NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 1

...---Hidup belum jahat, kalau KTP kamu belum pernah dipakai paman buat pinjaman online ---...

...***...

Pohon kecil bunga kertas menjadi saksi, hancurnya ketenangan seorang gadis yang baru saja selesai memulangkan anak-anak didiknya. Ponsel di dalam saku berkali-kali menerima email dari perusahaan pinjam dana online, yang merong-rong untuk segera melakukan pembayaran.

kedua mata guru taman kanak-kanak bernama Yara ini menyipit, membongkar memori dalam kepala tentang adegan dirinya mengajukan pinjaman pada perusahaan tersebut. "Aku yakin nggak pernah mengajukan pinjol," gumamnya setelah beberapa saat mengingat-ingat.

"Ada apa? Kok ngomong sendiri." Rekan sesama guru menghampiri Yara, Valery namanya.

"Ini." Dengan malas Yara Memperlihatkan layar ponsel pada Valery, di sana masih terpampang isi pesan email yang membuatnya bingung sendiri.

"Kamu kalau perlu uang tinggal pinjam sama aku. Kenapa harus berurusan sama pinjol?"

"Aku nggak pernah mengajukan pinjol, sumpah!" Yara mengangkat tangan di hadapan Valery, ia juga mengacungkan dua jari sebagai bentuk keyakinan akan ucapannya.

Pandangan Valery  mengarah pada langit nan biru. "Kalau bukan kamu, memangnya siapa yang melakukannya? Yang aku tau mengajukan pinjol harus menggunakan data pribadi, KTP sama foto diri."

"Foto ... jangan-jangan ..." Gadis bermanik mata coklat muda ini menggumam pelan, seperti bicara pada diri sendiri.

"Jangan-jangan apa?" hardik Valery. Jika itu masalah bagi Yara, tentu ia tak bisa diam saja. Dia sangat tahu bagaimana kerasnya kehidupan sang sahabat, yang harus bertahan hidup dengan pamannya yang gila itu.

Eh! Paman Yara --- Valery tiba-tiba melirik cepat pada Yara. Dan saat itu sang sahabat juga sedang melirik padanya.

"Latif!" ujar dua wanita ini bersamaan.

Detik itu juga Yara menghubungi sang paman yang suka membuat masalah. Ia baru ingat, beberapa waktu yang lalu pamannya itu menawarkan diri untuk mengambil foto dirinya. Dengan alasan mencoba kamera ponselnya yang baru diperbaiki.

"Maaf, nanti aku bayar."

Sebuah jawaban yang sukses membulatkan kedua bola mata Yara dan Valery.

Usai menghubungi Latif, Yara menopang kepalanya dengan lengan di meja taman, hatinya kembali disakiti orang gila itu.

"Yang sabar, ya Yar. Aku bantu bayar dulu, deh. Daripada kamu ditagih terus sama mereka." Seperti biasa, Valery selalu membantu Yara si malang dalam menyelesaikan masalah yang menimpanya.

"Nggak usah, Vale. Kali ini aku nggak mau bantu Latif lagi."

"Tapi kamu korban. Kalau nggak cepat dibayar bakal makin parah mereka nagihnya. Bisa-bisa mereka nyamperin kamu." Valery cukup mengerti dengan lika-liku pinjol, sebab dia pernah nonton drama asing yang konfliknya berkaitan dengan pinjol.

"Tapi, Val ..." Suara Yara tercekat di tenggorokan. Sungguh dia malu terus-menerus merepotkan Valery dalam masalahnya dan Latif.

Valery mengangkat jari telunjuk, mengarah tepat di hadapan Yara. "Sudahlah! Aku nggak ngasih bantuan cuma-cuma. Suatu hari aku bakal ngadu ke kamu kalau lagi ada masalah, dan kuharap kamu bakal bantuin aku juga nanti."

Jemari Yara memilin ujung kerudungnya, ia menatap haru pada Valery, "Aku harap kamu selalu bahagia dan nggak ada masalah yang bikin kamu susah. Tapi kalau saat itu tiba, aku pasti akan selalu ada buat kamu."

Menarik napas pelan, Valery lalu berdiri. "Ya sudah, ayo kita pulang. Kita selesaikan masalah ini di rumahku aja, ya. Sambil makan siang."

"Aku kenyang, Vale. Masalah ini bikin perut aku nggak lapar sama sekali," ujar Yara memegangi perutnya.

"Kamu temenin aku makan sambil ngemil, oke?"

"Hem," Yara mengangguk.

Menaiki kendaraan roda dua milik Yara, mereka melaju di bawah terik matahari siang itu. Suara klakson di lampu merah terdengar berisik. Jam istirahat memang selalu ramai di jalanan, sebab ada banyak manusia yang berkejaran dengan waktu untuk sekadar mengisi perut kemudian sibuk bekerja lagi.

"Kamu mau makan apa? Aku yang traktir."

"Enggak, kata Mamaku, mbak di rumah masak makanan kesukaan aku hari ini."

"Oh." Yara terlihat mengangguk. "Aku traktir minum, deh. Kamu mau es kopi, atau jus? Atau apa gitu, yang penting bantuan kamu kali ini ada timbal balik dari aku," ujar Yara lagi. Dia sangat sadar diri, setidaknya bisa memberikan sesuatu yang mampu dia berikan pada Valery, sebab selalu menjadi pahlawan dalam hidupnya.

Sudut bibir gadis rambut panjang yang dibuat berombak ini membentuk senyum kecil, "Aku mau es krim yang lagi viral."

"Es krim 7000 rupiah?" sang sahabat ingin memastikan.

Di belakang Valery mengangguk, "Iya."

Yara tersenyum hambar, Valery pasti sengaja meminta balasan yang tak seberapa itu. Pertemanan mereka kerap membuat Yara minder, sebab Valery anak orang kaya raya sedangkan dirinya rakyat jelata. Beruntungnya, Valery dan keluarga tak pernah memandang rendah dirinya.

"Aku beliin yang pake ember aja, ya. Aku juga mau," ucap Yara. 

"Oke!" seru Valery terdengar ceria.

Sesampainya di kediaman mewah keluarga Salvador, Yara menenteng ember berisi es krim sembari mengekor langkah Valery ke lantai atas, letak kamarnya dan saudara laki-lakinya berada.

"Aku ganti baju dulu, kita ngobrol di beranda aja, ya. Angin alami lebih segar dari Ac."

"Hem," sahut Yara bergegas ke beranda.

Memang betul angin di beranda sangat sejuk, seketika membuang rasa lelah dalam pikirannya.

Karpet berbulu halus selalu menjadi alas mereka jika menghabiskan waktu di beranda kamar Valery. Di samping pagar balkon ada Hammock, spot kesukaan Yara kalau datang ke tempat itu.

Tak jarang ia tertidur dalam ayunan itu ketika mendengarkan curahan hati Valery.

Meletakkan kedua tangan pada tepian pagar, gadis dengan kerudung besar ini meletakan wajahnya di sana, sembari memandangi taman bunga milik tante Rosa, ibunda Valery.

Gadis ini menoleh pada arah lain, halaman samping kediaman ini. Ada beberapa mobil terparkir di sana. Berbeda sekali dengan halaman samping rumahnya yang kosong melompong, yang luasnya hanya satu meter kurang itu.

Tengah asik memikirkan hal ini dan itu, Yara terkejut akan kehadiran seorang pria di beranda kamar sebelah.

"Selamat siang, Bang Jef." Suaranya pelan dan halus. Pria itu hanya bisa menangkap gestur mengangguk dengan senyum tipis yang Yara lempar padanya.

Jafrey terlihat mengangguk, tanpa bicara.

Ya, begitulah dia. lebih suka memperhatikan dalam diam daripada bicara panjang lebar dengan Yara. Awalnya sikap Jefrey membuat Yara tak nyaman, tapi lama kelamaan ia mulai terbiasa dengan sikapnya yang jarang bicara ini.

"Kamu yakin nggak mau makan?" Kehadiran Valery menarik atensi Yara, ia menoleh dan menolak tawaran makan itu lagi.

"Aku makan dulu ke bawah, ya. Kamu makan duluan aja es krimnya," pungkas Valery yang diangguki oleh Yara.

Seperginya sang sahabat, Yara tak mendapati Jefrey lagi di balkon sebelah.

"Mungkin dia turun dan makan bersama keluargnya," gumam Yara.

Memiliki orang tua baik hati, yang tak melarangnya untuk melakukan hal yang dia suka, terkadang Yara merasa iri pada Valery. Ditambah dia punya kakak laki-laki yang selalu dapat diandalkan, tak seperti Latif yang bisanya hanya membuat masalah dalam hidup Yara.

Gadis ini hanya bisa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengeluarkan rasa sesak di dada karena jalan hidup yang sering membuatnya hampir gila.

...To be continued ......

...Terima kasih atas segala dukungan kalian. Jangan lupa like, komen dan saran yang membangun, ya....

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!