NovelToon NovelToon
Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Di puncak Gunung Awan Putih, Liang Wu hanya mengenal dua hal: suara lonceng pagi dan senyum gurunya. Ia percaya bahwa setiap nyawa berharga, bahkan iblis sekalipun pantas diberi kesempatan kedua.

Namun, kenaifan itu dibayar mahal. Ketika gurunya memberikan tempat berlindung kepada seorang pembunuh demi 'welas asih', neraka datang mengetuk pintu. Dalam satu malam, Liang Wu kehilangan segalanya: saudara seperguruan dan gurunya yang dipenggal oleh mereka yang menyebut diri 'Aliansi Ortodoks'.

Terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan kuil yang terbakar, Liang Wu menyadari satu kebenaran pahit: Doa tidak menghentikan pedang, dan welas asih tanpa kekuatan adalah bunuh diri.

Ia bangkit dari abu, bukan sebagai iblis, melainkan sebagai mimpi buruk yang jauh lebih mengerikan. Ia tidak membunuh karena benci. Ia membunuh untuk 'menyelamatkan'.

"Amitabha. Biarkan aku mengantar kalian ke neraka, agar dunia ini menjadi sedikit lebih bersih."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencuri di Sarang Iblis

Malam di Cincin Dalam Sekte Tungku Dewa tidak pernah sunyi. Suara raungan monster dari Kandang Penempaan menjadi latar belakang yang konstan.

Liang Wu berdiri di depan gerbang baja yang menuju ke Kompleks Riset Tetua Mo. Dia tidak lagi mengenakan pakaian kuli logistik yang kotor. Dia mengenakan jubah luar sutra milik Wang Ba yang dia ambil dari mayatnya—sedikit kebesaran, tapi di kegelapan malam dan dengan tudung kepala, itu cukup untuk menipu pandangan sekilas.

Di pinggangnya, tergantung Token Emas Diaken Logistik.

"Berhenti!" Dua golem batu setinggi tiga meter yang menjaga gerbang bergerak. Suara mereka seperti batu yang digiling. "Identitas?"

Liang Wu mengangkat token emas itu tinggi-tinggi.

"Diaken Wang Ba memerintahkan inspeksi mendadak pada pasokan bahan bakar serum," kata Liang Wu dengan suara yang dia buat berat dan berwibawa, meniru gaya bicara Wang Ba yang angkuh. "Buka gerbangnya, atau aku akan melaporkan kalian karena menghambat eksperimen Tetua Mo."

Mata golem itu bersinar merah, memindai token tersebut. Rune pada token bereaksi. Otoritas terverifikasi.

Kriet... Bum.

Gerbang baja terbuka perlahan.

Liang Wu melangkah masuk. Jantungnya berdegup stabil, dikontrol oleh teknik pernapasan. Dia tahu ini adalah pertaruhan. Token itu asli, tapi jika ada penjaga manusia yang mengenalnya atau menanyakan di mana Wang Ba yang asli, dia tamat.

Kompleks itu sunyi. Lorong-lorongnya dilapisi logam putih yang dingin.

Liang Wu tidak menuju ke Kandang Penempaan tempat monster ditahan. Dia menuju ke Gudang Penyimpanan Dingin di sayap timur—tempat bahan-bahan alkimia tingkat tinggi disimpan sebelum digunakan.

Dia menggunakan kunci fisik yang dia ambil dari mayat Wang Ba. Salah satu kunci yang memiliki aura dingin itu pasti kunci gudang ini.

Liang Wu sampai di depan pintu gudang. Dia mencoba kunci pertama. Gagal. Kunci kedua. Gagal.

Langkah kaki terdengar dari ujung lorong. Patroli.

Liang Wu menahan napas. Dia mencoba kunci ketiga.

Klik.

Pintu terbuka.

Liang Wu menyelinap masuk dan menutup pintu tepat saat cahaya obor patroli melewati koridor.

Di dalam, suhunya membekukan. Rak-rak kristal berjejer rapi, dipenuhi dengan toples berisi organ monster, tanaman langka, dan botol-botol cairan berwarna-warni.

Liang Wu mengeluarkan batu fosfornya. Dia memindai label pada rak.

Empedu Ular Tanah... Jantung Harimau Petir... Mata Hantu...

Bukan ini.

Dia berjalan lebih dalam. Di bagian paling belakang, ada sebuah lemari besi kecil yang terpisah. Lemari itu dilindungi oleh segel mantra sederhana.

Liang Wu mendekat. Dia melihat lubang kunci pada segel itu. Bentuknya cocok dengan kunci terkecil di untaian milik Wang Ba.

Sebagai Diaken Logistik, Wang Ba memegang kunci cadangan untuk semua gudang, termasuk gudang bahan rahasia Tetua Mo. Keserakahan birokrasi adalah kelemahan terbesar sekte ini.

Liang Wu memutar kuncinya.

Cakh.

Lemari terbuka. Uap dingin berwarna biru menyembur keluar.

Di dalamnya, tersimpan tiga tabung kaca yang berisi cairan merah pekat yang bergelembung sendiri, seolah-olah cairan itu hidup. Cairan itu memancarkan aura panas yang bisa dirasakan bahkan dari jarak satu langkah.

Serum Darah Naga (Grade B).

Ini bukan darah naga murni, melainkan ekstrak dari sumsum tulang Wyvern Api yang dimurnikan dengan teknik terlarang.

Liang Wu mengambil ketiga tabung itu. Tangannya terasa panas saat menyentuh kaca dingin tabung tersebut.

"Dapat," bisiknya.

Tiba-tiba, suara desis pelan terdengar dari sudut ruangan.

Liang Wu membeku.

Dia menoleh perlahan.

Di sudut gelap gudang, di atas tumpukan peti, sepasang mata merah menyala menatapnya.

Itu bukan manusia. Itu adalah seekor Kucing Bayangan—monster tipe pengintai yang sering dipelihara sebagai penjaga harta karun. Tubuhnya hitam legam, menyatu dengan kegelapan, hanya matanya yang terlihat.

Kucing itu membuka mulutnya, bersiap untuk mengeong keras—alarm hidup.

Jika kucing itu bersuara, seluruh komplek akan bangun.

Liang Wu tidak berpikir. Dia bereaksi.

Tangan kanannya, yang memegang tabung serum, bergerak ke belakang punggung untuk melindungi barang curian.

Tangan kirinya menyambar pisau bedah dari lengan baju.

Wush!

Dia melempar pisau itu.

Kucing itu gesit. Ia melompat ke samping untuk menghindar.

Tapi Liang Wu sudah memperhitungkannya. Pisau itu bukan serangan utama.

Saat kucing itu melompat dan berada di udara, Liang Wu sudah menggunakan Langkah Bayangan Tikus. Dia melesat maju, memotong jarak lima meter dalam sekejap mata.

Tangan tembaga Liang Wu mencengkeram leher kucing itu di udara.

Hap.

Kucing itu meronta, mencakar lengan Liang Wu. Kuku-kukunya yang tajam menggores kulit tembaga, menimbulkan bunyi ngilu seperti paku di papan tulis, tapi tidak bisa menembus daging.

"Sssshhh..." desis Liang Wu.

Krak.

Dia meremas leher kucing itu. Tulang lehernya hancur. Kucing itu mati tanpa sempat mengeluarkan suara alarm.

Liang Wu menghembuskan napas lega. Dia meletakkan bangkai kucing itu di balik peti, seolah-olah sedang tidur.

Dia menyimpan ketiga tabung serum itu ke dalam Kantong Penyimpanan Zhao di pinggangnya.

Sekarang, saatnya keluar.

Liang Wu keluar dari gudang, mengunci kembali pintunya. Dia berjalan kembali menuju gerbang utama dengan langkah tenang namun cepat.

Saat dia melewati koridor yang terhubung dengan lab utama, dia mendengar suara teriakan manusia.

Teriakan itu datang dari balik pintu besi tebal.

"Tolong! Tetua! Ampun! Saya janji tidak akan lari lagi!"

Lalu suara Tetua Mo menjawab, tenang dan dingin. "Lari? Kau tidak lari, Subjek 090. Kau berevolusi. Sekarang, diamlah. Aku akan memasang kaki barumu."

Suara mengerikan terdengar. Diikuti jeritan yang memilukan, lalu hening.

Liang Wu menggertakkan gigi. Tangannya mengepal di balik jubah.

Dia ingin mendobrak masuk. Dia ingin membunuh orang tua gila itu.

Tapi dia menahan diri. Dia belum cukup kuat. Jika dia masuk sekarang, dia hanya akan menjadi mayat tambahan disana.

Tunggu aku, Mo, batin Liang Wu. Aku akan kembali. Dan saat aku kembali, aku akan memotong kakimu sendiri.

Liang Wu melanjutkan langkahnya.

Dia berhasil melewati gerbang utama tanpa insiden. Penjaga golem tidak peduli siapa yang keluar, hanya siapa yang masuk.

Begitu sampai di luar Cincin Dalam, Liang Wu tidak kembali ke asrama. Itu terlalu berbahaya. Jika mayat Wang Ba ditemukan, asrama murid yang berhubungan dengannya akan digeledah pertama kali.

Dia menyelinap ke daerah kumuh di perbatasan Cincin Luar dan Tengah—area pabrik pembuangan limbah yang ditinggalkan.

Di sana, di dalam sebuah bangkai tungku pembakaran raksasa yang sudah dingin, Liang Wu duduk.

Dia mengeluarkan satu tabung Serum Darah Naga.

Cairan itu bersinar merah jahat dalam kegelapan.

Ini adalah pertaruhan terakhir.

Untuk naik ke Ranah Pembentukan Pondasi, seorang kultivator biasanya membutuhkan Pil Pembentukan Pondasi yang menstabilkan Qi saat berubah dari gas menjadi cair. Tanpa pil itu, risiko gagal dan meridian pecah sangat tinggi.

Tapi Liang Wu tidak punya pil. Dia punya darah monster.

Dia akan menggunakan metode [Kitab Tubuh Asura Besi - Tingkat 2: Daging Besi].

Dia tidak akan meminumnya. Meminum serum murni ini akan melelehkan lambungnya.

Dia mengambil pisau bedah.

Dia mengiris nadi di pergelangan tangan kirinya. Darah merah segar mengalir keluar.

Liang Wu meneteskan Serum Darah Naga itu langsung ke dalam luka terbuka di nadinya.

SSSSSS!

Darahnya mendesis seperti air yang diteteskan ke minyak panas.

"ARGHHHHH!"

Liang Wu menyumpal mulutnya sendiri dengan kain agar tidak berteriak.

Rasa sakitnya seribu kali lipat dari makan inti cacing. Rasanya seolah-olah darahnya sendiri sedang mendidih dan terbakar. Serum itu menyebar ke seluruh tubuhnya melalui pembuluh darah, membawa energi api yang eksplosif.

Jantungnya berdetak kencang seperti mau meledak.

DUM! DUM! DUM!

Pembuluh darah di seluruh tubuhnya menonjol, berwarna merah menyala di bawah kulitnya yang hitam.

Qi di dantian-nya bergolak, dipaksa memadat oleh tekanan panas dari darah naga.

Gas emas itu berputar, mengecil, semakin padat... hingga tetes pertama cairan emas terbentuk.

Tess.

Qi Cair.

Liang Wu kejang-kejang di lantai tungku dingin itu. Matanya memutih.

Ini adalah jembatan kematian. Jika dia tidak bisa menahan rasa sakit ini, dia akan mati.

"Mei..." panggilnya dalam delerium. "Guru..."

Bayangan wajah mereka muncul.

"Belum..." Liang Wu mencengkeram tanah. "AKU BELUM SELESAI!"

Dia memutar sirkulasi Asura Besi dengan paksa, menyerap api naga itu ke dalam serat dagingnya. Mengubah daging manusianya menjadi sesuatu yang lebih padat, lebih alot, lebih... abadi.

Malam itu, di dalam bangkai tungku, seorang manusia sedang menempa dirinya sendiri menjadi iblis.

1
azizan zizan
jadi kuat kalau boleh kekuatan yang ia perolehi biar sampai tahap yang melampaui batas dunia yang ia berada baru keluar untuk balas semuanya ..
azizan zizan
murid yang naif apa gurunya yang naif Nih... kok kayak tolol gitu si gurunya... harap2 si murid bakal keluar dari tempat bodoh itu,, baik yaa itu bagus tapi jika tolol apa gunanya... keluar dari tempat itu...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Misi dimulai 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Cerita bagus...
Alurnya stabil...
Variatif
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sukses 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sapu bersih 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yup yup yup 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Rencana brilian 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Dicor langsung 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Bertambah kuat🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Semangat 🦀🍄
Wiji Lestari
busyet🤭
pembaca budiman
saking welas asihnya ampe bodoh wkwkwm ciri kas aliran putih di novel yuik liang ambil alih kuil jadiin aliran abu² di dunia🤭
syarif ibrahim
sudah mengenal jam kah, kenapa nggak pake... 🤔😁
Wiji Lestari
mhantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Keadilan yg tidak adil🦀🍄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!