Semuanya dimulai dari 2 makhluk pertama di ketiadaan yang tiba-tiba muncul, mereka tidak bisa berbicara langsung, merasakan, atau makan-minum seperti makhluk hidup pada umumnya. Namun seiring berjalannya waktu dan tahu apa yang harus dilakukan, keduanya mulai menciptakan sesuatu di diri mereka, tubuh fisik, organ dalam, makhluk-makhluk lain yang nantinya berada dibawah perintah mereka, hingga nama-namanya.
Kedua makhluk pertama bernama Klaus dan Marcus, tetapi di situ mulai ada pertanyaan muncul dibenak mereka 'Apa arti hidup? Kenapa aku bisa berada disini?' Kenapa hanya ada kami berdua pada awalnya?'. Mereka beserta seluruh makhluk lainnya pun mulai mencari apa itu arti hidup, hingga Marcus sudah memiliki jawabannya sendiri yang membuat kehidupan Klaus berubah drastis...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kuncoro agus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Ya...fungsinya tidak sebanyak yang kau pikirkan, tapi memang itu berfungsi sebagai penyerap dan penyalur energi di alam semesta ini." Klaus membalas dengan sedikit jengkel
"Hah? Penyalur energi? Apakah maksud mu itu, dia menyerap energi lalu menyalurkan energi yang dia serap gitu?" Marcus penasaran
"Heeee, kirain ga ngerti ternyata kau ga sebodoh itu ya. Ya seperti yang kau bilang lubang hitam disana memang berfungsi seperti itu, makanya saat awal diciptakan saat itu kamu masuk kedalamnya, kau ga terserap sepenuhnya karena memang fungsi sepenuhnya bukan menyerap atau menarik sesuatu." Klaus membalas dengan sedikit mengejek
"Ck, kau pikir aku sebodoh itu kah? Terserah kamu aja lah." Membalas dengan kesal.
Klaus tidak membalas keluhan Marcus itu, lalu menoleh ke arah semua dewa baru tersebut dan bicara dengan menaikkan suaranya supaya terdengar oleh semuanya.
"Baiklah kalian semua, aku, Marcus dan Jingwei akan membimbing kalian semua saat proses menciptakan alam baru itu, kalian yang jadi makhluk ciptaan masing-masing tuannya. Ikuti perintahnya!"
"Baiklah tuan, kami tidak akan mengecewakan harapan ketiga tuan!" Semua dewa baru menjawab serentak.
Namun Jingwei menyadari sesuatu yang janggal.
"Eehh?! Tidak, aku juga bawahan seperti kalian! Jadi tolong jangan buat aku kesulitan seperti ini!" Sambil melambaikan kedua tangannya.
"Sudahlah Jingwei, mereka juga bawahan mu kan? Kan kamu yang menciptakannya, lagian aku ga akan marah karena hal sepele seperti itu. Jadi sekarang kau bisa dianggap seperti satu tingkat di bawah ku, tapi memerintah semua bawahan mu itu dibawah perintah ku, bagaimana menurutmu Jingwei?" Klaus memberi saran sambil menepuk bahu Jingwei.
"Baiklah tuanku! Seperti yang anda katakan, saya dan semua bawahan saya ini akan mengikuti saran tuan!" Jingwei menjawab dengan hormat.
"Baiklah, cukup pujian berlebihan mu itu Jingwei. Saatnya melakukan tugasnya masing-masing."
"Kau benar kawan, kalau begitu…..Rina ayo kita ke sekitar lubang hitam itu dan mulai pekerjaan kita."
"Baiklah tuanku, seperti yang anda perintahkan. Tuan Klaus dan tuan Jingwei, saya akan undur diri dulu untuk melaksanakan perintah tuan saya." Rina menundukkan kepalanya.
"Ya kau benar Rina, kalau begitu Jingwei kau ke sebelah kanan dan aku ke sebelah kiri."
"Ya baiklah tuan, seperti yang anda perintahkan. Tuan Marcus semoga anda dan yang lainnya bisa cepat selesai dalam melakukan pekerjaannya, dan untuk tuanku juga." Jingwei menjawab dengan lembut
"Siapa juga yang mau ini berlangsung lama. Sudahlah, kau tidak perlu basa-basi seperti itu Jingwei."
"Ahahaha, maafkan saya tuan Marcus." Tertawa dengan gugup
"Hmph." Kemudian Marcus beserta semua bawahannya menghilang.
"Jangan marah Jingwei, walau dia kesal seperti itu tapi sifatnya tidak seburuk itu kau tau."
Klaus menanggapi rasa gugup Jingwei dengan menepuk bahunya
"Saya mengerti dan tau tuanku, kalau tuan Marcus tidak ingin melakukan hal-hal merepotkan."
"Baiklah, Jingwei. Aku duluan." Klaus pun pergi dan menghilang dari hadapan Jingwei.
Jingwei pun menjawab sambil menundukkan kepalanya lagi kemudian pergi ke arah berlawanan.
"Anda benar tuan, saya tidak akan membuang waktu lagi, kalian semua ikuti aku!"
Setelah itu tugas mereka membuat alam semesta pun dilanjutkan kembali, namun yang berbeda adalah sekarang lebih banyak yang membantu dari pada yang sebelumnya yang hanya dilakukan oleh 3 orang saja.
Walaupun banyak tenaga, waktu, energi dan lainnya yang terbuang sia-sia, tapi kerja keras mereka semua sudah membuahkan hasilnya setelah 30 triliun tahun. Bahkan sebelumnya ada beberapa miliar alam semesta yang gagal, namun sekarang sudah berkurang drastis hingga hanya beberapa juta saja.
Itu dikarenakan energi yang berada di dalamnya belum sepenuhnya terkendali, jadi terkadang setelah alam semesta itu selesai diciptakan ada yang tiba-tiba meledak, energi didalam pelindungnya bocor keluar dan ada yang tiba-tiba secara perlahan menghilang entah kemana. Jadi setelah banyak pengalaman dari kesalahan itu akhirnya mereka semua menyelesaikan pekerjaannya.
Sesudah semua rencana awal penciptaan alam semesta sudah selesai ada 1 masalah lagi yang belum bisa dipecahkan yaitu…..menciptakan makhluk di dalamnya.
Ini sudah menjadi masalah yang benar-benar membingungkan terutama bagi Klaus yang terpintar diantara para dewa, dia tidak bisa memikirkan bagaimana rupa atau struktur makhluk yang mengisi alam semesta yang mereka semua ciptakan.
"Haaaahhhh, bagaimana caranya supaya ada makhluk hidup ya? Apakah harus kita semua yang mengisi di dalam semestanya satu persatu?" Ujar Klaus mengeluh sambil bertanya ke diri sendiri
"Eemm tuan, bukankah anda sudah tau apa jawabannya, anda tinggal duduk lalu mulai menciptakan makhluk baru saja? Juga bukankah lebih baik kita semua yang ada disini dijadikan pengawas saja kecuali tuan dan tuan Marcus."
Jingwei yang berada disamping Klaus memberi saran.
"Hei Jingwei, ngomong doang mah gampang kau tidak tau aja kalau menciptakan makhluk hidup tidak semudah kelihatannya. Ya untuk saran mu itu mungkin akan aku pertimbangkan dengan si bodoh itu."
"Hei! Siapa yang kau panggil bodoh hah?!" Bertanya balik sambil marah.
"Hahahah, hanya bercanda kawan. Baiklah mungkin kita harus mulai mencari solusi untuk masalah baru ini, tapi menurutku lebih baik fokus dulu pada salah satu alam semesta saja untuk mulai menciptakan makhluk baru ini, daripada kita semua langsung ingin mengisi semuanya bukan? Apalagi ini pengalaman pertama kali bagi kalian para dewa baru."
Lalu dijawab oleh semuanya dengan berbisik.
"Tuan Klaus benar juga"
"Benar juga kenapa tidak aku pikirkan ya?"
"Kau saja yang terlalu bodoh."
"Saran tuan Klaus bisa kuterima, kau bagaimana?"
"Aku ikut saja dengan mu."
"Baiklah karena kalian semua yang disini setuju, kalau begitu bagaimana dengan yang ada disana yang dekat dengan lubang hitam itu? Jika kita gagal, kita bisa langsung melemparkannya ke lubang hitam itu, sambil menyuplai energi ke lubang hitamnya untuk nanti, bagaimana?"
"Eemm tuan maaf jika saya tidak sopan, tapi apa maksud dari perkataan anda itu?" Arta mengacungkan tangannya
"Pertanyaan yang lumayan Arta, maksudku adalah lubang hitam yang aku sempurnakan ini berfungsi sebagai pembantu menyempurnakan energi kosmik semaksimal mungkin, jika nanti kita mulai menciptakan makhluk baru lalu gagal, nah sesudah kita melemparkan makhluk gagal itu setelahnya energi yang berada dalamnya akan diuraikan terus menerus. Untuk waktu mengurainya aku kurang tau yang pasti setelah selesai dan tidak bisa diuraikan lagi itu sudah sepenuhnya menjadi energi kosmik dan berbagai macam zat, elemen dan lain-lain yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah semesta, setelah itu energi itu akan didorong keluar lalu dia akan mulai menciptakan sebuah alam semesta dengan sendirinya jika energi yang berkumpul cukup besar. Dan untuk nama lubang hitam ini akan ku namakan ‘Trypa Opysynthesis’ ya mungkin sulit disebut jadi bisa disingkat jadi ‘Troth’ saja." Klaus menjawab tanpa di jeda.
"S-seperti yang diharapkan dari tuan ku, saya yang bodoh saja bisa mengerti apa maksudnya, terima kasih atas pencerahannya tuan." Arta menjawab dengan kagum
"Ya sama-sama Arta, baiklah semuanya ayo pergi ke sana."
Dalam waktu 1,7 detik di jarak 820.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 km mereka semua pun sudah sampai, namun Rina langsung menatap sekitar dengan heran lalu bertanya.
"Tuan, apa yang sudah anda berdua lakukan? Mmm….maaf jika saya tidak sopan tuan, tapi saya sangat penasaran itu saja tuan, tapi jika keberatan menjawab lupakan saja tuan."
“Apa maksudmu itu Rina? Tentu saja aku atau pun si Klaus itu akan menjawab. Singkatnya kami berdua menyalurkan energi kami ke sekitar kalian semua lalu kami berlari sambil melewati ruang dan waktu, itulah kenapa sangat singkat untuk bisa sampai. Walaupun diantara kalian semua ada yang berpikir kenapa Jingwei tidak membantu juga, itu karena perbandingan kecepatan antara dia dan kami berdua cukup jauh, jika dia yang melakukannya mungkin akan butuh waktu sekitar….eemm mungkin 12 menit.”
“A-apa? Menit? Apa itu tuan? Apakah itu jumlah satuan waktu?” Rina bertanya lagi
Klaus menyela.
“Ya, kau benar Rina. Dibawah itu ada detik dan diatas menit ada jam, lalu hari, Minggu, bulan, tahun dan seterusnya sampai ke tingkat akhir yaitu kosmik. Kecepatan kosmik sendiri jauh sangat jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya, contohnya seperti yang aku dan tuan mu lakukan namun itu kecepatan terendahnya saja, karena konsep waktu, ruang, dimensi dan konsep kecepatan itu sendiri sama sekali tidak berlaku. Jadi rasanya seperti, sebelum berkedip kau sudah pindah tempat simpelnya begitu Rina, dan untuk Jingwei kenapa dia tidak bisa karena kecepatan dia di tingkat tahun cahaya.”
“B-begitu tuan Klaus, terimakasih atas pencerahan anda.” Rina menjawab sambil sedikit kagum
“Cih, kau terus saja mengambil perhatian. Lalu giliranku kapan?” Marcus menyela
“Haaahh kau ini, buat menjawab saja masih ragu. Lain kali coba berpikir dulu baru bicara, sudahlah daripada buang-buang waktu terlalu banyak langsung kita lakukan saja.”
“Ck, iya iya aku mengerti.” dengan kesal
Setelah itu pekerjaan baru mereka semua pun di mulai, dari menciptakan Planet, bintang dan lain-lain...