“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Bruce memerintahkan anjing robot milik George untuk menyerang George. Beberapa misil seketika meluncur ke arah George dengan cepat. Akan tetapi, misil itu tiba-tiba berbalik arah dan menyerang Miguel dan Bruce.
"Kau tidak bisa menyerangku dengan robotku sendiri." George tertawa, berdecak saat Miguel menendangnya dari samping. Kaki pria itu berada sangat dekat dengan wajahnya. Beruntung, penghalang aktif di saat yang tepat.
Bruce melompat mundur, meretas jam tangan secepat dan seakurat mungkin. "Ayolah, brengsek! Aku bisa melakukannya."
Miguel kembali menyerang George dengan serangan-serangan mematikan.
"Sial!" Bruce kesulitan meretas sistem. "Jika saja aku bisa mematikan pelindungnya dalam waktu singkat saja, si pria tua itu bisa menyerangnya."
Tak jauh berbeda dari Bruce, Gray dan Bennet juga masih berkutat dengan memperbaiki alat. Sementara itu, Baba terkapar di tanah dengan kepala berdarah di bawah tumpukan batang pohon.
Luc Besson masih berada di atas pohon, mengamati pertandingan. "Waktu tersisa tiga menit lagi. Aku ingin tahu seperti apa akhir dari pertarungan ini."
Luc Besson menoleh ke sebuah arah. "Sampai kapan kau akan tertidur, Baba? Kau tidak ingin melihat teman-temanmu tewas, bukan?"
George berdecak ketika Miguel tidak henti-hentinya menyerangnya. "Pria tua sialan ini sangat menyebalkan. Dia terus menyerangku."
George tersenyum saat melihat Bruce berada di balik pohon. "Dia sedang meretas sistem jam tanganku. Dia tidak akan bisa melakukannya.”
Miguel nyaris menendang wajah George, melompat mundur, lalu kembali menyerang.
"Aku harus melumpuhkan pria tua ini lebih dulu." George mengalirkan serangan listrik pada Miguel ketika pria itu melompat di udara.
Miguel sontak ambruk di tanah, bergelinjang beberapa kali. Tangannya berhenti bergerak meski darah di kepalanya terus mengucur.
George melayang mendekati Miguel, mengamati status pria itu di layar hologram. "Detak jantungmu melambat, Pria Tua. Aku harus mengakui kehebatanmu, tetapi sehebat apa pun kau, kau tetaplah manusia biasa. Kau tidak akan bisa mengalahkan teknologi canggih."
George mengulurkan tangan kirinya pada Miguel. "Aku tidak ingin membunuhmu, tetapi kau sudah membuatku sangat kesal sejak awal. Jika kau selamat dari seranganku, aku akan lebih memujimu. Bersiaplah."
Sarung tangan George menghimpun kekuatan di lingkaran tengah telapak tangannya. Ketika serangan melesat, sebuah tembakan meluncur dari balik pepohonan hingga menggagalkan serangan.
Bennet muncul seraya bergerak memutar dan menyerang George bersama robot anjing yang berhasil diperbaikinya. George segera menangkis serangan dengan penghalang. Ketika ia akan menyerang Bennet, sebuah lemparan batu terbang ke arahnya. Pelindungnya tiba-tiba tidak aktif, dan di detik selanjutnya ia melihat pukulan Miguel menghantam wajahnya dengan sangat kuat, disusul oleh tendangan dari Ryder yang melemparkan batu tadi.
George sontak terlempar sangat jauh, menabrak pepohonan, ambruk di tanah. Pelindungnya retak berkeping-keping. Pandangannya mengabur bersamaan dengan kesadarannya yang terus menipis. Ia merasakan sakit yang menjalar di wajahnya.
"Sial, Miguel menipuku. Dia berpura-pura tidak sadarkan diri. Tidak, dia berpura-pura mati dengan memperlambat detak jantungnya. Wanita itu menjadi pengalih perhatian di saat pria berandalan itu menonaktifkan pelindungku. Pelindungku tidak aktif kurang dari satu detik, tetapi Miguel mampu menghajarku dengan sangat cepat. Pengawal itu juga mampu menguasai ritme pertarungan dalam waktu singkat."
"Aku belum kalah." George tertawa, tidak sadarkan diri.
Miguel menghembus napas sepanjang, berdecak kesal. Bruce dan Bennet segera mendekat. Ketiganya mengamati George yang tidak sadarkan diri.
"Aku akan mengambil alat-alat canggihnya," ujar Bruce.
Bennet menahan tangan Bruce, tampak cemas. "Berhati-hatilah, Bruce. Kemampuanmu belum kembali hingga sekarang. George mungkin menyiapkan sesuatu sebelum dia tidak sadarkan diri."
Miguel menatap tajam Luc Besson di dahan pohon. Luc Besson tersenyum, melesat terbang ke arah Baba.
Bruce mendekati George dengan hati-hati, mengambil beberapa barangnya. "Kita harus segera membantu Baba dan Gray. Mereka harus melawan Gideon dan Gabriel."
"Waktu kita tersisa dua menit lagi," ucap Bennet.
Beberapa pengawal mulai sadarkan diri, terkejut dengan keadaan sekitar.
"Kalian berdua pergilah bersama para pengawal. Aku akan mengobati Miguel dan segera menyusul secepatnya," kata Ryder.
Bennet, Bruce, dan enam pengawal bergegas berlari menuju tempat Baba.
Miguel mengamati George lekat-lekat, mengepalkan tangan erat. Ia memberi tanda pada beberapa pengawal untuk segera mengikat George.
Luc Besson melesat cepat menuju tempat Baba. Ia mendarat di dahan pohon, mengamati Gideon dan Gabriel yang tengah melayang di atas tumpukan batang pohon. "Jadi, kau memilih tertidur sekarang, Baba."
Gideon dan Gabriel menyadari kehadiran Luc. Keduanya menatap tajam, mendekat.
"Kami tidak akan membiarkanmu melarikan diri setelah kami menghajar semua produk gagak itu, Luc," ujar Gideon.
"Meskipun kalian tidak bisa menangkapku, aku akan mendatangi markas. Kalian tidak perlu khawatir gagal dalam tugas kalian," sahut Luc.
Gabriel terkejut ketika komunikasinya dengan George terputus. Ia seketika menatap Baba. "Apa yang sudah kau lakukan pada George?"
"Aku tidak melakukan apapun," jawab Luc.
"Jadi, orang-orang itu berhasil mengalahkan George. Itu tidak mungkin." Gabriel menoleh pada Baba yang masih berada di tumpukan batang pohon. "Pria sialan itu masih tidak sadarkan diri hingga sekarang."
Gray masih berkutat memperbaiki robot ular Bruce. Ketika berhasil, ia kembali berlari menuju Baba. Ia terkejut ketika melihat dua titik yang terbang melayang. "Kemungkinan dua titik itu adalah Gideon dan Gabriel. Aku tidak mungkin bisa mengalahkan mereka dengan keadaanku sekarang. Aku harus mencari cara untuk menang."
Gray menghindar ketika serangan melesat ke arahnya. Ia mengubah robot ular menjadi pelindung seraya bergerak memutar. Ia terkejut saat melihat dua titik itu terbang ke arahnya dari dua arah berbeda.
"Mereka mengetahui keberadaanku." Gray menghindari serangan. "Waktu masih tersisa sembilan puluh detik lagi."
Gray terperangah ketika melihat sebuah lubang besar dengan tumpukan batang kayu. "Ini tidak mungkin! Baba tidak mungkin...."
Gray menggertakkan gigi, menangkis serangan dengan pelindung robot ular, terus bergerak ke arah tumpukan batang pohon. Ia melihat Luc Besson duduk memperhatikan pertarungan dari dahan pohon.
Gray mengubah robot ular menjadi sebuah tongkat. Kepala robot ular memanjang ke arah dahan pohon. Ia bergerak dari satu dahan pohon ke dahan pohon lain seraya terus menghindar. "Robot ini cukup bagus."
Gideon dan Gabriel menyerang Gray bersamaan dengan sebuah misil besar. Gray terkejut saat melihat dua misil itu mengarah padanya. Ia memasang pelindung dengan robot ular sebagai tameng, tetapi serangan itu cukup kuat hingga ia terdorong ke belakang dan membentur pohon. Sebuah angin melemparkan beberapa batang pohon.
Gray seketika ambruk di tanah, terkejut ketika melihat sebuah tangan di sela-sela batang pohon. "Tidak, Baba."
Gideon dan Gabriel mendekati Gray, mengarahkan serangan.
"Sial." Gray berusaha bergerak. Sayangnya, robot ular sudah hancur sebagian.
Saat serangan akan meluncur dari sarung tangan, Gideon dan Gabriel tiba-tiba saling berhadapan dan menembakkan serangan satu sama lain. Keduanya sontak terpelanting hingga menabrak beberapa pohon.
"Apa yang terjadi?" Gray terkejut.
"Aku seperti datang tepat waktu," ujar seseorang dari balik bayangan.