Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal Tidak Terduga Lagi
Putra terus berenang bersama tubuhnya yang terluka demi mencapai ke darat. Darah segar pun terus mewarnai air di sekitaran badannya.
Sementara yang di atas terjadi tembak-tambakan. Karena sebaik Putra tertembak. Anak geng yang ada di boat pada sigap melawan. Begitu pula mata-mata geng. Tentu ya, Putra masih diikuti oleh mereka.
Ini kita bicara bukan karena tugas mereka hanya sebagai mata-mata. Tapi selaku anak geng melihat kejadian itu. Tentu jiwa mereka jadi membara. Lagi pula, tugas mereka hanya di suruh melihat pergerakan Putra. Bukan di suruh membunuh.
Dor! Dor! Dor!
"Aaa...!"
Bukan hanya peluru, tentu saja suara teriakan orang-orang yang berada di sekitaran situ pun turut meramaikan suasana yang menegangkan tersebut.
Rupanya yang menembak Putra adalah polisi air yang gak terima. Akibat ulah Putra menembaki rekan-rekan mereka. Jumlah mereka ada 5. Mereka bersembunyi di antara gedung, dan salah satunya yang menembak Putra.
Dor! Dor! Dor!
"Aaa...!"
Suara itu terus mewarnai di lokasi tersebut. Orang-orang di sekitaran situ pun masih pada sibuk berlari ke sana-sini demi menyelamatkan diri.
"Kejar! Kejar! Kejar!" Seorang mata-mata geng berteriak, saat melihat target mereka mau kabur.
Dor! Dor! Dor!
Hosh... Hosh... Hosh...
Tembakan bersamaan dengan deru nafas tak beraturan. Terus mengiringi langkah cepat perburuan mereka ke polisi air itu.
Sementara itu yang di boat, melihat mata-mata geng mengejar. Mereka jadi beralih mengamati air laut demi mencari sosok Putra.
"Untung, ada mata-mata geng. Kalau gak, kena juga kita. Orang mereka menembak mendadak begitu," ucap salah satu dari mereka.
Ya! Mereka pada mengira kebetulan ada mata-mata geng jadi terbantu. Padahal aslinya tidak begitu.
"Gimana, kelihatan gak?" tanya rekan yang satunya.
"Nggak!"
"Eh, itu! Itu! Si Boss!"
Seorang dari mereka menunjuk ke arah lain. Karena melihat Putra keluar dari air laut, dan berjalan tertatih-tatih.
Namun karena jarak antara mereka jauh, jadi tanpa menghampiri mereka hanya bisa memanggil-manggil.
"Boss!"
"Boss!"
"Boss!"
Sementara itu Putra, bersama tubuhnya yang basah, dan darah yang terus mengalir. Terus berjalan tertatih-tatih mencari apotek terdekat. Darah dan air terus menetes, dan seperti meninggalkan jejak di jalan yang dilaluinya.
Nggak lama dia ketemu apotek, dan langsung masuk. Tentu saja, kehadirannya membuat pelanggan di sana jadi pada terkesima, dan langsung ngibrit.
"Aaaa...!" takut mereka.
"Cepat! Ambilkan saya alkohol, kain kasa, perban. Pokoknya apapun yang bisa mengobati luka saya ini. Dan juga, saya minta vitamin cair dosis tinggi serta suntikan." Putra berkata dengan tubuh gemetaran, kepada petugas di sana.
Orang itu sebelum pergi memandangi dulu sosok yang mengerikan di depannya, dan menjawab terbata-bata.
"I-ya."
Ternyata Putra bisa mengerjai luka di badannya. Mungkin karena pekerjaannya seperti itu alias beresiko akan kematian. Jadi dia harus tahu dunia medis. Terutama dalam pengobatan luka tembak, luka senjata tajam, dan hal serupa lainnya. Biar dia bisa jaga-jaga diri jika sewaktu-waktu terjadi hal begini.
"Arghhh..!"
Putra mengerang kesakitan ketika mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuhnya. Setelah 15 menit lalu orang itu memberikan semua apa yang dimintanya.
Untung, peluru itu jauh dari jantungnya. Mungkin karena itulah dia masih punya nyawa.
Kemudian dia membalut lukanya, dan menyuntik vitamin ke tangannya biar dia ada tenaga. Selanjutnya sebelum pergi, dia memberi beberapa lembar uang ke orang itu.
Selang sesaat, kini dia sedang berada di jalan raya demi beranjak pulang. Namun pada saat dia ingin menyetop taxi matanya teralihkan. Karena dia melihat dari kejauhan ada dua orang yang dikenalinya. Sedang berlari ke arah JPO alias jembatan penyebrangan orang. Dikejar oleh kubu yang pertama alias kubu mengincarnya dengan Saras. Jelas, dia jadi terpana.
(Gambar hanya ilustasi)
Kenapa mereka bisa dikejar sama mereka?!
Jadi yang dilihatnya itu adalah Saras dan Bayu. Ternyata kenapa kubu itu tidak ada di lokasi saat penembakannya tadi. Karena lagi sibuk di sini. Karena memang biasanya karena gak tahu keberadaan Saras, kubu itu mengikutinya.
Tempat tinggal baru Saras di area pelabuhan. Jelas jadi dekat dengan dermaga tempat pria itu tadi. Karena masih satu area dengan Jakarta Utara. Jakarta Utara itu adalah area di Jakarta yang dekat dengan laut.
Sementara itu di atas JPO, Bayu menyuruh Saras tetap berlari. Karena dia akan menghadang orang-orang di belakang mereka.
(Gambar hanya ilustrasi)
"Kamu yakin?" cemas Saras.
"Sudah! Kamu pergi saja!" Bayu tetap mengusir.
Lalu pada saat orang-orang itu sudah mendekat. Bayu langsung balik badan, dan menghalangi dengan menendang mereka satu-persatu.
Bug! Bug! Bug!
Tentu saja, apa yang dilakukan Bayu tidak semerta-merta membuat mereka tumbang. Namanya tendangan Bayu untuk sekedar menghentikan langkah mereka.
Selanjutnya terjadilah perkelahian di antara mereka. Bayu kewalahan menangkis pukulan dan tendangan dari mereka satu persatu. Jelas dia kena keroyok karena memang perkelahian di antara mereka tidak seimbang. 1 vs banyak...
Bug! Pak! Bug Pak!
Bohong, kalau badan Bayu gak babak belur. Akibat itu, Bayu pun jadi kerepotan atas serangan bertubi-tubi dari mereka dan membuatnya jadi lengah. Akhirnya 2 orang berhasil lolos dengan kembali mengejar Saras.
Sebenarnya orang yang masih berada di situ geram saja dengan Bayu. Sudah sendiri, bela dirinya pun gak seberapa, tapi sok ingin melindungi Saras. Karena sebenarnya bisa saja mereka meninggalkan Bayu. Toh, Bayu gak ada urusan sama mereka.
Tapi sebenarnya kenapa Bayu kewalahan, ya apa lagi... Karena jumlah mereka banyak. Bela diri dia gak mampu mengatasi hal itu. Kalau 2, 3 orang, masih bisa lah...
Bug!
Tiba-tiba dari arah lain bala bantuan datang menendang salah satu di antara mereka. Sontak fokus mereka jadi teralihkan sekaligus terperangah, begitu pula Bayu. Tapi sehabis itu, Bayu paham siapa sosok itu. Ya, termasuk kubu itu.
Karena meski Putra memakai topi dan masker. Tentu mereka tahu itu siapa. Karena memang orang itu masuk dalam list perburuan mereka selain Saras. Sebenarnya Putra memakai atribut itu agar nanti Saras tetap tidak melihat sosoknya. Kalau masalah anak-anak itu, ya dia tahu pasti mereka mengenalinya. Wong, kemarin kan dia sudah memberi analisanya di rapat dengan timnya.
Jadi sebelum ke situ, pria itu memakai topi dan masker dulu.
"Wah! Bang Jago kita datang," ujar salah satu dari mereka.
Tanpa banyak cincong, Putra langsung memukul dan menendang mereka. Prioritasnya hanya satu, harus menewaskan setengah dari mereka. Karena sebenarnya tadi dia mau langsung mengejar orang yang mengejar Saras. Cuman gak mungkin dia gak menolong Bayu dulu dalam kondisi begitu.
Bug! Pak! Bug Pak!
Modar sudah setengah dari mereka. Ada yang di lemparnya ke bawah, dan terlindas mobil. Ada yang dicekiknya, dan ada yang mati karena hantaman keras darinya.
"Kamu bisa menyelesaikan sisanya, 'kan?" Bima berkata ke Bayu dengan nada kecil, saat badannya mendekat.
"Bisa, Pak!"
"Ingat! Harus dibuat mati ya."
"Siap!"
Jelas itu biar tidak ada saksi. Karena takutnya kalau masih hidup mereka nanti akan melapor. Akan kehadiran orang baru yaitu Bayu, dan itu urusannya jadi berabe berdampak ke tim mereka. Sekaligus juga, area tempat tinggal baru Saras jadi diketahui.
Setelah mantan anak buahnya itu mengerti, lekas Bima pergi. Selanjutnya Bayu lanjut berkelahi di JPO.