Perselingkuhan yang dilakukan sang suami membuat Selena terpukul. Hingga ia bertemu dengan seorang pria yang menawarkan pembalasan kepada sang suami dengan cara berselingkuh dengannya.
Akankah Selena menerima ajakan pria yang ternyata sudah menargetkan dirinya sejak lama ?
" Maafkan aku sayang, kumohon jangan tinggalkan aku " (Jonathan Miles)
" Aku pernah memintamu untuk meninggalkanku tapi kau menolak. Sekarang aku sendiri yang akan meninggalkanmu " (Selena Reyes)
" Aku pastikan apa yang jadi milikku sejak awal akan selalu menjadi milikku " (Leandro White)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Nova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WLYG 1 - Kehancuran
Selena membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa saat hingga akhirnya ia menyadari ada yang salah dengan dirinya. Tubuhnya hanya tertutupi selimut dan pakaian yang dikenakannya entah berada dimana.
Mencoba untuk membangunkan diri akan tetapi yang ia rasakan hanyalah nyeri pada inti tubuhnya.
Selena memeriksa tubuhnya dan ia menangis histeris saat melihat banyaknya noda merah keunguan di dada dan tubuhnya. Belum lagi saat ia melihat ada noda darah pada pangkal paha dan sprei tempat tidur.
Ya Tuhan... Apa yang terjadi ?
" Tidak... Ini tidak mungkin... " Selena mengeleng-gelengkan kepalanya, ia menjerit lirih diikuti air mata yang mengalir dari kedua matanya.
Terseok-seok, Selena meraih pakaiannya yang teronggok di lantai dan segera mengenakannya.
Siapa yang melakukan ini padaku ? Apa salahku, Tuhan... ?
Selena akhirnya keluar dari kamar hotel mewah tersebut setelah sebelumnya mencari-cari petunjuk bagaimana keberadaan dirinya disana dan seseorang yang telah merusak dirinya.
Nihil,
Tak ada petunjuk apapun yang ia dapatkan. Bahkan ia tak bisa mendapatkan informasi saat ia bertanya kepada pihak hotel, karena pemesanan kamar diatasnamakan dirinya meskipun pembayaran dilakukan secara tunai. Rekaman CCTV pun tidak ada, seperti ada yang sengaja menghapusnya.
Selena memijat kepalanya, berusaha mengingat apa yang terjadi. Akan tetapi, tak ada sedikitpun hal yang bisa ia ingat selain dirinya yang tengah berada di club bersama teman-temannya untuk merayakan pesta lajangnya, karena 2 minggu ke depan ia akan melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya.
Setelah pesta selesai, mereka pun membubarkan diri. Yang Selena ingat, ia tengah berjalan menuju kendaraan miliknya. Lalu ia menabrak seseorang dan setelahnya ia tak ingat apapun. Dan berakhir di atas ranjang dengan kondisi berantakan.
Dikarenakan tak mendapat petunjuk apapun, Selena akhirnya memesan taksi untuk pulang menuju kediamannya. Sepanjang perjalanan, tatapan matanya kosong. Ia tak tahu harus melakukan apa. Hingga kemudian, taksi pun berhenti di depan kediamannya.
Dengan langkah lunglai, Selena memasuki rumah. Baru saja melewati pintu, seorang wanita paruh baya berjalan mendekatinya lalu segera memeluknya.
" Ya Tuhan... Kau darimana saja nak ? Sejak semalam kami tidak dapat menghubungimu. Jonathan bahkan berkeliling semalaman mencarimu " ucapnya begitu khawatir.
Selena membalas pelukan itu dengan erat. Lalu ia kembali menangis dalam pelukan sang ibu.
" Sayang... Ada apa nak ? Apa yang terjadi ? Ceritakan pada ibu, nak ! "
Selena menggeleng pelan namun semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang ibu.
" Aku... Aku... hik hik... "
Hanya isak tangis yang terdengar dari mulut Selena. Sang ibu menghela nafas, lalu mengusap lembut punggung Selena. Nalurinya berkata ada hal buruk yang menimpa putri kesayangannya itu. Tapi, ia tidak akan memaksa Selena untuk bercerita.
" Ayo kita ke kamarmu, nak. Sepertinya kau perlu beristirahat dulu "
Sang ibu akhirnya membawa Selena menuju kamar. Begitu sampai, Selena langsung masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan sang ibu yang semakin bingung dan khawatir melihat sikap tak biasa sang anak.
" Ya Tuhan... Sebenarnya apa yang terjadi ? "
Rosie bergumam sambil berjalan mondar-mandir di depan kamar mandi. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding guna melihat waktu yang berjalan.
Sementara sang ibu merasa khawatir, di dalam kamar mandi Selena terus menggosok tubuhnya di bawah guyuran air shower. Air matanya mengalir deras, ia merasa begitu kotor dan rusak. Entah bagaimana ia harus menghadapi sang ibu juga tunangannya nanti.
Maafkan aku Nath... Maaf aku tidak bisa menjaga diriku... Aku tidak pantas untukmu
Kalimat itu terus berulang dalam pikiran Selena, perasaannya campur aduk antara marah, kesal, sedih, bingung, juga rasa bersalah menjadi satu.
Kepada siapa dirinya harus meminta pertanggungjawaban. Siapa yang patut ia salahkan atas apa yang menimpanya kini ?
" Brengsek ! Bajingan sialan ! "
Selena sesekali berteriak, mengumpat diantara derasnya air mata yang terus mengalir.
Mendengar teriakan sang anak, tentu membuat Rosie semakin ketar ketir dibuatnya. Ia pun semakin meyakini ada hal buruk yang telah menimpa Selena.
Rosie terus menghitung waktu yang berlalu dimana keberadaan Selena masih berada di dalam kamar mandi. Sudah satu jam lamanya putri semata wayangnya itu berada disana.
Akhirnya Rosie pun mengetuk pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga.
" Nak... Selen... Kau sudah selesai nak ? Keluarlah sayang, ibu ada disini untukmu " ucapnya khawatir.
Tak ada sahutan dari Selena, tetapi samar masih terdengar suara gemercik air dari dalam.
Rosie kembali mengetuk pintu kamar mandi sambil terus memanggil nama Selena. Begitu seterusnya hingga akhirnya Selena membuka pintu kamar mandi.
Wajahnya terlihat pucat dengan mata yang sembab dan berkaca-kaca.
" Ibu... Aku... aku... "
Belum selesai kalimat yang diucapkan oleh Selena, Rosie langsung merengkuh Selena ke dalam pelukannya.
" Ibu disini, nak. Ibu bersamamu selalu. Katakan apa yang terjadi sayang !" seru sang ibu dengan lembut.
Selena semakin terisak, tubuhnya jatuh bersimpuh di hadapan sang ibu.
" Aku... Aku sudah rusak, bu... Aku tidak pantas untuk Nathan bu... " ucap Selena dengan perasaan hancur dan air mata yang tak hentinya mengalir.
Sesaat, waktu terasa berhenti bagi Rosie. Entah apa yang terjadi pada sang anak semalam. Tapi ia bisa melihat kehancuran di mata Selena.
Rosie mensejajarkan dirinya dengan Selena. Ia memeluk dan mengusap lembut kepala Selena. Berusaha memberikan ketenangan kepada putri kesayangannya itu.
" Ssstt... Tenanglah sayang. Ibu selalu disini bersamamu. Ceritakan pada ibu apa yang menimpamu semalam ! Kita cari penyelesaiannya bersama " titah Rosie dengan lembut.
Cukup lama Rosie menenangkan Selena, dengan sabar menunggu sang anak siap menceritakan segala sesuatunya. Dan kemudian Selena nampak siap menceritakan apa yang terjadi.
Rosie mendengarkan cerita sang anak dengan perasaan yang tak kalah hancur. Ia berusaha menguatkan Selena kendati dirinya pun sama halnya dengan sang anak.
Hati ibu mana yang tidak sakit dan hancur mendapati kenyataan buruk yang menimpa putri kesayangannya. Tapi ia harus tetap kuat agar bisa mendampingi dan menguatkan Selena. Memberi dukungan penuh agar Selena tidak terus terpuruk, lagipula semua yang terjadi bukanlah kesalahan Selena.
" Lalu bagaimana nak ? Apa yang akan kau lakukan sekarang ? " tanya Rosie sambil mengusap rambut Selena.
" Tolong batalkan pernikahanku dengan Nathan, bu. Dia berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Wanita yang masih terjaga, bukan wanita yang rusak dan ternoda sepertiku " jawab Selena lirih dengan hati yang perih.
" Kau yakin, nak ? Kau tidak ingin mendengar pendapat Nathan lebih dulu ? Jika dia tulus mencintaimu, ibu yakin dia akan menerimamu apa adanya... "
" Tidak bu. Nathan berhak mendapatkan wanita yang sempurna. Wanita yang mempersembahkan miliknya yang paling berharga hanya kepadanya. Aku tidak pantas untuknya, bu " Selena memotong ucapan Rosie.
Rosie menghela nafas panjang lalu menatap Selena dengan tatapan sendu.
" Baiklah... Jika itu keputusanmu, Ibu akan membicarakan pembatalan pernikahan dengan orang tua Nathan. Sekali lagi, apa kau yakin dengan keinginanmu ini sayang ? Kau tidak ingin membicarakannya dengan Nathan ? "
" Aku yakin, bu. Ini jalan terbaik untuk kami berdua. Tidak perlu membicarakan apapun dengan Nathan " jawab Selena yakin.
Tanpa Selena dan Rosie ketahui, sejak tadi Jonathan berdiri di balik pintu mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
Kedua tangannya terkepal. Ia merasakan sakit saat mendengar apa yang disampaikan oleh Selena. Sungguh, ia tidak rela jika harus kehilangan Selena. Apa yang menimpa Selena itu murni kecelakaan, bukan karena keinginannya sendiri. Dan gadis itu tidak bersalah sama sekali.
lanjut thor 🙏
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
❤️❤️❤️❤️❤️