NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 10

*

Di tempat lain terlihat banyak orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Seorang wanita berpose sangat lihai mendengar arahan dari orang disana. "Lagi... Satu dua..." Beberapa orang memotretnya.

"Oke cut." Seru seseorang diiringi tepuk tangan lainnya "Kita istirahat tiga puluh menit lalu lanjut tema berikutnya."

"Nyonya, pakailah." seorang asisten menghampiri model itu kemudian memakaikan mantel untuk menutup bahunya.

"Kamu luar biasa Shella, usia tidak memudarkan kecantikanmu." Ucap sutradara menghampiri Shella.

Shella yang di puji tentu langsung tersenyum "Terimakasih pujiannya Pak Rendra."

"Tiga puluh menit beristirahat akan cukup merilekskan tubuhmu." Ucap Rendra tersenyum penuh arti, Shella pun membalas senyuman itu "Aku pergi ya." Lanjutnya kemudian melangkah pergi dan kepergiannya mengundang tatapan Shella. Dia pun tak lama ikut pergi.

"Nyonya, ada sesuatu yang harus anda lihat." Ujar si asisten menyejajari langkah Shella.

"Ada apa Rea?" Tanya Shella tanpa menghentikan langkahnya, Rea sang asisten itu memberikan tabletnya pada Shella dan langsung di terima.

Sontak saja Shella menghentikan langkah, tatapannya menajam pada sebuah video yang terputar di tablet itu. Di lihatnya video putrinya yaitu Keyra yang sedang bernyanyi di acara ulang tahunnya menjadi viral, begitupun video saat Elena menyelamatkan Keyra.

"Takedown semua video ini." Titah Shella seakan tak terbantahkan.

"Tapi Nyonya, ini--..."

"Saya tidak ingin mendengar alasan apapun." Serunya dengan cepat memotong "Walaupun dia anak saya, saya tidak ingin berbagi kepopuleran dengannya dan insiden kecelakaan itu hanya akan jadi boomerang bagi reputasiku. Kau paham?" Lanjutnya menatap tajam Rea si asisten.

Rea mengangguk "Paham Nyonya, saya akan lakukan."

Tatapan Shella menukik tajam, sejujurnya dia tahu jika Keyra memiliki suara emas. Namun dia tidak ingin memberitahu publik, karena menganggap Keyra bisa menjadi saingannya.

*

Di rumah Elena, Keyra masih bertamu disana. Cukup lama mereka berdua berbincang ringan, hingga akhirnya Keyra ijin pamit karena merasa tidak enak hati jika bertamu terlalu lama. Elena pun mengantarnya sampai depan pintu keluar. Dapat di lihatnya mobil hitam milik Keyra yang menandakan dia bukanlah orang biasa.

"Ingat! Besok aku kesini. Jangan sampai aku sudah mengatakannya tapi ternyata kamu sudah pergi." Ucap Keyra. Dia teringat saat Elena keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuannya, padahal dia sudah mengatakan akan kembali berkunjung tapi hasilnya zonk.

Elena terkekeh "Jika aku punya rumah lain mungkin besok aku sudah pergi."

Mendengar jawaban Elena juga membuat Keyra terkekeh. Jujur saja dia senang saat candaannya yang konyol bisa di tanggapi Elena yang kembali bercanda. Jika didalam keluarga jangankan bercanda, sekedar ngobrol ringan saja rasanya seperti asing.

"Aku pulang dulu." Ijin Keyra lagi

"Iya. Hati hati di jalan." Balasnya tersenyum.

Keyra menatap rumah sederhana di depannya sambil tersenyum, di pikirannya rumah ini justru lebih nyaman daripada rumah besar yang ia tempati. Dia segera masuk ke mobil dan tancap gas meninggalkan pelataran rumah Elena.

Kepergian Keyra tak luput dari tatapan Elena, lengkungan bibir yang manis perlahan dengan samar menghilang, dia menarik sudut bibirnya ke atas, otaknya yang genius itu bekerja dengan cepat sesuai dengan isi hatinya.

Elena memutar badannya dan masuk ke dalam rumah dengan di bantu tongkatnya. Melihat putrinya masuk, Nayla segera menghampirinya. Dia menuntun Elena menuju kursi untuk duduk.

"Terimakasih Bun." Ucap Elena tulus setelah duduk di bantu Bundanya.

"Sama Bunda sendiri tidak perlu terimakasih." Jawab Nayla tersenyum begitupun dengan Elena yang menampilkan senyuman termanisnya. "Dia siapa?"

Elena mengernyit bingung, siapa yang di maksud Bundanya? Apakah itu Keyra? Tapi mereka sudah berkenalan tadi "Maksud Bunda, Keyra?'

"Iya."

Yang di tanya terdiam beberapa saat, dia sangat enggan bercerita tentang Keyra. Namun jika tidak di jawab pasti Bundanya akan terus bertanya. "Bukankah tadi Bunda sudah berkenalan? Dia teman baruku."

"Pantas saja Bunda baru pertama kali melihatnya." Tutur Nayla kembali mengingat wajah Keyra "Wajahnya--..." Ucapannya menggantung, hampiri saja dia keceplosan menyebut nama seseorang.

"Kenapa dengan wajahnya?" Tanya Elena dengan nada tak bersahabat, ia sudah menebak jika Bundanya pasti memikirkan seseorang yang ia benci karena tidak bisa di pungkiri jika Keyra ada sedikit kemiripan dengan ayahnya.

"Tidak apa-apa." Nayla berusaha tak membuat putrinya marah "Hanya saja sedikit mirip denganmu."

Elena menghembuskan nafasnya kasar "Bun, di dunia ini wajar jika ada beberapa orang yang wajahnya mirip meski tidak memiliki hubungan darah. Dan Keyra... Dia hanya orang asing yang tak sengaja masuk ke kehidupanku. Jadi jangan pernah menyamakan aku dengannya, kita berbeda dan kita lahir dari rahim yang beda." Jelas Elena sedikit kesal dan Nayla pun hanya terdiam, putrinya itu sangat sensitif jika ada yang membicarakan tentang dirinya.

"Bun, boleh aku tanya sesuatu?" Lanjut Elena yang merubah nadanya sedikit lembut.

"Tanyakan saja, kenapa harus minta ijin." Balas Nayla merasa heran dengan anaknya sendiri.

"Apa Bunda akan selalu mendukung keputusanku?" Tanya Elena penuh kehati-hatian namun juga penuh harap.

"Tentu saja. Apapun keputusanmu pasti akan Bunda dukung seratus persen, karena bagi Bunda kebahagiaan kamu adalah nomor satu dan itu cukup buat Bunda senang." Jawab Nayla tersenyum lembut, tangannya terulur untuk membelai rambut panjang putrinya.

Hati Elena menghangat mendengar penuturan Bundanya, namun ada sedikit kejanggalan di hatinya hingga diapun kembali bertanya "Jika nanti aku membuat keputusan yang salah, apa Bunda akan memaafkanku?"

"Salah bagaimana?" Nayla merasa bingung tak mengerti.

"Mungkin--..." Elena menggantungkan ucapannya sejenak, dia tidak boleh salah mengambil kata karena nanti bisa membuat Bundanya salah paham "Keputusanku merugikan orang lain dan membuat semua orang berpikir aku jahat. Apakah Bunda tetap akan mendukungku saat itu terjadi?" Lanjutnya seraya menunduk, tak berani menatap mata Bundanya, dia bersiap untuk mendengar ceramah dari Bundanya itu.

"Anak Bunda bukan penjahat." Ucap Nayla, seketika Elena menatapnya terkejut "Bunda selalu percaya jika kamu akan mengambil keputusan yang tepat."

"Bagaimana jika aku khilaf?" Tanya Elena, dia kurang puas dengan jawaban Bundanya karena terlalu mempercayainya.

"Khilaf itu wajar, tapi kalau terjadi berkali kali itu tidak wajar." Jawab Nayla mencoba memberi wejangan pada putrinya "Dan kamu tadi bertanya bagaimana jika keputusanmu merugikan orang lain? Memang siapa yang kamu maksud?" Balik tanya Nayla, dia tahu putrinya itu tidak sekedar bertanya hal random, melainkan ada yang sedang mengganggu pikirannya.

Elena terdiam, ia sedikit bingung bagaimana harus menjawabnya. "Yaaa namanya juga tanya saja Bun, tidak ada yang salah kan?" Balasnya sedikit tersenyum namun tangan kirinya meremat ujung baju, ia takut terlihat gugup.

Nayla menghembuskan nafasnya panjang, putrinya itu ternyata masih enggan untuk jujur mengenai apa yang ada di pikirannya "Bunda akan memaafkanmu."

"Bunda yakin?"

"Tidak."

"Bunda." Elena menatapnya tak percaya, ia sedang serius tapi Bundanya itu malah di buat bercanda

Nayla terkekeh "Maksud Bunda, bukan Bunda tidak yakin memaafkanmu. Tapi Bunda tidak yakin kamu akan melakukan kesalahan. Keputusan itu memang terkadang membingungkan apakah benar atau tidak, tapi Bunda tau jika nantinya kamu mengambil keputusan yang salah pasti itu karena dalam keadaan terdesak." Ujar Nayla memberi pengertian membuat Elena terdiam mencerna semuanya.

"Ingatlah sayang, kamu bukan penjahat! Kamu putri cantik Bunda yang sangat baik. Jika nantinya keputusan yang kamu ambil merugikan orang lain, maka pastikan--..." Nayla terdiam sejenak "Pastikan dia orang yang pantas dirugikan."

Elena menarik senyum di bibirnya, penyataannya Bundanya ia anggap sebagai motivasi. Sekarang ia tahu apa yang harus dia lakukan.

"Bunda..." Panggilnya sangat lembut.

"Ya?"

Elena berhambur memeluk Bundanya dan membuat Bundanya terkejut "Aku sangat menyayangi Bunda, dan aku akan melakukan apapun untuk membahagiakan Bunda."

Nayla tersenyum, ia membalas pelukan anaknya dengan penuh kasih sayang "Bunda juga menyayangimu melebihi apapun, kamu harta paling berharga di hidup Bunda."

"Terimakasih." Elena tersenyum manis di pelukan Bundanya. Sorot matanya mengisyaratkan sesuatu, ia menarik sudut bibirnya ke atas, kini hatinya tak lagi ragu mengambil keputusan.

'Aku tidak akan melepasmu.'

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!