

Di sisi lain dua anggota Morgan yang melihat Kelly berdiri di tengah jalan. Mereka berteriak dengan kencang saat melihat gadis itu berdiri di tengah jalan, "Nona... bahaya...!"

Kelly yang sudah tak ingin melanjutkan hidup, merasa hidupnya penuh dengan kepahitan dan tanpa harapan. Ia memejamkan matanya, memilih untuk pasrah dan membiarkan mobil yang melaju kencang menabraknya. Dalam kepalanya, segala kesedihan dan rasa putus asa bercampur aduk, membuatnya merasa tidak ada jalan keluar lain.

Namun, tepat saat mobil itu mendekat dengan kecepatan mengerikan, sepasang tangan kuat tiba-tiba menariknya ke samping. Dalam sekejap, Kelly terseret keluar dari bahaya dan dibawa pergi entah oleh siapa. Tubuhnya yang lemah dan jiwanya yang hampir hancur membuatnya tak mampu melawan atau merespon. Dalam keadaan setengah sadar, dia merasakan tubuhnya dimasukkan ke dalam mobil.

Suara deru mesin mobil dan getaran lembut di sekelilingnya hanya menjadi latar belakang samar bagi pikirannya yang kacau. Kelly, yang kini tak sadarkan diri, terkulai lemas di dalam mobil. Tekanan dan kewalahan yang dia hadapi sebelumnya telah menguras seluruh tenaga dan semangatnya, membuatnya tenggelam dalam kegelapan yang pekat.

"Gawat! Nona dibawa pergi oleh seseorang!" teriak salah satu anggota Morgan dengan suara panik, matanya masih memandangi jalanan yang kini kosong.

"Hubungi Tuan! Aku akan periksa kamera di seberang jalan!" balas rekannya tanpa ragu, segera berlari ke arah seberang jalan untuk mencari rekaman yang mungkin bisa memberi petunjuk tentang penculik Kelly.

Sementara itu, temannya dengan tangan gemetar segera menekan nomor ponsel atasannya. Jantungnya berdetak kencang, berharap Tuan Morgan segera mengangkat panggilan tersebut. Setelah beberapa dering yang terasa seperti selamanya, akhirnya panggilan itu tersambung.

"Halo, Tuan. Nona dibawa pergi oleh Van berwarna hitam," kata anggotanya dengan suara terengah-engah, berusaha menyampaikan informasi secepat mungkin.

Di tempat lain, Morgan terdiam sejenak, berusaha mencerna kabar buruk yang baru saja diterimanya. "Selidiki siapa mereka sekarang juga!" perintahnya dengan nada penuh kecemasan, tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya.

"Siap, Tuan! Kami akan mencari tahu secepatnya," jawab anggota tersebut, menutup telepon dan segera bergabung kembali dengan rekannya yang sedang memeriksa kamera keamanan.

"Kelly, siapa yang membawamu pergi," gumam Morgan.

Di seberang jalan, rekannya yang telah mencapai salah satu toko dan sedang sibuk berbicara dengan pemilik toko tersebut. "Kami perlu melihat rekaman dari beberapa menit yang lalu," katanya sambil menunjuk ke arah kamera yang menghadap jalan tempat Kelly diculik.

"Baiklah!" jawab wanita itu yang adalah pemilik toko. Tanpa basa-basi ia pun memutarkan rekaman beberapa saat yang lalu.

Morgan yang telah tiba di rumahnya langsung memutar rekaman yang dibawa pulang oleh anggotanya. Ia tampak serius memperhatikan setiap detik dari video tersebut, mencoba menemukan petunjuk yang bisa membantu menemukan Kelly.

"Tuan, siapa pemilik Van hitam itu? Melihat dari plat nomornya, sepertinya kendaraan itu berasal dari luar negeri," ujar salah satu anggotanya yang juga mengamati rekaman tersebut.

Morgan menghela napas panjang, jelas frustasi dengan situasi yang dihadapinya.

"Morgan, apakah kamu memiliki musuh dari luar negeri?" tanya Lion yang duduk di sofa sambil terus memerhatikan rekaman itu dengan seksama.

Morgan menggelengkan kepala, "Tidak ada! Bahkan jika ada, tidak ada yang tahu tentang hubunganku dengan Kelly."

Lion mengerutkan kening, semakin penasaran. "Lalu siapa yang membawa Kelly pergi?" tanyanya dengan nada yang semakin serius.

"Aku juga sama penasarannya denganmu, Lion," jawab Morgan sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Morgan kemudian berdiri dan memberikan perintah tegas kepada anggotanya. "Kalian selidiki lagi, ke mana arah Van hitam itu. Periksa semua rekaman CCTV di jalan-jalan besar. Jangan sampai ada yang terlewat!"

Lion yang merasa situasinya semakin mendesak, menambahkan, "Kita butuh bantuan polisi, hanya mereka yang punya akses untuk memeriksa CCTV itu secara menyeluruh."

Morgan berhenti sejenak, merenungkan kemungkinan yang ada. "Lakukan yang terbaik. Jika polisi menolak membantu, aku akan membayar mereka dengan sejumlah uang. Yang penting Kelly bisa selamat," ujarnya dengan penuh tekad.

Sementara itu, anggotanya segera bergerak untuk melaksanakan perintah. Mereka tahu bahwa setiap detik sangat berharga, dan keselamatan Kelly tergantung pada seberapa cepat mereka bisa menemukan petunjuk dari rekaman tersebut.

Morgan, meskipun terlihat tenang, jelas menyimpan kekhawatiran mendalam. Hubungan dengan Kelly yang dirahasiakan membuatnya semakin sulit menebak siapa yang bisa menjadi dalang di balik penculikan ini. Namun, tekadnya untuk menyelamatkan Kelly tidak bisa digoyahkan.

"Siapa yang membawa Kelly? Kelly, kamu benar-benar ingin mengakhiri hidupmu sehingga berulang kali ingin membunuh diri. Semua adalah salahku karena tidak menyadari masalah yang kamu hadapi," gumam Morgan.