NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.

"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"

Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"

"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Setelah menghabiskan lima hari di Los Angeles, sekarang Elizabeth beraktivitas seperti biasanya. Dia sudah tidak sakit lagi, karena saat di LA, Altezza benar-benar merawatnya, bahkan Eliza sempat dirawat inap di rumah sakit. Padahal sebenarnya tidak terlalu parah, Altezza saja yang ngeyel. Meski begitu, Elizabeth bersyukur karena dia memiliki bos yang baik seperti Altezza.

Bekal untuk Altezza hari ini, Elizabeth hanya memasak ayam asam manis, dan juga dimsum yang dia buat tadi malam. Benar-benar hanya dirinya yang masak, karena Geisha yang menyuruhnya. Sebenarnya Elizabeth tidak terlalu pandai memasak, dia jarang memasak makanan yang berbahan dasar bumbu halus, paling sering ya bawang diiris-iris saja, tapi, rasanya tak kalah enak dengan masakan sang mama.

Karena malas sarapan, Elizabeth membawa dua bekal hari ini, tak lupa kopi yang dia seduh di dalam termos kecil.

"Berangkat dengan Papa saja, El."

Suara papanya membuat Elizabeth yang sedang menyiapkan bekal, menoleh. Terlihat Austin berjalan menuju ruang makan bersama Geisha.

"Tumben, Papa ada urusan di sekitar kantor ku?" tanya Elizabeth. Dia meletakkan tas bekal di atas meja makan lalu duduk di kursi, ikut bergabung dengan kedua orang tuanya.

Austin mengangguk menjawab pertanyaan anaknya. "Iya, di kantor pos."

Kantor pos memang searah dengan Pamungkas Company, sedangkan perusahaan milik keluarga Argantara beda arah lagi.

Elizabeth ber 'oh' ria. Dia pun mengambil roti yang sudah dioles selai coklat untuk mengganjal perut, tak lupa meminum susu hangat yang disiapkan oleh mamanya. Di rumah ini memang ada pelayan, tapi, Geisha tetap turun tangan jika urusan makanan.

Singkat cerita, Elizabeth dan Austin berangkat bersama. Hingga di depan kantor, Eliza segera menyalami tangan papanya.

"Baik-baik kerjanya, jangan ceroboh, Nak."

Elizabeth mengangguk sebagai jawaban. Ia pun keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam kantor.

Saat dia sudah masuk lift, Altezza juga melakukan hal yang sama. Elizabeth sempat terkejut, kedatangan pria itu selalu tiba-tiba.

"Kebetulan kita bertemu di sini, Pak. Ini bekal untuk Pak Al." Elizabeth menyerahkan salah satu tas bekal pada Altezza.

Karena sudah terbiasa, Altezza pun menerimanya tanpa sepatah kata. Baskara yang di belakang mereka hanya menahan senyum, meski matanya terfokus pada tablet di tangannya.

"Sama-sama!" ujar Elizabeth dalam hati. Sesusah itulah mengucapkan terima kasih? Dia mendengus pelan, memangnya apa yang ia harapkan dari manusia batu ini?

Pintu lift terbuka. Eliza melangkah keluar, begitupun dengan Altezza. Ketika Eliza hendak masuk ke dalam ruangannya, Altezza menghentikan.

"Elizabeth, kirim file laporan proyek di LA, saya tunggu," katanya.

"Baik, Pak." Elizabeth mengangguk dan segera masuk ke ruangannya.

Dia meletakkan tasnya ke atas sofa dan beralih menyalakan komputer di meja. Tangannya dengan lihai menggerakkan mouse untuk mencari berkas yang diminta oleh Altezza.

"Proyek LA, proyek LA ... HAH?! MANA? MANA FILE NYA?!" Wajah Elizabeth memucat, dia berulang kali menggulir mouse, tapi tetap tidak ditemukan. Demi apapun, rasanya ingin menangis saja sekarang! Laporan itu dia kerjakan dengan teliti sampai begadang! Kenapa bisa hilang begitu saja?

"Apa lagi ini, Ya Tuhan ...."

Masih pagi, dia sudah stress saja. Hari yang buruk.

Elizabeth terduduk lemas di kursinya. Dia benar-benar ingin menangis sekarang. Rasanya ingin membanting semua barang yang ada di meja, demi apapun, Elizabeth sangat stress.

"Bodoh! Harusnya aku simpan di flashdisk!" Elizabeth memukul kepalanya sendiri.

Dia berusaha tenang, tapi tidak bisa. Elizabeth mondar mandir mencari cara agar file tersebut bisa kembali.

"Apa aku harus mengerjakan semuanya lagi?!" Elizabeth menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Elizabeth, kamu tidak becus sekali!"

Setelah hampir lima menit mencari cara, Elizabeth pun keluar dari ruangannya dan menuju ruangan Altezza. Dengan ragu dia mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

"Ada apa? Mana file yang saya minta?" Altezza bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari kertar yang sedang dia tandatangani.

"Maaf, Pak. File nya ... file nya ...." Elizabeth menggantung ucapannya.

Hal itu membuat Altezza mengangkat kepala dan menatap datar sang sekretaris.

Tatapan mata itu lagi, Elizabeth merasa ditelan hidup-hidup meski hanya ditatap seperti itu.

"Bicara yang benar." Suara Altezza semakin datar.

Elizabeth menghela nafas berat, kepalanya menunduk dalam. "File nya hilang, Pak ... maaf, saya ceroboh ...."

Tak!

Altezza membanting pulpen nya hingga membuat Elizabeth tersentak. Gadis itu kembali menunduk saat Altezza menatapnya dengan tajam.

"Elizabeth, laporan itu sangat penting untuk kemajuan proyek kita. Kenapa kamu begitu ceroboh?" desis Altezza.

"Namanya juga manusia, manusia kan tempatnya salah," batin Elizabeth. Mana berani dia berkata seperti itu di depan bosnya.

"S–saya akan kerjakan lagi, Pak! Bagaimana?" Eliza menatap Altezza dengan penuh harap.

"Saya butuh file nya sekarang," tekan Altezza. "Bukan besok atau lusa."

Elizabeth mengangguk cepat. "I–iya! Saya akan kerjakan hari ini juga, Pak! Tolong beri saya waktu sampai nanti malam," katanya. Meski dalam hati dia tidak yakin akan beres hari ini atau besok.

Altezza berdecak keras. Sepertinya mood pria itu memang sedang buruk.

"Please, Pak. Percayakan pada saya ...."

"Keluar."

"Tapi—"

"Saya bilang keluar, Elizabeth!"

Seketika mata Eliza berkaca-kaca. Kenapa Altezza terlihat seperti monster sekarang? Tanpa berkata lagi, Eliza segera keluar dari ruangan Altezza. Tepat di depan pintu, ternyata di sana sudah ada Baskara yang menatapnya khawatir. Sepertinya dia mendengar bentakan Altezza tadi.

"Kenapa?" tanya Baskara.

Bibir Eliza mencebik dengan mata berkaca-kaca. "File laporan proyek di LA hilang. Pak bos marah," jawabnya terdengar seperti mengadu.

Baskara menghela nafas. "Kenapa bisa hilang? Di flashdisk tidak ada?"

"Saya tidak simpan di flashdisk. Lupa ...," cicit Eliza.

"Lalu, sekarang kamu mau apa?" tanya Baskara. Dia menatap gadis itu dengan frustasi.

"Mau kerjakan laporannya lagi. Semoga saja bisa," balas Eliza. "Tidak biasanya Pak Al marah, Pak Baskara tau apa yang terjadi dengannya?" Jujur, dia kaget karena kali ini amarah Altezza seakan tak terbendung, padahal sebelumnya Altezza akan biasa saja ketika dia melakukan kesalahan. Wajar saja jika Eliza heran.

"Baskara!"

Belum sempat Baskara menjawab, Altezza sudah menyerukan namanya. Seketika kedua manusia itu langsung panik.

"Kamu kerjakan sekarang, harus selesai kalau bisa." Baskara menepuk-nepuk pundak Elizabeth sebelum masuk ke ruangan Altezza dengan tergesa-gesa.

Tanpa menunggu lagi, Eliza segera melakukannya. Baiklah, dia akan bekerja ekstra cepat hari ini. Untungnya dia agak ingat apa yang ada di dalam laporan itu. Dan foto-foto proyek mereka juga masih ada.

Di sisi lain...

"Itu Hwara, kan? Mantannya Pak bos," bisik Lucina pada teman di sebelahnya, Sofi. Matanya diam-diam melirik Hwara yang berjalan ke luar dengan langkah sedikit tergesa. Namun, meski tergesa, Hwara terlihat begitu santai, benar-benar anggun.

"Iya, untuk apa dia kemari?" balas Sofi ikut berbisik.

Lucina mengangkat bahunya. "Tidak tau. Datang sepagi ini pula."

Lucina dan Sofi tidak tau, karena saat mereka tiba, mereka tidak melihat Hwara masuk, artinya Hwara datang lebih awal dibandingkan mereka berdua. Dan sepertinya, Hwara langsung menuju ruangan Altezza tadi.

"Dia cantik, tapi sayangnya pendiam."

Lucina setuju dengan ucapan Sofi. Hwara itu paket lengkap, minusnya ya pendiam saja. Tubuhnya bagus, wajahnya juga cantik, pantas saja jika bos mereka pernah menyukai perempuan itu.

"Masih pagi sudah bergosip? Hati-hati diciduk pak bos!" Rhys tiba-tiba mengejutkan mereka berdua.

Lucina berdecak melihat Rhys yang sudah menjauh dari sana. "Dasar!" geramnya.

"Benar kata Rhys, aku jadi takut kalau Pak Al menciduk kita. Kembali bekerja, Lucina." Sofi langsung menyalakan laptop di depannya. Sedangkan Lucina memutar bola matanya malas. Hanya bergosip sebentar, tidak akan membuat Altezza marah, kan?

Bersambung...

1
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!